medcom.id, Jakarta: Tak pernah terlintas di benak Danan, pria berusia 31 tahun asal Indramayu, adik laki-lakinya menjadi salah satu korban tewas dalam insiden ledakan pabrik kembang api di Kosambi, Tangerang, Banten.
Sucinta, adik laki-laki Danan yang baru menginjak usia 20 tahun itu merupakan anak bungsu dari tiga saudara. Menurut pengakuan Danan, Sucinta bekerja di pabrik milik PT Panca Buana Cahaya Sukses di Kosambi itu baru dua bulan.
"Dia sempat pindah-pindah kerja. Pernah bekerja di pabrik mainan, tapi balik lagi ke pabrik kembang api. Dia bertugas mengawasi mesin," beber Danan kepada Metrotvnews.com, di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin 6 Oktober 2017.
Danan mengetahui pabrik kembang api tempat adiknya bekerja meledak melalui berita televisi. Meski panik, ia lantas bergegas mencari informasi mengenai nasib adiknya dengan mendatangi rumah sakit-rumah sakit tempat para korban dilarikan.
"Saya sudah datangi ke rumah sakit di Tangerang namun tak ada hasil, akhirnya sata putuskan malam itu juga mendatangi RS Polri," ujar Danan.
Ketika mengetahui pabrik tempat Sucinta bekerja meledak, keluarga Sucinta yang berada di Indramayu bergegas menuju Jakarta. Adik keduanya, Rendi beserta pamannya bahkan sampai menginap di RS Polri, menunggu kepastian nasib Sucinta.
"Keluarga saya sampai tidur disini dari hari pertama pasca kejadian. Mereka menginap beralaskan tikar demi menunggu kabar nasib adik saya," ucapnya.
Hari demi hari berlalu, korban demi korban telah diidentifikasi oleh Tim DVI Polri, namun nama adiknya belum disebut juga. Padahal, pihak keluarga sudah menyerahkan data-data antemortem yang diminta oleh pihak rumah sakit, seperti identitas dan foto-foto Sucinta.
Baca: Polisi Butuhkan Data Antemortem Tambahan 9 Korban
Namun Danan tidak menyerah. Kamis, 2 November 2017, Ia memutuskan kembali mendatangi tempat kos adiknya di kawasan Tangerang, mencari lebih banyak data antemortem untuk membantu pihak kepolisian mengidentifikasi jenazah adiknya.
"Di sana saya menemukan tas adik saya yang berisi dompet dan hp-nya. Tidak biasanya adik saya meninggalkan barang sepenting itu di kosnya," ujar Danan.
Di dalam dompet adiknya yang tertinggal itu, Danan menemukan seserpih patahan kuku milik Sucinta. Ia lantas membawa potongan kuku itu beserta pakaian Sucinta yang belum dicuci, masker, dan topi dari kos adiknya ke posko antemortem di RS Polri.
"Itu mungkin kuku dia patah, lalu disimpan di dompetnya. Saya langsung bawa ke sini (RS Polri)," imbuh Danan.
Perjuangan Danan akhirnya membuahkan hasil. Serpihan kuku yang ia temukan di dompet adiknya menguak identitas adiknya. Hari ini, Polisi resmi mengumumkan Sucinta berhasil diidentifikasi melalui Tes DNA dari potongan kuku yang ia serahkan ke Tim DVI.
Perasaan Danan kini lega bercampur sedih. Ia lega akhirnya berhasil mengetahui nasib adiknya. Namun ia juga sedih dan menyayangkan nasib nahas yang menimpa adik bungsunya yang sangat ia cintai itu.
Baca: Warga Ajak Anak-anak Bekerja di Pabrik Kembang Api Terancam Sanksi Pidana
"Saya berharap insiden seperti ini tidak terjadi lagi. Biar ini jadi pelajaran buat kita semua, karena nyawa itu tidak ada harganya," ujar Danan lirih.
Usai dimumkan secara resmi, Polisi langsung menyerahkan jenazah Sucinta kepada pihak keluarga hari ini. Danan mengatakan jenazah adiknya itu akan langsung dibawa ke kampung halamannya di Indramayu dengan menggunakan kendaraan dari RS Polri.
"Ya, langsung dibawa ke Indramayu," imbuh Danan.
Ledakan di pabrik kembang api milik PT Panca Buana Cahaya Sukses terjadi pada Kamis, 26 Oktober 2017. Dari lokasi kejadian, sebanyak 47 kantong jenazah dibawa ke RS Polri untuk diidentifikasi. Sucinta merupakan jenazah ke-36 yang berhasil diidentifikasi oleh Tim DVI Mabes Polri. Saat ini masih tersisa sembilan jenazah lain yang belum diidentifikasi.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan RS Polri Kombes Pol. Sumirat mengatakan, pihaknya masih membutuhkan lebih banyak data antemortem untuk menguak identitas sembilan jenazah yang tersisa.
"Kami tidak lelah mengingatkan keluarga agar jangan bosan mengirimkan data-data tersebut. Kami akan terus berusaha mengidentifikasi semua jenazah, namun kami membutuhkan bantuan dari keluarga untuk mengirimkan data-data itu," tandas Sumirat.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/8koJ0vlb" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Tak pernah terlintas di benak Danan, pria berusia 31 tahun asal Indramayu, adik laki-lakinya menjadi salah satu korban tewas dalam insiden ledakan pabrik kembang api di Kosambi, Tangerang, Banten.
