Serpong: Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong peneliti untuk mengomersialkan karyanya kepada masyarakat. Pasalnya, karya peneliti berbentuk naskah akademis masih banyak ditemukan.
Kepala BLI Agus Julianto mengatakan komersialisasi harus dijalankan dengan strategi khusus agar karya peneliti dapat bersaing dengan produk di pasaran. Dia pun berusaha menggandeng pihak swasta yang fokus dalam pemasaran produk.
"Kita akan melibatkan perusahaan kosmetik seperti Wardah. Kita akan mengajak mereka karena konsumen pasar litbang adalah perempuan, kosmetik, atau kecantikan," kata Agus di sela-sela Festival Tropical Forest and Environment Research, di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Selasa, 13 Agustus 2019.
BLI juga menjajaki strategi pemasaran produk melalui pengembang perdagangan elektronik. Hal tersebut telah direncanakan di Balai Pemulihan Benih Yogyakarta yang saat ini sudah mengomersialkan produk melalui situs pribadinya.
"Tanpa pemanfaatan teknologi informasi, kita tidak bisa mencangkup pasar yang luas. Selain menjual online dengan website, kita juga memanfaatkan marketplace yang ada, seperti Bukalapak, dan pemain online," tutur dia.
Baca: Pengusaha Hutan Minta Pengesahan RUU Pertanahan Ditunda
Salah satu produk inovasi hasil hutan yang akan dikomersialisasikan ialah parfum kemenyan. Parfum tersebut dinilai memiliki kualitas yang tidak kalah dengan parfum luar negri.
"Parfum dari kemenyan itu kalau diproduksi masal sangat luas (pasarnya), tahan lama dan nonalkohol," jelas dia.
Dwi menegaskan produk-produk yang akan dikomersialkan telah memiliki hak paten. Setidaknya terdapat 50 penelitian di bawah KLHK yang telah mendapatkan paten. "Sehingga konsep inovasi menajadi lengkap dari penemuan hingga komersialisasi."
Serpong: Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong peneliti untuk mengomersialkan karyanya kepada masyarakat. Pasalnya, karya peneliti berbentuk naskah akademis masih banyak ditemukan.
Kepala BLI Agus Julianto mengatakan komersialisasi harus dijalankan dengan strategi khusus agar karya peneliti dapat bersaing dengan produk di pasaran. Dia pun berusaha menggandeng pihak swasta yang fokus dalam pemasaran produk.
"Kita akan melibatkan perusahaan kosmetik seperti Wardah. Kita akan mengajak mereka karena konsumen pasar litbang adalah perempuan, kosmetik, atau kecantikan," kata Agus di sela-sela Festival Tropical Forest and Environment Research, di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Selasa, 13 Agustus 2019.
BLI juga menjajaki strategi pemasaran produk melalui pengembang perdagangan elektronik. Hal tersebut telah direncanakan di Balai Pemulihan Benih Yogyakarta yang saat ini sudah mengomersialkan produk melalui situs pribadinya.
"Tanpa pemanfaatan teknologi informasi, kita tidak bisa mencangkup pasar yang luas. Selain menjual
online dengan
website, kita juga memanfaatkan
marketplace yang ada, seperti Bukalapak, dan pemain
online," tutur dia.
Baca: Pengusaha Hutan Minta Pengesahan RUU Pertanahan Ditunda
Salah satu produk inovasi hasil hutan yang akan dikomersialisasikan ialah parfum kemenyan. Parfum tersebut dinilai memiliki kualitas yang tidak kalah dengan parfum luar negri.
"Parfum dari kemenyan itu kalau diproduksi masal sangat luas (pasarnya), tahan lama dan nonalkohol," jelas dia.
Dwi menegaskan produk-produk yang akan dikomersialkan telah memiliki hak paten. Setidaknya terdapat 50 penelitian di bawah KLHK yang telah mendapatkan paten. "Sehingga konsep inovasi menajadi lengkap dari penemuan hingga komersialisasi."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)