Jakarta: Pemerintah waspadai peningkatan kasus covid-19 karena adanya mobilitas saat libur panjang Natal dan Tahun Baru 2022. Namun, epidemiolog menyebut mobilisasi tidak serta merta menyebabkan lonjakan kasus covid-19.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane, mengatakan kenaikan kasus terjadi apabila ada varian baru covid-19 yang masuk. Mobilitas masyarakat mungkin menyebabkan kasus covid-19 fluktuatif, namun varian baru yang berpotensi menyebabkan lonjakan kasus covid-19.
"Kalau tidak ada varian baru, kita tidak perlu khawatir dengan mobilisasi. Kita lihat 8-10 minggu ini, masyarakat telah mobilisasi seperti biasa. Meski kasusnya fluktuatif, tetapi masih under control,” kata Masdalina dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Jumat, 12 November 2021.
Masdalina meminta pemerintah memperketat pintu masuk ke Indonesia. Ini dikarenakan varian baru lebih baik dicegah di pintu masuk dibandingkan sudah mulai menyebar di masyarakat.
"Yang harus kita waspadai adalah masuknya varian baru. Jauh lebih mudah kita melakukan kontrol di pintu pintu masuk dibandingkan mengendalikan ketika mereka sudah ada di populasi,” kata Masdalina.
Ia pun menyatakan ketidaksetujuannya terhadap karantina yang hanya dilakukan selama tiga hari. Karantina yang paling baik, lanjutnya, yaitu selama tujuh hingga delapan hari.
"Tujuh hari atau delapan hari adalah masa karantina yang baik, dan kalau kita lihat sejak itu diterapkan tidak ada tambahan varian baru masuk ke Indonesia,” ucap Masdalina.
Baca: Kemenkumham Perintahkan Pintu Masuk Indonesia Dijaga Ketat
Untuk mengatasi celah karantina, pemerintah harus melakukan tiga kali tes PCR terhadap warga negara asing maupun warga negara Indonesia dari luar negeri. Selain itu, melakukan genome sequencing tidak hanya dilakukan di pintu masuk, namun juga kepada komunitas.
Menurut Masdalina, negara yang pernah mengalami serangan covid-19 Delta B1.617.2 kemungkinan tidak terlalu terpengaruh dengan varian baru AY.4.2. Hal tersebut pun terlihat di India, negara yang notabennya pernah mengalami serangan Delta B1.617.2.
"AY.4.2 itu sudah masuk di India, tetapi peningkatan kasusnya tidak seperti varian Delta yang pertama,” ujarnya. (Widya Finola Ifani Putri)
Jakarta: Pemerintah waspadai peningkatan
kasus covid-19 karena adanya mobilitas saat libur panjang Natal dan Tahun Baru 2022. Namun, epidemiolog menyebut mobilisasi tidak serta merta menyebabkan lonjakan kasus covid-19.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane, mengatakan kenaikan kasus terjadi apabila ada
varian baru covid-19 yang masuk. Mobilitas masyarakat mungkin menyebabkan kasus covid-19 fluktuatif, namun varian baru yang berpotensi menyebabkan lonjakan kasus covid-19.
"Kalau tidak ada varian baru, kita tidak perlu khawatir dengan mobilisasi. Kita lihat 8-10 minggu ini, masyarakat telah mobilisasi seperti biasa. Meski kasusnya fluktuatif, tetapi masih
under control,” kata Masdalina dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia di
Metro TV, Jumat, 12 November 2021.
Masdalina meminta pemerintah memperketat pintu masuk ke Indonesia. Ini dikarenakan varian baru lebih baik dicegah di pintu masuk dibandingkan sudah mulai menyebar di masyarakat.
"Yang harus kita waspadai adalah masuknya varian baru. Jauh lebih mudah kita melakukan kontrol di pintu pintu masuk dibandingkan mengendalikan ketika mereka sudah ada di populasi,” kata Masdalina.
Ia pun menyatakan ketidaksetujuannya terhadap karantina yang hanya dilakukan selama tiga hari. Karantina yang paling baik, lanjutnya, yaitu selama tujuh hingga delapan hari.
"Tujuh hari atau delapan hari adalah masa karantina yang baik, dan kalau kita lihat sejak itu diterapkan tidak ada tambahan varian baru masuk ke Indonesia,” ucap Masdalina.
Baca:
Kemenkumham Perintahkan Pintu Masuk Indonesia Dijaga Ketat
Untuk mengatasi celah karantina, pemerintah harus melakukan tiga kali tes PCR terhadap warga negara asing maupun warga negara Indonesia dari luar negeri. Selain itu, melakukan
genome sequencing tidak hanya dilakukan di pintu masuk, namun juga kepada komunitas.
Menurut Masdalina, negara yang pernah mengalami serangan covid-19 Delta B1.617.2 kemungkinan tidak terlalu terpengaruh dengan varian baru AY.4.2. Hal tersebut pun terlihat di India, negara yang notabennya pernah mengalami serangan Delta B1.617.2.
"AY.4.2 itu sudah masuk di India, tetapi peningkatan kasusnya tidak seperti varian Delta yang pertama,” ujarnya.
(Widya Finola Ifani Putri) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)