Sucinta, adik laki-laki Danan yang baru menginjak usia 20 tahun itu merupakan anak bungsu dari tiga saudara. Menurut pengakuan Danan, Sucinta bekerja di pabrik milik PT Panca Buana Cahaya Sukses di Kosambi itu baru dua bulan.
"Dia sempat pindah-pindah kerja. Pernah bekerja di pabrik mainan, tapi balik lagi ke pabrik kembang api. Dia bertugas mengawasi mesin," beber Danan kepada
Metrotvnews.com, di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin 6 Oktober 2017.
Danan mengetahui pabrik kembang api tempat adiknya bekerja meledak melalui berita televisi. Meski panik, ia lantas bergegas mencari informasi mengenai nasib adiknya dengan mendatangi rumah sakit-rumah sakit tempat para korban dilarikan.
"Saya sudah datangi ke rumah sakit di Tangerang namun tak ada hasil, akhirnya sata putuskan malam itu juga mendatangi RS Polri," ujar Danan.
Ketika mengetahui pabrik tempat Sucinta bekerja meledak, keluarga Sucinta yang berada di Indramayu bergegas menuju Jakarta. Adik keduanya, Rendi beserta pamannya bahkan sampai menginap di RS Polri, menunggu kepastian nasib Sucinta.
"Keluarga saya sampai tidur disini dari hari pertama pasca kejadian. Mereka menginap beralaskan tikar demi menunggu kabar nasib adik saya," ucapnya.
Hari demi hari berlalu, korban demi korban telah diidentifikasi oleh Tim DVI Polri, namun nama adiknya belum disebut juga. Padahal, pihak keluarga sudah menyerahkan data-data antemortem yang diminta oleh pihak rumah sakit, seperti identitas dan foto-foto Sucinta.
Baca: Polisi Butuhkan Data Antemortem Tambahan 9 Korban
Namun Danan tidak menyerah. Kamis, 2 November 2017, Ia memutuskan kembali mendatangi tempat kos adiknya di kawasan Tangerang, mencari lebih banyak data antemortem untuk membantu pihak kepolisian mengidentifikasi jenazah adiknya.
"Di sana saya menemukan tas adik saya yang berisi dompet dan hp-nya. Tidak biasanya adik saya meninggalkan barang sepenting itu di kosnya," ujar Danan.
Di dalam dompet adiknya yang tertinggal itu, Danan menemukan seserpih patahan kuku milik Sucinta. Ia lantas membawa potongan kuku itu beserta pakaian Sucinta yang belum dicuci, masker, dan topi dari kos adiknya ke posko antemortem di RS Polri.
"Itu mungkin kuku dia patah, lalu disimpan di dompetnya. Saya langsung bawa ke sini (RS Polri)," imbuh Danan.
Perjuangan Danan akhirnya membuahkan hasil. Serpihan kuku yang ia temukan di dompet adiknya menguak identitas adiknya. Hari ini, Polisi resmi mengumumkan Sucinta berhasil diidentifikasi melalui Tes DNA dari potongan kuku yang ia serahkan ke Tim DVI.
Perasaan Danan kini lega bercampur sedih. Ia lega akhirnya berhasil mengetahui nasib adiknya. Namun ia juga sedih dan menyayangkan nasib nahas yang menimpa adik bungsunya yang sangat ia cintai itu.
Baca: Warga Ajak Anak-anak Bekerja di Pabrik Kembang Api Terancam Sanksi Pidana
"Saya berharap insiden seperti ini tidak terjadi lagi. Biar ini jadi pelajaran buat kita semua, karena nyawa itu tidak ada harganya," ujar Danan lirih.
Usai dimumkan secara resmi, Polisi langsung menyerahkan jenazah Sucinta kepada pihak keluarga hari ini. Danan mengatakan jenazah adiknya itu akan langsung dibawa ke kampung halamannya di Indramayu dengan menggunakan kendaraan dari RS Polri.
"Ya, langsung dibawa ke Indramayu," imbuh Danan.
Ledakan di pabrik kembang api milik PT Panca Buana Cahaya Sukses terjadi pada Kamis, 26 Oktober 2017. Dari lokasi kejadian, sebanyak 47 kantong jenazah dibawa ke RS Polri untuk diidentifikasi. Sucinta merupakan jenazah ke-36 yang berhasil diidentifikasi oleh Tim DVI Mabes Polri. Saat ini masih tersisa sembilan jenazah lain yang belum diidentifikasi.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan RS Polri Kombes Pol. Sumirat mengatakan, pihaknya masih membutuhkan lebih banyak data antemortem untuk menguak identitas sembilan jenazah yang tersisa.
"Kami tidak lelah mengingatkan keluarga agar jangan bosan mengirimkan data-data tersebut. Kami akan terus berusaha mengidentifikasi semua jenazah, namun kami membutuhkan bantuan dari keluarga untuk mengirimkan data-data itu," tandas Sumirat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DMR)