"Gagal menghasilkan demokrasi yang masuk akal karena Jokowi terus memperpanjang jalan tol, bukan memperpanjang jalan pikiran," kata Rocky dalam diskusi publik di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Rabu, 17 Mei 2023.
Rocky kemudian menyinggung beberapa pihak yang tak suka politik identitas dalam proses kontestasi politik yang merupakan bagian demokrasi Indonesia. Fenomena itu justru dinilai lumrah lantaran secara kultural orang ingin mengidentifikasi dirinya dengan pemimpinnya.
"Orang Jawa cenderung memilih pemimpin Jawa, orang Islam cenderung memilih pemimpin Islam. Dia vertikal," ujar dia.
Baca juga: Bukan Politik Identitas, Masalah Politik Uang Dinilai Lebih Urgen |
Meski begitu, Rocky mengusulkan agar masyarakat tidak hanya mengacu pada satu alasan memilih calon. Mereka harus mempertimbangkan aspek lain dalam memilih pemimpin.
"Misalnya orang memilih pemimpin Jawa, iya, tapi koruptor. Bagaimana? Jadi ditaruh dua nilai sekaligus," papar dia.
Rocky mencontohkan skenario lain seperti pemimpin Islam namun tidak peka isu kesetaraan gender. Contoh ekstremnya, ada orang gila tapi pikirannya sehat.
"Sehingga orang bisa memilih kendati identitas kultur sama, tapi karena dia antikorupsi, tidak memilih yang koruptor," jelas dia.
Menurut Rocky, iklim seperti itu membutuhkan peran seorang presiden. Dia mengeklaim sudah menawarkan gagasan itu sejak tujuh tahun lalu.
"Saya minta untuk mencegah terjadinya bloking-bloking dan membuat semua partai politik punya kurikulum sejarah intelektual demokrasi," tutur dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id