Jakarta: Badan Intelijen Negara (BIN) menyebut, rotasi penempatan wilayah tugas untuk anggota TNI perlu dilakukan secara berkala. Hal ini agar anggota TNI tidak terpapar radikalisme di wilayah-wilayah yang tingkat radikalismenya cukup tinggi.
Juru Bicara BIN Wawan Hari Purwanto mengatakan, anggota TNI tak jarang ditugaskan ke wilayah-wilayah yang terpapar radikalisme untuk melakukan pembinaan. Hal tersebut, kata dia, tak menutup kemungkinan anggota TNI malah terpapar radikalisme.
"Perlu ada tour of area, agar tidak di sana (wilayah terpapar radikalisme) terus bertugas. Kalau itu saja, ya tidak menutup kemungkinan akan terbawa oleh suasana dan akhirnya terpapar," kata Wawan di D'consulate Resto & Lounge, Jakarta Pusat, Sabtu, 10 Agustus 2019.
Selain itu, rotasi penugasan juga bermanfaat bagi anggota TNI, yakni bisa menambah pengetahuan, pengalaman, keberanian dan inovasi. Dengan demikian, akan mendapatkan hasil yang lebih bagus.
Menurut Wawan, saat ini sebanyak tiga persen anggota TNI diduga terpapar radikalisme. Namun begitu, BIN juga masih terus memverikasi angka tersebut.
Ia menambahkan, anggota yang terbukti terpapar radikalisme akan ditindak secara hukum oleh atasan yang berwenang. Selain itu, mereka juga akan dibina.
"Dalam penindakan hukum itu akan menilai sampai sejauh mana anak buah ini terpapar, atau kah paham itu sering dipelajari karena penugasan," ujar Wawan.
Baca: Polri Pastikan Akpol Tak Disusupi Paham Radikal
Di sisi lain, Wawan menyebut yang paling banyak terpapar paham radikalisme adalah anak muda. Sebab, tanpa berpikir panjang atau menelan mentah-mentah paham tersebut.
"Rentang usia paling banyak itu 17-24 tahun. Karena dia sedang senang-senangnya membuka ajaran itu dan tidak melakukan check, re-check dan cross check," pungkas Wawan.
Jakarta: Badan Intelijen Negara (BIN) menyebut, rotasi penempatan wilayah tugas untuk anggota TNI perlu dilakukan secara berkala. Hal ini agar anggota TNI tidak terpapar radikalisme di wilayah-wilayah yang tingkat radikalismenya cukup tinggi.
Juru Bicara BIN Wawan Hari Purwanto mengatakan, anggota TNI tak jarang ditugaskan ke wilayah-wilayah yang terpapar radikalisme untuk melakukan pembinaan. Hal tersebut, kata dia, tak menutup kemungkinan anggota TNI malah terpapar radikalisme.
"Perlu ada
tour of area, agar tidak di sana (wilayah terpapar radikalisme) terus bertugas. Kalau itu saja, ya tidak menutup kemungkinan akan terbawa oleh suasana dan akhirnya terpapar," kata Wawan di D'consulate Resto & Lounge, Jakarta Pusat, Sabtu, 10 Agustus 2019.
Selain itu, rotasi penugasan juga bermanfaat bagi anggota TNI, yakni bisa menambah pengetahuan, pengalaman, keberanian dan inovasi. Dengan demikian, akan mendapatkan hasil yang lebih bagus.
Menurut Wawan, saat ini sebanyak tiga persen anggota TNI diduga terpapar radikalisme. Namun begitu, BIN juga masih terus memverikasi angka tersebut.
Ia menambahkan, anggota yang terbukti terpapar radikalisme akan ditindak secara hukum oleh atasan yang berwenang. Selain itu, mereka juga akan dibina.
"Dalam penindakan hukum itu akan menilai sampai sejauh mana anak buah ini terpapar, atau kah paham itu sering dipelajari karena penugasan," ujar Wawan.
Baca: Polri Pastikan Akpol Tak Disusupi Paham Radikal
Di sisi lain, Wawan menyebut yang paling banyak terpapar paham radikalisme adalah anak muda. Sebab, tanpa berpikir panjang atau menelan mentah-mentah paham tersebut.
"Rentang usia paling banyak itu 17-24 tahun. Karena dia sedang senang-senangnya membuka ajaran itu dan tidak melakukan
check,
re-check dan
cross check," pungkas Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DMR)