medcom.id, Jakarta: Komunitas Jendela Jakarta berdiri dengan misi meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya di Jakarta. Berangkat dari ikhtiar itu, mereka lalu mengembangkan resep agar anak-anak termotivasi dan gemar membaca.
Koordinator Public Relation Komunitas Jendela Jakarta, Isna Oktaviani, menerangkan, pendekatan terhadap anak berbeda-beda. Tergantung usia. Anak usia di bawah 11 tahun, misalnya, lebih suka ditemani saat membaca.
"Mereka maunya ditemenin. Apalagi yang masih kecil," kata Isna kepada Metrotvnews.com, Rabu 3 Mei 2017.
Ternyata, kiat sederhana itu cukup ampuh memompa minat baca anak-anak. Menurut Isna, anak di bawah 11 tahun bisa melahap dua atau tiga buku bergambar. "Kalau ditemenin itu mereka suka banget."
Baca: Presiden Terkejut Lihat Cara Pegiat Menarik Minat Baca
Metode yang juga tak kalah dahsyat adalah memberi contoh. Kakak asuh di Komunitas biasanya membuka buku lebih dulu, lalu mendeskripsikan sisi menarik dari buku tersebut.
Nah, tambah dia, pendekatan untuk anak yang sudah tergolong remaja lain lagi. Komunitas memberikan reward bagi anak-anak yang membaca satu buku satu bulan.
"Reward-nya one day one trip atau jalan-jalan ke museum atau nonton film edukatif. Jadi visualisasinya dengan hadiah kalau mereka bisa capai target," ujar Isna.
Untuk memastikan anak-anak benar membaca buku, kakak asuh biasanya meminta mereka untuk menceritakan kembali isi buku. Juga menanyakan pesan dari isi buku. "Jadi kita tahu adik ini sudah baca. Ada catatanya juga siapa sudah baca buku apa dalam satu bulan."
Tapi, hadiah bukan segala-galanya. Menurut Isna, reward hanya pemancing untuk menumbuhkan kebiasaan baca, bahwa: membaca itu penting. Membaca itu membuka wawasan.
Hasilnya, kata Isna, "Alhamdulillah." Pelan-pelan dan dari hari ke hari makin banyak anak yang kini terbiasa membaca buku. Awalnya, setengah buku lalu menjadi satu buku dalam sebulan.
"(Sekarang) sudah ada yang tiga buku sebulan," ucap Isna.
Menilik survei UNESCO tahun 2016, minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen. Artinya, dari seribu orang hanya ada satu orang yang memiliki minat baca.
Minat baca literasi negara kita juga tertinggal dari negara lain. Data World's Most Literature Nations 2016 menunjukkan daya literasi masyarakat Indonesia berada di posisi 60 dari 61 negara, atau satu tingkat di atas Bostwana yang menempati posisi buncit.
medcom.id, Jakarta: Komunitas Jendela Jakarta berdiri dengan misi meningkatkan minat baca masyarakat, khususnya di Jakarta. Berangkat dari ikhtiar itu, mereka lalu mengembangkan resep agar anak-anak termotivasi dan gemar membaca.
Koordinator Public Relation Komunitas Jendela Jakarta, Isna Oktaviani, menerangkan, pendekatan terhadap anak berbeda-beda. Tergantung usia. Anak usia di bawah 11 tahun, misalnya, lebih suka ditemani saat membaca.
"Mereka maunya ditemenin. Apalagi yang masih kecil," kata Isna kepada Metrotvnews.com, Rabu 3 Mei 2017.
Ternyata, kiat sederhana itu cukup ampuh memompa minat baca anak-anak. Menurut Isna, anak di bawah 11 tahun bisa melahap dua atau tiga buku bergambar. "Kalau ditemenin itu mereka suka banget."
Baca: Presiden Terkejut Lihat Cara Pegiat Menarik Minat Baca
Metode yang juga tak kalah dahsyat adalah memberi contoh. Kakak asuh di Komunitas biasanya membuka buku lebih dulu, lalu mendeskripsikan sisi menarik dari buku tersebut.
Nah, tambah dia, pendekatan untuk anak yang sudah tergolong remaja lain lagi. Komunitas memberikan reward bagi anak-anak yang membaca satu buku satu bulan.
"Reward-nya one day one trip atau jalan-jalan ke museum atau nonton film edukatif. Jadi visualisasinya dengan hadiah kalau mereka bisa capai target," ujar Isna.
Untuk memastikan anak-anak benar membaca buku, kakak asuh biasanya meminta mereka untuk menceritakan kembali isi buku. Juga menanyakan pesan dari isi buku. "Jadi kita tahu adik ini sudah baca. Ada catatanya juga siapa sudah baca buku apa dalam satu bulan."
Tapi, hadiah bukan segala-galanya. Menurut Isna, reward hanya pemancing untuk menumbuhkan kebiasaan baca, bahwa: membaca itu penting. Membaca itu membuka wawasan.
Hasilnya, kata Isna, "Alhamdulillah." Pelan-pelan dan dari hari ke hari makin banyak anak yang kini terbiasa membaca buku. Awalnya, setengah buku lalu menjadi satu buku dalam sebulan.
"(Sekarang) sudah ada yang tiga buku sebulan," ucap Isna.
Menilik survei UNESCO tahun 2016, minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen. Artinya, dari seribu orang hanya ada satu orang yang memiliki minat baca.
Minat baca literasi negara kita juga tertinggal dari negara lain. Data World's Most Literature Nations 2016 menunjukkan daya literasi masyarakat Indonesia berada di posisi 60 dari 61 negara, atau satu tingkat di atas Bostwana yang menempati posisi buncit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)