Ilustrasi. 3 desa dari puluhan desa di empat kecamatan yang berdampak ditenggelamkan Bendungan Jatigede kembali muncul saat Waduk Jatigede surut akibat kurangnya debit air Sungai Cimanuk selama musim kemarau. Foto: MI/Ramdani
Ilustrasi. 3 desa dari puluhan desa di empat kecamatan yang berdampak ditenggelamkan Bendungan Jatigede kembali muncul saat Waduk Jatigede surut akibat kurangnya debit air Sungai Cimanuk selama musim kemarau. Foto: MI/Ramdani

BMKG: Indonesia Masuk Musim Kemarau Mulai April

Candra Yuri Nuralam • 29 Maret 2019 19:27
Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memprediksi sebagian wilayah di Indonesia akan memasuki musim kemarau mulai bulan April 2019. Beberapa wilayah bahkan diprediksi akan mengalami kemarau panjang.
 
"Kita sudah menyatakan bahwa potensi musim kemarau tahun 2019 ini akan dimulai di bulan April, walaupun sebagian wilayah yang lain akan mulai pada bulan Mei," kata Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indra Gustari di Gedung BNPB, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat 29 Maret 2019.
 
Saat ini, yang perlu diantisipasi oleh BMKG adalah wilayah yang memulai musim kemarau lebih awal. Wilayah itu Sumatera bagian utara dan tengah, Nusa Tenggara Barat dan Timur, serta Riau akan lebih kering dibandingkan dengan yang lainnya.

Indra menambahkan, selain kering, wilayah tersebut akan lebih rawan terjadi kebakaran hutan. "Jadi di wilayah itulah potensi kebakaran hutan dan lahannya lebih besar karena sifatnya sangat kering. Puncak musim kemaraunya antara Agustus atau September," kata dia.
 
Lebih lanjut, BMKG memprediksi pada tahun 2019 kemungkinan akan terjadi badai el nino. Hal itu terlihat dari beberapa wilayah seperti Riau dan Kalimantan yang lama tidak terkena hujan.
 
"Beberapa tempat yang sudah lama tidak mendapatkan hujan memicu titik api di lahan gambut atau hutan. Riau memang tipe iklimnya berbeda, puncak hujan hanya terjadi dua kali, awal April dan November," ujar Indra.
 
Saat ini Riau sudah mengalami penurunan hujan dan mengalami musim kemarau lebih awal dibandingkan wilayah lainnya, yakni pada akhir Januari lalu.
 
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengaku masih kesulitan memadamkan kebakaran lahan gambut di Riau. Penyebabnya, musim kemarau yang panjang sehingga lahan mudah terbakar dan meluas.
 
Baca: Kemarau Panjang Memicu Paceklik
 
"Kebakaran hutan di Riau sampai saat ini masih terjadi. Kami mencatat di daerah gambut masih terbakar. Sebanyak 2.800 hektare lahan terbakar, paling banyak di Kabupaten Bengkalis 1.200-an hektare," kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
 
Kebakaran hutan tidak hanya menjadi bencana yang menyerang sekitaran Riau. Polusi udara akibat asap kebakaran menjadi bahaya kedua selain kebakaran hutan.
 
Namun, saat ini kondisi polusi asap tidak membahayakan. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang didata BNPB hanya berkisar 1,31 sampai 50,25. Itu, kata Sutopo, belum terlalu membahayakan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(DMR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan