Presiden Joko Widodo (Jokowi). Foto: Medcom.id/Kautsar
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Foto: Medcom.id/Kautsar

Hilirisasi Nikel Disebut Untungkan Tiongkok, Begini Respons Jokowi

Kautsar Widya Prabowo • 10 Agustus 2023 16:16
Jakarta: Senior INDEF Faisal Basri yang menyebut kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia hanya menguntungkan Tiongkok. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertanyakan alasan tudingan tersebut.
 
"Hitungan dia (Faisal) gimana?" kata Jokowi di Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Kamis, 10 Agustus 2023.
 
RI 1 menyebut hilirisasi nikel justru menguntungkan Indonesia. Jika ekspor nikel dilakukan dalam bentuk mentah, harga nikel Indonesia sangat kecil.

"Contoh nikel, saat diekspor mentahan, bahan mentah, setahun kira-kira kira hanya Rp17 triliun," ungkap dia.
 
Kondisi berbeda jika hilirisasi dilakukan. Harga nikel akan meningkat.
 
"Setelah masuk downstreaming hilirisasi menjadi Rp510 triliun, bayangkan saja kita hanya ambil pajak, ambil pajak dari Rp17 triliun sama ambil pajak dari Rp510 triliun, gede banget," sebut dia.
 
Baca juga: Respons Tuduhan Faisal Basri soal Hilirisasi Nikel Untungkan Tiongkok, Presiden: Logikanya Bagaimana?

Presiden memastikan hilirisasi berdampak besar terhadap produk domestik bruto (PDB). Pemerintah bakal mendapatkan pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penghasilan (PPh) badan, PPh karyawan, PPh perusahaan, royalti, bea ekspor, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dengan jumlah lebih besar.
 
"Penerimaan negara bukan pajak semuanya ada di situ. Coba dihitung saja dari Rp17 trilun sama Rp 510 triliun gede mana?" jelasnya. 
 
Kepala Negara membantah hilirisasi hanya menguntungkan Tiongkok. Ia kembali menegaskan hilirisasi menguntungkan perekonomian Indonesia.
 
"Logikanya tadi sudah diberikan angka itu, gimana sih? Artinya apa? kontribusi terhadap PDB ekonomi pasti lebih gede dong. Logikanya gimana," jelasnya.
 
Sebelumnya, Faisal Basri menyebut Tiongkok mendapat keuntungan besar dari kebijakan hilirisasi nikel Indonesia. Persentasenya bahkan mencapai 90 persen dari total keuntungan.
 
Menurut Faisal, seharusnya Indonesia mengedepankan kebijakan industrialisasi yang akan menguatkan struktur perekonomian karena memberi nilai tambah ketimbang hilirisasi. Adapun Tiongkok disebut Faisal menjadi pihak yang mengeruk keuntungan paling banyak dari kebijakan hiliralisasi, karena mereka memiliki pabrik smelter nikel di Indonesia. 
 
"Hilirisasi sekadar bijih nikel jadi nickel pig iron (NPI) jadi feronikel lalu 99 persen diekspor ke Cina. Jadi hilirisasi di Indonesia nyata-nyata mendukung industrialisasi di Cina. Dari hilirisasi itu, kita hanya dapat 10 persen, 90 persennya ke China," kata Faisal Basri. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan