Jakarta: Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menginstruksikan produksi dokter spesialis dipercepat untuk memastikan distribusi tenaga kesehatan di seluruh Indonesia berjalan baik. Pasalnya, jumlah dokter yang dihasilkan setiap tahun di Indonesia, tidak sebanding dengan populasi yang ada.
Begitu pula di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, pemenuhan fasilitas dapat dilakukan dengan cepat. Namun, ketersediaan dokter spesialis di wilayah tersebut masih menjadi kendala.
"Kemarin saya groundbreaking empat rumah sakit di IKN. Semua yang punya rumah sakit pede rumah sakitnya akan selesai bulan Juli. Nggak pedenya, cari dokternya apalagi dokter spesialis," kata Menkes, dalam keterangan tertulis, Senin, 6 Oktober 2023.
Hal yang sama ditemukan saat Menkes mengunjungi RSUD Sepaku di IKN beberapa waktu lalu. Menkes menemukan tidak ada dokter spesialis anestesi, spesialis bedah, dan spesialis ortopedi.
Menkes menilai spesialisasi itu dibutuhkan akibat tingginya angka kecelakaan kerja. Alhasil, pasien harus dirujuk ke Balikpapan dengan jarak tempuh tiga hingga empat jam.
"Oleh karena itu, kami sudah ada terobosan dengan adanya Hospital Based, dari 21 prodi spesialis yang saat ini ada, kami mau dorong. Kalau bisa nanti 300 rumah sakit tipe A dan B dalam waktu yang cepat bisa produksi dokter spesialis," ujar dia.
Menkes menilai program ini akan memudahkan untuk menyelesaikan masalah distribusi dokter spesialis. Menurut dia, Indonesia harus mampu menghasilkan lebih dari 30 ribu dokter setiap tahun.
Program ini juga disebut akan mengatasi masalah distribusi. Sebab, peserta didik diutamakan pegawai di RS yang bersangkutan, sehingga penempatannya sesuai kebutuhan. Biaya pendidikan yang dikeluarkan juga akan lebih murah.
Menkes juga akan mereplikasi yang dilakukan Pemerintah India dengan mengirimkan dokter belajar di luar negeri. Sedangkan, untuk menjaga kualitas dokter, Menkes mengusulkan meningkatkan kompetisi antara dokter Indonesia dan dokter asing, dengan mengirimkan dokter Indonesia bekerja di rumah sakit di luar negeri atau sebaliknya. Hal ini diyakini dapat meningkatkan jiwa kompetisi dan kompetensi para dokter.
"Pasien masih Bahasa Indonesia, dia pasti lebih nyaman dengan dokter Indonesia. Jadi kami undang saja rumah sakit terbaik Amerika masuk deh bawa dokter Amerika terbaik ke Indonesia. Pasti nggak mau kalah kualitas pelayanannya. Jadi memang ada beberapa perspektif yang mesti kami lakukan untuk meningkatkan kualitas," ujar Menkes.
Jakarta: Menteri Kesehatan (
Menkes) Budi Gunadi Sadikin menginstruksikan produksi dokter spesialis dipercepat untuk memastikan distribusi
tenaga kesehatan di seluruh Indonesia berjalan baik. Pasalnya, jumlah
dokter yang dihasilkan setiap tahun di Indonesia, tidak sebanding dengan populasi yang ada.
Begitu pula di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, pemenuhan fasilitas dapat dilakukan dengan cepat. Namun, ketersediaan dokter spesialis di wilayah tersebut masih menjadi kendala.
"Kemarin saya groundbreaking empat rumah sakit di IKN. Semua yang punya rumah sakit pede rumah sakitnya akan selesai bulan Juli.
Nggak pedenya, cari dokternya apalagi dokter spesialis," kata Menkes, dalam keterangan tertulis, Senin, 6 Oktober 2023.
Hal yang sama ditemukan saat Menkes mengunjungi RSUD Sepaku di IKN beberapa waktu lalu. Menkes menemukan tidak ada dokter spesialis anestesi, spesialis bedah, dan spesialis ortopedi.
Menkes menilai spesialisasi itu dibutuhkan akibat tingginya angka kecelakaan kerja. Alhasil, pasien harus dirujuk ke Balikpapan dengan jarak tempuh tiga hingga empat jam.
"Oleh karena itu, kami sudah ada terobosan dengan adanya Hospital Based, dari 21 prodi spesialis yang saat ini ada, kami mau dorong. Kalau bisa nanti 300 rumah sakit tipe A dan B dalam waktu yang cepat bisa produksi dokter spesialis," ujar dia.
Menkes menilai program ini akan memudahkan untuk menyelesaikan masalah distribusi dokter spesialis. Menurut dia, Indonesia harus mampu menghasilkan lebih dari 30 ribu dokter setiap tahun.
Program ini juga disebut akan mengatasi masalah distribusi. Sebab, peserta didik diutamakan pegawai di RS yang bersangkutan, sehingga penempatannya sesuai kebutuhan. Biaya pendidikan yang dikeluarkan juga akan lebih murah.
Menkes juga akan mereplikasi yang dilakukan Pemerintah India dengan mengirimkan dokter belajar di luar negeri. Sedangkan, untuk menjaga kualitas dokter, Menkes mengusulkan meningkatkan kompetisi antara dokter Indonesia dan dokter asing, dengan mengirimkan dokter Indonesia bekerja di rumah sakit di luar negeri atau sebaliknya. Hal ini diyakini dapat meningkatkan jiwa kompetisi dan kompetensi para dokter.
"Pasien masih Bahasa Indonesia, dia pasti lebih nyaman dengan dokter Indonesia. Jadi kami undang saja rumah sakit terbaik Amerika masuk deh bawa dokter Amerika terbaik ke Indonesia. Pasti nggak mau kalah kualitas pelayanannya. Jadi memang ada beberapa perspektif yang mesti kami lakukan untuk meningkatkan kualitas," ujar Menkes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)