Jakarta: Ada yang istimewa dalam penyelenggaraan Metro TV Heritage Run 2018. Salah satunya, ajang ini melibatkan peserta dari kalangan difabel.
Ega, seorang difabel tunanetra, tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia menyebut ajang lari ini sebagai pembuktian.
Sebanyak 183 difabel mengikuti Heritage Run. Tak cuma orang dewasa, puluhan anak-anak juga ikut meramaikan acara yang digelar di kawasan Kota Tua, Jakarta Utara
Ega pun menjadi satu dari sekian peserta yang paling awal menyentuh garis finis. Didampingi Gama, rekan kantornya, jarak 2 kilometer dilahapnya dalam waktu kurang lebih 20 menit.
"Yang pertama ingin membuktikan ke diri sendiri bahwa saya bisa. Kedua kepada teman-teman, kepada keluarga, walau pun saya tunanetra saya bisa melakukan hal yang sama seperti orang-orang pada umumnya lakukan," kata Ega kepada Medcom.id, di lokasi, Minggu, 25 Maret 2018.
Baca: Sandi Ingin Metro TV Heritage Run Digelar Tiap Tahun
Keterbatasan penglihatan pun tidak sama sekali menyurutkan niat salah satu karyawan kantor agensi di Jakarta itu untuk berlari. Ia memperlihatkan kepada orang-orang bila tak ada batas bagi difabel untuk berprestasi.
"Saya sebenarnya tidak biasa lari, paling lari bareng sama teman-teman kantor. Ternyata ini capek juga," ungkap dia.
Lomba lari ini unik lantaran peserta harus mengelilingi tempat-tempat bersejarah di kawasan Kota Tua Jakarta. Lintasan meliputi Museum Fatahillah, Museum Bank, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Jembatan Kota Intan, dan Pelabuhan Sunda Kelapa.
Metro TV Heritage Run diikuti sekitar 5.000 peserta dan 183 kaum difabel. Khusus peserta difabel, Metro TV sengaja tidak memungut biaya. Mereka pun bisa membawa pendampingnya masing-masing.
Metro TV Heritage Run terdiri dari kategori 5K dan 10K. Khusus untuk kategori 10K atau jarak tempuh 10 kilometer, panitia mengelompokkan peserta umum, kelompok master I usia 40-50, dan master II untuk usia 50 tahun ke atas.
Jakarta: Ada yang istimewa dalam penyelenggaraan Metro TV Heritage Run 2018. Salah satunya, ajang ini melibatkan peserta dari kalangan difabel.
Ega, seorang difabel tunanetra, tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia menyebut ajang lari ini sebagai pembuktian.
Sebanyak 183 difabel mengikuti Heritage Run. Tak cuma orang dewasa, puluhan anak-anak juga ikut meramaikan acara yang digelar di kawasan Kota Tua, Jakarta Utara
Ega pun menjadi satu dari sekian peserta yang paling awal menyentuh garis finis. Didampingi Gama, rekan kantornya, jarak 2 kilometer dilahapnya dalam waktu kurang lebih 20 menit.
"Yang pertama ingin membuktikan ke diri sendiri bahwa saya bisa. Kedua kepada teman-teman, kepada keluarga, walau pun saya tunanetra saya bisa melakukan hal yang sama seperti orang-orang pada umumnya lakukan," kata Ega kepada
Medcom.id, di lokasi, Minggu, 25 Maret 2018.
Baca: Sandi Ingin Metro TV Heritage Run Digelar Tiap Tahun
Keterbatasan penglihatan pun tidak sama sekali menyurutkan niat salah satu karyawan kantor agensi di Jakarta itu untuk berlari. Ia memperlihatkan kepada orang-orang bila tak ada batas bagi difabel untuk berprestasi.
"Saya sebenarnya tidak biasa lari, paling lari bareng sama teman-teman kantor. Ternyata ini capek juga," ungkap dia.
Lomba lari ini unik lantaran peserta harus mengelilingi tempat-tempat bersejarah di kawasan Kota Tua Jakarta. Lintasan meliputi Museum Fatahillah, Museum Bank, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Jembatan Kota Intan, dan Pelabuhan Sunda Kelapa.
Metro TV Heritage Run diikuti sekitar 5.000 peserta dan 183 kaum difabel. Khusus peserta difabel, Metro TV sengaja tidak memungut biaya. Mereka pun bisa membawa pendampingnya masing-masing.
Metro TV Heritage Run terdiri dari kategori 5K dan 10K. Khusus untuk kategori 10K atau jarak tempuh 10 kilometer, panitia mengelompokkan peserta umum, kelompok master I usia 40-50, dan master II untuk usia 50 tahun ke atas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)