Pengamat politik timur tengah dan dunia Islam, Hasibullah Satrawi. (tangkapan layar)
Pengamat politik timur tengah dan dunia Islam, Hasibullah Satrawi. (tangkapan layar)

Indonesia Tak Diundang Tiongkok Satukan Hamas dan Fatah, Pengamat: Patah Hati, Ngilu

Fachri Audhia Hafiez • 28 Juli 2024 13:47
Jakarta: Indonesia tak diundang dalam perjanjian persatuan faksi di Palestina, termasuk Hamas dan Fatah. Hal itu dinilai membuat patah hati karena Indonesia selama ini gencar menyuarakan kemerdekaan Palestina.
 
"Menurut saya agak patah hati, kenapa, even Menlu atau perwakilan Menlu kita enggak disebutkan yang disebutkan cuma Mesir, Aljazair, Arab Saudi, Qatar, Suriah, Lebanon, Yordania, Turki. Dimana Indonesia?" kata pakar militer dan pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie, dalam program Crosscheck by Medcom.id di akun YouTube Medcom.id bertajuk 'China Damaikan Hamas-Fatah, Indonesia Bisa Apa?', Minggu, 28 Juli 2024.
 
Pengamat politik timur tengah dan dunia Islam, Hasibullah Satrawi, juga berpendapat senada. Padahal, Indonesia juga punya peran di Palestina.

Mulai dari mengecam tindakan kejahatan kemanusiaan Israel. Bahkan, bantuan dari Indonesia tak pernah putus mengalir ke Palestina.
 
"Agak ngilu, karena di saat China sudah melakukan itu, Indonesia bahkan tidak diundang. Walaupun mungkin alasannya karena yang connect langsung dengan Palestina adalah negara-negara tadi, (tapi) Indonesia kan semangatnya kita hormati kan jauh di sana gitu," ucap Hasibullah.
Baca: Hamas dan Fatah Teken Perjanjian di Beijing, Connie: Jadi Tamparan buat Indonesia

Dia menambahkan solidaritas Indonesia membela Palestina dari penjajahan Israel merupakan implementasi dari Pembukaan UUD NKRI 1945. Indonesia mengecam segala bentuk penjajahan dan berkomitmen menghadirkan perdamaian.
 
"Kemudian sikap masyarakat, demo enggak habis-habis, donasi begitu banyak bahkan kita bangun rumah sakit di Indonesia di Gaza itu kan luar biasa dan yang ketiga kalau ada orang yang sedikit pro sama Israel kayak sering dituduh langsung aja deh itu kan, sebenarnya sikap itu sebenarnya adalah aspirasi masyarakat," ujar Hasibullah.
 
Faksi Palestina, termasuk Hamas dan saingannya Fatah, menandatangani perjanjian ‘persatuan nasional’ di Beijing, Tiongkok pada Selasa, 23 Juli 2024. Pertemuan ini bertujuan untuk mengakhiri perpecahan mereka dan menciptakan platform yang memungkinkan mereka bersama-sama memerintah Gaza pascaperang.
 
"Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional dan kami katakan bahwa jalan untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional," kata pejabat senior Hamas Musa Abu Marzuk kepada wartawan, menurut media pemerintah Tiongkok, seperti dikutip Middle East Eye, Selasa, 23 Juli 2024.
 
"Kami berkomitmen untuk persatuan nasional dan kami menyerukannya,” imbuh Marzuk.
 
Penandatanganan tersebut mengakhiri dialog rekonsiliasi selama tiga hari antara 14 kelompok Palestina di ibu kota Tiongkok.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan