Jakarta: Anggota Tim Pusat Kajian Ratu Kalinyamat Yayasan Darma Bakti Lestari, Sujiwo Tejo, mengaku tak mudah mengajukan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional. Gambaran negatif soal Ratu Kalinyamat membuat masyarakat sukar percaya.
"Kita dibikin bangga sama pahlawan-pahlawan kita tetapi negatifnya ditonjolkan. Sehingga orang ingat negatifnya," kata Sujiwo di program Newsmaker Medcom.id 'Kembalinya Ratu Kalinyamat', Sabtu, 6 November 2021.
Sujiwo mencontohkan Pangeran Diponegoro. Dia diangkat sebagai pahlawan dan dikenal sebagai sosok yang paling membuat kantong VOC terkuras gegara perang lima tahun.
Namun, masyarakat juga dihembuskan isu Pangeran Diponogero perang karena tanahnya sendiri diambil Belanda. Diponegoro disebut perang lantaran ada kepentingan pribadi.
Tak cuma itu, Cut Nyak Dien yang diakui sebagai pemberantas buta huruf tak luput dari isu negatif. Masyarakat dibuat mempertanyakan penduduk pribumi pada saat itu hanya boleh sekolah sampai kelas 3 SD.
"Sekarang Ratu Kalinyamat sebagai Ratu Jepara tapi dibiarkan. Sehingga omongan soal Ratu Kalinyamat selalu mengundang tawa," tutur Sujiwo.
Dia menyebut sedikit yang percaya Ratu Kalinyamat mampu membawa 15 ribu prajurit ke Malaka. Padahal, waktu itu warga Jepara cuma 3 ribu orang.
Baca: Kepahlawanan Ratu Kalinyamat Lebih besar dari Usir Portugis
Sujiwo menyebut Ratu Kalinyamat yang jago silat dikenal sebagai orang kaya dan cerdas. Sehingga, tak heran dia mampu membawa belasan ribu prajurit.
Isu negatif lainnya Ratu Kalinyamat disebut kerap tapa telanjang (bertapa tanpa busana) serta lekat dengan pesugihan. Bahkan ada sebuah tempat di dekat Jepara diklaim didatangi orang-orang untuk meminta kekayaan pada Ratu Kalinyamat.
Tak sampai di situ, Ratu Kalinyamat digambarkan sosok sadis dan haus darah. "Bahkan yang lebih berat dibilang mitos," beber dia.
Sujiwo menyebut ini kali ketiga mengajukan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional. Pada pengajuan terakhir ini tim diminta oleh pemerintah untuk membuktikan Ratu Kalinyamat tak sekadar mitos.
"Walaupun kalau mau kasar, pemerintah buktikan dia mitos. (Ini) Strategi global supaya kita enggak bangga sama leluhur Tanah Air," ujar dia.
Dia mengaku untuk mengenalkan masyarakat pada leluhur mesti pelan-pelan. Masyarakat tak bisa dibombardir dengan data-data mengagetkan.
"Tentang Ratu Kalinyamat termasuk dia pesilat, dia lebih dikenal sebagai balong gede--dalam istilah Jawa, perempuan balong gede ialah perempuan tapi seperti laki-laki--. Jadi, bagaimana orang bisa percaya," tutur dia.
Jakarta: Anggota Tim Pusat Kajian
Ratu Kalinyamat Yayasan Darma Bakti Lestari, Sujiwo Tejo, mengaku tak mudah mengajukan Ratu Kalinyamat sebagai
pahlawan nasional. Gambaran negatif soal Ratu Kalinyamat membuat masyarakat sukar percaya.
"Kita dibikin bangga sama pahlawan-pahlawan kita tetapi negatifnya ditonjolkan. Sehingga orang ingat negatifnya," kata Sujiwo di program Newsmaker
Medcom.id 'Kembalinya Ratu Kalinyamat', Sabtu, 6 November 2021.
Sujiwo mencontohkan Pangeran Diponegoro. Dia diangkat sebagai pahlawan dan dikenal sebagai sosok yang paling membuat kantong VOC terkuras gegara perang lima tahun.
Namun, masyarakat juga dihembuskan isu Pangeran Diponogero perang karena tanahnya sendiri diambil Belanda. Diponegoro disebut perang lantaran ada kepentingan pribadi.
Tak cuma itu, Cut Nyak Dien yang diakui sebagai pemberantas buta huruf tak luput dari isu negatif. Masyarakat dibuat mempertanyakan penduduk pribumi pada saat itu hanya boleh sekolah sampai kelas 3 SD.
"Sekarang Ratu Kalinyamat sebagai Ratu Jepara tapi dibiarkan. Sehingga omongan soal Ratu Kalinyamat selalu mengundang tawa," tutur Sujiwo.
Dia menyebut sedikit yang percaya Ratu Kalinyamat mampu membawa 15 ribu prajurit ke Malaka. Padahal, waktu itu warga Jepara cuma 3 ribu orang.
Baca:
Kepahlawanan Ratu Kalinyamat Lebih besar dari Usir Portugis
Sujiwo menyebut Ratu Kalinyamat yang jago silat dikenal sebagai orang kaya dan cerdas. Sehingga, tak heran dia mampu membawa belasan ribu prajurit.
Isu negatif lainnya Ratu Kalinyamat disebut kerap tapa telanjang (bertapa tanpa busana) serta lekat dengan pesugihan. Bahkan ada sebuah tempat di dekat Jepara diklaim didatangi orang-orang untuk meminta kekayaan pada Ratu Kalinyamat.
Tak sampai di situ, Ratu Kalinyamat digambarkan sosok sadis dan haus darah. "Bahkan yang lebih berat dibilang mitos," beber dia.
Sujiwo menyebut ini kali ketiga mengajukan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional. Pada pengajuan terakhir ini tim diminta oleh pemerintah untuk membuktikan Ratu Kalinyamat tak sekadar mitos.
"Walaupun kalau mau kasar, pemerintah buktikan dia mitos. (Ini) Strategi global supaya kita enggak bangga sama leluhur Tanah Air," ujar dia.
Dia mengaku untuk mengenalkan masyarakat pada leluhur mesti pelan-pelan. Masyarakat tak bisa dibombardir dengan data-data mengagetkan.
"Tentang Ratu Kalinyamat termasuk dia pesilat, dia lebih dikenal sebagai balong gede--dalam istilah Jawa, perempuan balong gede ialah perempuan tapi seperti laki-laki--. Jadi, bagaimana orang bisa percaya," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)