Petugas gabungan mengevakuasi korban yang terbakar di dalam kapal motor Zahro Express di dermaga Muara Angke, Jakarta, Minggu (1/1). Foto: M Agung Rajasa/Antara.
Petugas gabungan mengevakuasi korban yang terbakar di dalam kapal motor Zahro Express di dermaga Muara Angke, Jakarta, Minggu (1/1). Foto: M Agung Rajasa/Antara.

Polemik Manifes dalam Kecelakaan Kapal

Achmad Zulfikar Fazli • 02 Januari 2017 06:24
medcom.id, Jakarta: Kecelakaan kapal kembali terjadi di perairan Indonesia. Insiden itu kali ini terjadi di dekat perairan Kepulauan Seribu. Sebuah kapal bernama Kapal Motor Zahro Express luluh lantak dilalap api.
 
Kejadian ini bukan kali pertama. Kecelakaan kapal juga penah terjadi dalam beberapa tahun terakhir, seperti Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Rafelia 2 yang berangkat dari Pelabuhan Gilimanuk, Bali, menuju Pelabuhan Ketapang, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kapal ini tenggelam di Selat Bali, Jumat 4 Maret 2016, sekitar pukul 13.00 WIB.
 
Kecelakaan kapal juga sebelumnya pernah terjadi di perairan dekat Terminal Teluk Lamong, kawasan Tanjung Perak, Surabaya, Senin 16 November 2015. Saat itu, Kapal Roll On-Roll Off (RoRo), KM Wihan Sejahtera karam.

Uniknya, setiap kecelakaan kapal selalu dihiasi polemik angka manifes penumpang. Jumlah itu kerap menimbulkan perdebatan lantaran memiliki perbedaan antara yang terdata dan jumlah pada kenyataannya yang naik ke atas kapal. Hal ini disebabkan adanya penumpang 'gelap' yang naik kapal tanpa terdata di pihak pelabuhan.
 
Baca: Basarnas: Angka Manifes Penumpang Selalu jadi Polemik
 
Contohnya, Kapal Roll On-Roll Off (RoRo), KM Wihan Sejahtera yang karam di perairan dekat Terminal Teluk Lamong. Dari angka manifes tercatat 153 penumpang, namun pada kenyataannya kapal diisi 212 orang yang terdiri dari 179 penumpang dan 25 ABK.
 
Jumlah itu bertambah lantaran banyaknya sopir truk yang membawa kernet tanpa membeli tiket.
 
 
 
Masalah angka manifes penumpang juga terjadi pada Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Rafelia 2 yang tenggelam di Selat Bali. Awalnya, otoritas pelabuhan merilis manifes sebanyak 51 orang, terdiri dari 37 penumpang dan 14 kru kapal.
 
Namun belakangan setelah seluruh penumpang dievakuasi, ternyata jumlahnya mencapai 82 orang.
 
Terparah, pada kecelakaan Kapal Motor Senopati Nusantara, 30 Desember 2006. Kapal tersebut karam saat menempuh pelayaran dari Teluk Kumai, Kalimantan Tengah, menuju Semarang, Jawa Tengah, sejak 28 Desember.
 
Tercatat insiden ini menyebabkan 46 orang tewas, 347 orang hilang dan kemungkinan besar tewas, serta ratusan orang selamat.
 
Kapal itu juga bermasalah dengan angka manifes. Kapal itu diyakini melebihi kapasitas dengan membawa penumpang hingga 850 orang. Sedangkan, angka manifes awal hanya 628 orang.
 
Alih-alih ada perbaikan dari manajemen pelabuhan dan pemilik kapal dalam mengatasi perbedaan angka manifes. Hal itu justru kembali terulang pada insiden terbakarnya Kapal Motor Zahro Express. Sekitar 23 orang dikabarkan tewas, puluhan orang luka-luka dan masih hilang dalam insiden itu.
 
Polemik Manifes dalam Kecelakaan Kapal
Kapal Zahro Express , kapal penumpang wisata terbakar tak jauh dari Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara. Foto: MTVN/Ilham Wibowo.
 
Angka manifes penumpang dari KM Zahro Express ini juga berbeda. Ada yang menyebut kapal tersebut mengangkut 251 orang. Dari mereka di antaranya 23 orang tewas, 17 orang luka-luka, 17 orang hilang dan 194 orang selamat.
 
Tapi, ada juga yang menyebut kapal tersebut mengangkut 238 orang. Sebenarnya, berapa pun jumlahnya, angka itu belum melebihi kapasitas. Sebab, berdasarkan sertifikat kapal tersebut memiliki daya angkut 285 orang.
 
Masalahnya ada pada angka manifes. Pasalnya, saat kapal itu berlayar angka manifes yang tercatat hanya 100 orang.
 
Baca: Versi BNPB Ada 23 Penumpang Kapal Zahro Express Tewas
 
Kepala Basarnas Marsdya TNI FH Bambang Soelistyo mengakui, angka manifes penumpang selalu menjadi polemik. Acapkali data riil tidak sama dengan data yang dilaporkan.
 
"Angka manifes dari dulu selalu jadi polemik. Yang dilaporkan ke kami 240 orang manifes (penumpang Zahro Express). Tapi ditemukan 247 orang," ujar Soelistyo dalam program Breaking News Metro TV, Jakarta, Minggu (1/1/2017).
 
Polemik Manifes dalam Kecelakaan Kapal
Petugas gabungan mengangkat kantong jenazah korban kebakaran kapal motor Zahro Express di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta, Minggu (1/1). Foto: M Agung Rajasa/Antara.
 
Karena perbedaan itu, Bambang berpegangan pada angka manifes yang ditemukan. Ia pun memperkirakan angka itu mungkin saja bertambah.
 
Untuk itu, pihaknya masih terus menyisir sekitaran lokasi terbakarnya KM Zahro Express. Sejumlah penyelam telah disiapkan untuk mencari kemungkinan korban lain.
 
"Kami akan terus cari untuk mencari kemungkinan adanya korban lain," kata dia.
 
Penyebab kebakaran
 
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih menyelidiki penyebab terbakarnya KM Zahro Express. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pihaknya membutuhkan waktu untuk mengetahui penyebab kebakaran tersebut.
 
"Belum (ada kesimpulan). Kurang lebih tiga bulan untuk mendapatkan penyebabnya," kata Soerjanto.
 
Baca: Kapal Tujuan Pulau Tidung Terbakar Diduga Alami Masalah Mesin
 
Menurut dia, pihaknya saat ini masih menggali sejumlah keterangan dari penumpang dan kru kapal. Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga akan melihat serifikat, daya tampung, jumlah manifes dan jumlah kenyataan penumpang yang ada di kapal tersebut.
 
Data yang didapatkan tersebut nantinya akan dianalisa oleh KNKT. Sehingga, KNKT dalam menarik kesimpulan dari penyebab terbakarnya kapal tersebut.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan