Jakarta: Pemerintah dinilai tak bisa bekerja sendirian untuk mengatasi masalah stunting. Butuh keterlibatan berbagai pihak untuk menggerus angka stunting, mengingat hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Butuh kebersamaan untuk mengatasi masalah stunting ini. Karena angkanya sudah cukup tinggi sebagai warga negara kami merasa terpanggil,” kata Chief Business Support Officer TBIG Lie Si An, dalam keterangan yang dikutip, Jumat, 13 September 2024.
Hal tersebut diungkap Lie dalam program pihaknya yang bertajuk 'Bersama untuk Indonesia'. Menurut dia, program berfokus pada penanganan stunting itu mencerminkan komitmen perusahaan, untuk turun tangan membantu pemerintah.
Lie mengutip hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, yang menunjukkan stunting masih menjadi masalah serius di Indonesia. Dibuktikan dengan prevalensi stunting yang mencapai 21,5 persen pada balita.
Menurut Lie, kontribusi pihaknya menjadi penting, karena pemerintah Indonesia menargetkan penurunan angka stunting hingga 14 persen. Hal tersebut tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Untuk menunjang program itu, pihaknya mengerahkan tenaga medis ke daerah 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar) serta wilayah lain dengan prevalensi stunting yang tinggi. Sebanyak 21 titik di sembilan provinsi, meliputi Papua hingga Nangroe Aceh Darussalam, dengan 2.100 penerima manfaat.
Program ini, kata dia, sejalan dengan arahan Kementerian Kesehatan, yang mencakup Pemberian Bantuan Makanan Tambahan (PMT), pelatihan kepada kader posyandu, dan pendampingan kepada masyarakat selama satu bulan penuh. Puskesmas setempat juga dilibatkan untuk memastikan keberlanjutan serta efektivitas program.
Presiden Direktur RBIG, Herman Setya Budi, menegaskan perusahaan terus mendukung program pemerintah mengatasi stunting. Termasuk, dalam menanggulangi permasalahan sosial.
"Komitmen kami tidak hanya terbatas pada kesehatan, tetapi juga mencakup pendidikan, lingkungan, dan budaya," tambahnya.
Dukungan terhadap program ini juga disambut positif oleh tokoh-tokoh lokal. Camat Lhoknga, Nangroe Aceh Darusalam, Mukhtar Jakup yang kecamatannya menjadi daerah terakhir yang menjadi target kegiatan ini menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif TBIG.
"Kami sangat berterima kasih atas perhatian yang diberikan. Meskipun kami berada jauh dari pusat, kami tidak terlepas dari perhatian TBIG," ucapnya.
Hal serupa disampaikan oleh Kepala puskesmas Ebungfauw, Kabupaten Jayapura, Papua Deby Persulessy. “Bantuan PMT, pelayanan kesehatan dan obat-obatan dari TBIG sangat besar manfaatnya bagi kami di wilayah yang jauh dari pusat,” imbuhnya dalam kegiatan serupa di desa Homfolo distrik Ebungfa, Jayapura Papua.
Jakarta: Pemerintah dinilai tak bisa bekerja sendirian untuk mengatasi masalah
stunting. Butuh keterlibatan berbagai pihak untuk menggerus angka
stunting, mengingat hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Butuh kebersamaan untuk mengatasi masalah stunting ini. Karena angkanya sudah cukup tinggi sebagai warga negara kami merasa terpanggil,” kata Chief Business Support Officer TBIG Lie Si An, dalam keterangan yang dikutip, Jumat, 13 September 2024.
Hal tersebut diungkap Lie dalam program pihaknya yang bertajuk 'Bersama untuk Indonesia'. Menurut dia, program berfokus pada penanganan
stunting itu mencerminkan komitmen perusahaan, untuk turun tangan membantu pemerintah.
Lie mengutip hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, yang menunjukkan
stunting masih menjadi masalah serius di Indonesia. Dibuktikan dengan prevalensi
stunting yang mencapai 21,5 persen pada balita.
Menurut Lie, kontribusi pihaknya menjadi penting, karena pemerintah Indonesia menargetkan penurunan angka
stunting hingga 14 persen. Hal tersebut tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Untuk menunjang program itu, pihaknya mengerahkan tenaga medis ke daerah 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar) serta wilayah lain dengan prevalensi
stunting yang tinggi. Sebanyak 21 titik di sembilan provinsi, meliputi Papua hingga Nangroe Aceh Darussalam, dengan 2.100 penerima manfaat.
Program ini, kata dia, sejalan dengan arahan Kementerian Kesehatan, yang mencakup Pemberian Bantuan Makanan Tambahan (PMT), pelatihan kepada kader posyandu, dan pendampingan kepada masyarakat selama satu bulan penuh. Puskesmas setempat juga dilibatkan untuk memastikan keberlanjutan serta efektivitas program.
Presiden Direktur RBIG, Herman Setya Budi, menegaskan perusahaan terus mendukung program pemerintah mengatasi
stunting. Termasuk, dalam menanggulangi permasalahan sosial.
"Komitmen kami tidak hanya terbatas pada kesehatan, tetapi juga mencakup pendidikan, lingkungan, dan budaya," tambahnya.
Dukungan terhadap program ini juga disambut positif oleh tokoh-tokoh lokal. Camat Lhoknga, Nangroe Aceh Darusalam, Mukhtar Jakup yang kecamatannya menjadi daerah terakhir yang menjadi target kegiatan ini menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif TBIG.
"Kami sangat berterima kasih atas perhatian yang diberikan. Meskipun kami berada jauh dari pusat, kami tidak terlepas dari perhatian TBIG," ucapnya.
Hal serupa disampaikan oleh Kepala puskesmas Ebungfauw, Kabupaten Jayapura, Papua Deby Persulessy. “Bantuan PMT, pelayanan kesehatan dan obat-obatan dari TBIG sangat besar manfaatnya bagi kami di wilayah yang jauh dari pusat,” imbuhnya dalam kegiatan serupa di desa Homfolo distrik Ebungfa, Jayapura Papua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)