Jakarta: Indonesia dinilai tertampar oleh Tiongkok yang berhasil membuat dua faksi di Palestina, Hamas dan Fatah, meneken perjanjian di Beijing. Pertemuan keduanya serta faksi lainnya untuk mengakhiri perpecahan dan memerintah Jalur Gaza bersama-sama.
"Menurut saya ini harus kita apresiasi dari Beijing. Seharusnya sih agak menampar kita ya," kata pakar militer dan pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie, dalam program Crosscheck by Medcom.id di akun YouTube Medcom.id bertajuk 'China Damaikan Hamas-Fatah, Indonesia Bisa Apa?', Minggu, 28 Juli 2024.
Indonesia sejatinya paling getol menyuarakan kemerdekaan Palestina serta mengecam tindakan kejahatan kemanusiaan oleh Israel. Sementara, geopolitik Indonesia belum terlihat.
"Jadi disini lah sebenernya kita harus angkat topi kepada Beijing. Karena istilahnya teriak-teriak Palestina merdeka, mereka (Beijing) langsung ke akar masalahnya," ujar Connie.
Langkah Beijing menyasar faksi merupakan langkah penting. Khususnya mengawinkan Hamas dan Fatah yang dipandang kerap mengambil peran berbeda. Hamas cenderung hard power, sedangkan Fatah sebaliknya.
"Gimana mau merdeka kalau lu sendiri berantem kok, gitu. Istilahnya, ini dua gajah bertempur kalau kita sebut Hamas dan Fatah saja ya," ujar Connie.
Faksi Palestina, termasuk Hamas dan saingannya Fatah, menandatangani perjanjian ‘persatuan nasional’ di Beijing, Tiongkok pada Selasa, 23 Juli 2024. Pertemuan ini bertujuan untuk mengakhiri perpecahan mereka dan menciptakan platform yang memungkinkan mereka bersama-sama memerintah Gaza pascaperang.
"Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional dan kami katakan bahwa jalan untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional," kata pejabat senior Hamas Musa Abu Marzuk kepada wartawan, menurut media pemerintah Tiongkok, seperti dikutip Middle East Eye, Selasa, 23 Juli 2024.
"Kami berkomitmen untuk persatuan nasional dan kami menyerukannya,” imbuh Marzuk.
Penandatanganan tersebut mengakhiri dialog rekonsiliasi selama tiga hari antara 14 kelompok Palestina di ibu kota Tiongkok.
Jakarta: Indonesia dinilai tertampar oleh
Tiongkok yang berhasil membuat dua faksi di Palestina,
Hamas dan
Fatah, meneken perjanjian di Beijing. Pertemuan keduanya serta faksi lainnya untuk mengakhiri perpecahan dan memerintah Jalur Gaza bersama-sama.
"Menurut saya ini harus kita apresiasi dari Beijing. Seharusnya sih agak menampar kita ya," kata pakar militer dan pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie, dalam program
Crosscheck by Medcom.id di akun YouTube Medcom.id bertajuk 'China Damaikan Hamas-Fatah, Indonesia Bisa Apa?', Minggu, 28 Juli 2024.
Indonesia sejatinya paling getol menyuarakan kemerdekaan
Palestina serta mengecam tindakan kejahatan kemanusiaan oleh Israel. Sementara, geopolitik Indonesia belum terlihat.
"Jadi disini lah sebenernya kita harus angkat topi kepada Beijing. Karena istilahnya teriak-teriak Palestina merdeka, mereka (Beijing) langsung ke akar masalahnya," ujar Connie.
Langkah Beijing menyasar faksi merupakan langkah penting. Khususnya mengawinkan Hamas dan Fatah yang dipandang kerap mengambil peran berbeda. Hamas cenderung hard power, sedangkan Fatah sebaliknya.
"Gimana mau merdeka kalau lu sendiri berantem kok, gitu. Istilahnya, ini dua gajah bertempur kalau kita sebut Hamas dan Fatah saja ya," ujar Connie.
Faksi Palestina, termasuk Hamas dan saingannya Fatah, menandatangani perjanjian ‘persatuan nasional’ di Beijing, Tiongkok pada Selasa, 23 Juli 2024. Pertemuan ini bertujuan untuk mengakhiri perpecahan mereka dan menciptakan platform yang memungkinkan mereka bersama-sama memerintah Gaza pascaperang.
"Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional dan kami katakan bahwa jalan untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional," kata pejabat senior Hamas Musa Abu Marzuk kepada wartawan, menurut media pemerintah Tiongkok, seperti dikutip Middle East Eye, Selasa, 23 Juli 2024.
"Kami berkomitmen untuk persatuan nasional dan kami menyerukannya,” imbuh Marzuk.
Penandatanganan tersebut mengakhiri dialog rekonsiliasi selama tiga hari antara 14 kelompok Palestina di ibu kota Tiongkok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABK)