Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra. (Foto: MI/Arya Manggala).
Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra. (Foto: MI/Arya Manggala).

Azyumardi Azra Meyakini Indonesia tak Mungkin Seperti Suriah

Dheri Agriesta • 04 Juni 2017 21:41
medcom.id, Jakarta: Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra menegaskan, Indonesia tak mungkin menjadi seperti Pakistan dan Suriah yang mengalami perang saudara. Karena, dari sudut Islam yang dianut sudah berbeda.
 
"Islam Indonesia itu adalah Islam berkemajuan yang tidak kompatibel dengan gejala ISIS dan HTI," Azyumardi di Kantor Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Jalan Cisadane 8, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu 4 Juni 2017.
 
Azyumardi kerap menyebut Islam yang dianut mayoritas masyarakat Indonesia sebagai agama yang berbunga-bunga. Ia mencontohkan bagaimana masyarakat muslim Indonesia sangat senang berbagi dan memberi.

Seperti fenomena buka puasa bersama yang kerap terjadi pada Ramadan. Ada banyak masjid yang meyediakan paket buka puasa untuk jemaah secara gratis. Padahal, penampakan ini jarang sekali terlihat di negara-negara Islam.
 
Azyumardi juga mengingatkan bagaimana adat istiadat dan agama berdampingan di kehidupaan sosial masyarakat. Ia mencontohkan budaya ziarah kubur dan mandi balimau yang kerap dilakukan masyarakat Sumatera Barat menjelang Ramadan.
 
Puncak kesenangan berbagi ini adalah pada saat mudik lebaran, dari H-7 hingga H+7. Masyarakat berbondong-bondong kembali ke kampung halaman mereka untuk merayakan lebaran dan berbagi bersama keluarga.
 
"Islam Indonesia itu toleran. Jadi saya bilang, Islam modern di Indonesia terlalu besar untuk bisa gagal," jelas Azyumardi.
 
Azyumardi percaya, ISIS sulit masuk ke Indonesia. Alasannya sederhana, Islam yang dibawa ISIS terlalu kering buat masyarakat Indonesia.
 
(Baca: Survei: 79% WNI tak Setuju NKRI Diganti Menjadi Khilafah)
 
Sebelumnya, Saiful Mujani Research and Consulting mengadakan survei terkait penilaian publik terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Islamic State Iraq and Syria (ISIS). Survei itu menyatakan, 79,3 persen warga negara Indonesia (WNI) tak setuju NKRI berubah menjadi khilafah.
 
"Sedangkan sekitar 9,2 persen secara nasional yang punya aspirasi ingin mengganti NKRI dengan khilafah dalam konteks engara Islam yang bersandar kepada Alquran, hadist, dan tafsiran ulama tertentu," kata Direktur SMRC Saiful Mujani.
 
Saiful menjelaskan, jika dilihat dari faktor angka, persentase itu cukup besar. Tapi, jika dibandingkan dengan jumlah masyarakat yang menolak, angka itu terbilang kecil. Jadi, kata dia, bisa disimpulkan masyarakat Indonesia menolak paham ini diterapkan di Tanah Air.
 
SMRC juga mencari tahu bagaimana pengetahuan masyarakat Indonesia tentang ISIS. Sebanyak 66,4 persen masyarakat Indonesia mengetahui ISIS. Sedangkan 33,6 persen tak tahu tentang keberadaan kelompok militan radikal itu.
 
Dari 66,4 persen masyarakat yang tahu tentang ISIS, SMRC mencoba mencari tahu lebih dalam. SMRC menanyakan apakah masyarakat tahu bahwa ISIS mengusung cita-cita khilafah. Sekitar 46,7 persen mengatakan tahu dan 53,3 persen menyatakan tidak.
 
Saat ditanya apakah masyarakat yang tahu tentang ISIS ini setuju dengan perjuangan tersebut. Jawaban yang didapatkan pun mengagumkan, hanya 2,7 persen yang setuju.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan