Jakarta: Pasien covid-19 dengan gejala bervariasi membanjiri rumah sakit rujukan akibat lonjakan kasus di Indonesia. Kebutuhan alat bantu pernapasan untuk pasien dengan gejala sedang hingga berat membuat permintaan oksigen meningkat tajam.
Masyarakat disebut berbondong-bondong membeli tabung oksigen untuk berjaga-jaga. Juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan masyarakat tak layak menimbun tabung dan oksigen di saat fasilitas kesehatan membutuhkan.
"Jangan pula jadikan tabung oksigen sebagai pencegahan untuk jaga-jaga, tidak bijak menyimpan oksigen di rumah,” kata Burhan dalam tayangan Primetime News Metro TV pada Minggu, 27 Juni 2021.
Burhan menegaskan tidak semua pasien covid-19 membutuhjan oksigen. Bantuan oksigen hanya diberikan kepada pasien covid-19 jika memiliki beberapa indikator.
“Yang butuh oksigen itu pasien sesak dan saturasinya (oksigen dalam darah) di bawah 95 persen. Kalau pasien bergejala ringan jangan ikut berdesak-desakan di IGD," tegas dia.
Dia kembali menegaskan pemberian oksigen bukan satu-satunya terapi bagi pasien. Masyarakat yang membeli oksigen dengan alasan jaga-jaga justru merusak sistem dan merugikan orang lain yang sesungguhnya lebih membutuhkan.
Baca: Kemenkes: Kasus Covid-19 Meningkat Tajam, Stok Oksigen Menipis
IDI juga mendapat laporan kekurangan oksigen dari berbagai daerah. Ketersediaan oksigen di rumah sakit disebut tak mampu mengantisipasi lonjakan pasien yang harus ditangani.
“Contohnya, ada stok oksigen untuk 10 pasien, yang datang 30 orang, dan 15 membutuhkan suplementasi oksigen. Ini harus ada 5 pasien yang kita tunda, saya tidak bilang mengorbankan,” ujar Burhan.
Pemberian oksigen tidak bisa dilakukan sembarangan. Sebab, pemberian bantuan oksigen ke pasien harus dipantu petugas kesehatan karena ada perhitungannya.
“Jenis oksigen bermacam-macam, peruntukannya berbeda-beda tergantung dari kadar oksigen dalam darah," tegas dia. (Nadia Ayu)
Jakarta: Pasien
covid-19 dengan gejala bervariasi membanjiri rumah sakit rujukan akibat lonjakan kasus di Indonesia. Kebutuhan alat bantu pernapasan untuk pasien dengan gejala sedang hingga berat membuat permintaan oksigen meningkat tajam.
Masyarakat disebut berbondong-bondong membeli tabung oksigen untuk berjaga-jaga. Juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (
PB IDI) Erlina Burhan masyarakat tak layak menimbun tabung dan oksigen di saat fasilitas kesehatan membutuhkan.
"Jangan pula jadikan tabung oksigen sebagai pencegahan untuk jaga-jaga, tidak bijak menyimpan oksigen di rumah,” kata Burhan dalam tayangan Primetime News Metro TV pada Minggu, 27 Juni 2021.
Burhan menegaskan tidak semua
pasien covid-19 membutuhjan oksigen. Bantuan oksigen hanya diberikan kepada pasien covid-19 jika memiliki beberapa indikator.
“Yang butuh oksigen itu pasien sesak dan saturasinya (oksigen dalam darah) di bawah 95 persen. Kalau pasien bergejala ringan jangan ikut berdesak-desakan di IGD," tegas dia.
Dia kembali menegaskan pemberian oksigen bukan satu-satunya terapi bagi pasien. Masyarakat yang membeli oksigen dengan alasan jaga-jaga justru merusak sistem dan merugikan orang lain yang sesungguhnya lebih membutuhkan.
Baca:
Kemenkes: Kasus Covid-19 Meningkat Tajam, Stok Oksigen Menipis
IDI juga mendapat laporan kekurangan oksigen dari berbagai daerah. Ketersediaan oksigen di rumah sakit disebut tak mampu mengantisipasi lonjakan pasien yang harus ditangani.
“Contohnya, ada stok oksigen untuk 10 pasien, yang datang 30 orang, dan 15 membutuhkan suplementasi oksigen. Ini harus ada 5 pasien yang kita tunda, saya tidak bilang mengorbankan,” ujar Burhan.
Pemberian oksigen tidak bisa dilakukan sembarangan. Sebab, pemberian bantuan oksigen ke pasien harus dipantu petugas kesehatan karena ada perhitungannya.
“Jenis oksigen bermacam-macam, peruntukannya berbeda-beda tergantung dari kadar oksigen dalam darah," tegas dia.
(Nadia Ayu) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)