Jakarta: Presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) dinilai bakal berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia. Terutama, ketegangan yang terjadi antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut).
Hal itu disampaikan Ketua DPP Partai Gerindra Irawan Ronodipuro dalam diskusi Strategic Crossroads: Navigating the North Korean Challenge in East Asia Security and Indonesia’s
Foreign Policy. Menurut dia, Prabowo merupakan sosok memiliki wawasan dan diplomasi ulung. Sehingga, terbuka kemungkinan Prabowo bakal mengundang Presiden Korut Kim Jong Un berkunjung ke Indonesia dalam rangka membangun kembali hubungan emosional antara pemimpin kedua negara tersebut.
“Dengan adanya hubungan emosional yang kuat antara kedua pimpinan, maka Indonesia akan dapat berperan menjadi penengah yang baik dalam upaya mendamaikan ketegangan di Asia Timur," kata Irwan melalui keterangan tertulis, Minggu, 2 Juni 2024.
Irawan menegaskan pemerintahan Prabowo tetap mempertahankan prinsip politik luar neger bebas dan aktif. Menteri Pertahanan (Menhan) itu juga bakal mengedepankan negoisasi damai dan kerja sama politik dalam menyelesaikan permasalahan di Semenanjung Korea.
"Indonesia juga akan mengajak negara-negara lain untuk bergabung dalam sebuah kerangka multilateral dalam upaya-upaya diplomasi," ungkap dia.
Sementara itu, akadememisi Hubungan Internasional FISIP Universitas Katolik Parahyangan Ratih Indraswari menyampaikan kecil kemungkinan Korea Utara akan mengubah kebijakan nuklir mereka di tengah tekanan internasional yang luar biasa. Sebab, hal itu bakal dijadikan sebagai instrumen penting bagi Korut untuk melakukan negosiasi.
“Rangkaian tes nuklir dan tes misil oleh Korea Utara yang memuncak pada rezim Kim jong Un adalah instrumen negosiasi dan deteren bagi keberlangsungan pemerintahnya," kata Ratih.
Sementara itu, akademisi Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia menilai Korut masih terbuka untuk diajak berdiskusi bersama dengan dunia internasional. RRT, Korea Selatan, dan Jepang sudah melakukan diskusi bersama untuk mencari kesepakatan dalam menghadapi Korea
Utara.
Hariyadi menjelaskan perundingan trilateral tersebut terlaksana karena RRT, Jepang, dan Korsel tidak mau kehilangan inisiatif dalam menghadapi Korut. Mereka tidak mau inisiatif tersebut dipegang oleh Amerika Serikat.
Jakarta: Presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (
Prabowo-Gibran) dinilai bakal berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia. Terutama, ketegangan yang terjadi antara Korea Selatan (
Korsel) dan Korea Utara (Korut).
Hal itu disampaikan Ketua DPP
Partai Gerindra Irawan Ronodipuro dalam diskusi Strategic Crossroads: Navigating the North Korean Challenge in East Asia Security and Indonesia’s
Foreign Policy. Menurut dia, Prabowo merupakan sosok memiliki wawasan dan diplomasi ulung. Sehingga, terbuka kemungkinan Prabowo bakal mengundang Presiden
Korut Kim Jong Un berkunjung ke Indonesia dalam rangka membangun kembali hubungan emosional antara pemimpin kedua negara tersebut.
“Dengan adanya hubungan emosional yang kuat antara kedua pimpinan, maka Indonesia akan dapat berperan menjadi penengah yang baik dalam upaya mendamaikan ketegangan di Asia Timur," kata Irwan melalui keterangan tertulis, Minggu, 2 Juni 2024.
Irawan menegaskan pemerintahan
Prabowo tetap mempertahankan prinsip politik luar neger bebas dan aktif. Menteri Pertahanan (Menhan) itu juga bakal mengedepankan negoisasi damai dan kerja sama politik dalam menyelesaikan permasalahan di Semenanjung Korea.
"Indonesia juga akan mengajak negara-negara lain untuk bergabung dalam sebuah kerangka multilateral dalam upaya-upaya diplomasi," ungkap dia.
Sementara itu, akadememisi Hubungan Internasional FISIP Universitas Katolik Parahyangan Ratih Indraswari menyampaikan kecil kemungkinan Korea Utara akan mengubah kebijakan nuklir mereka di tengah tekanan internasional yang luar biasa. Sebab, hal itu bakal dijadikan sebagai instrumen penting bagi Korut untuk melakukan negosiasi.
“Rangkaian tes nuklir dan tes misil oleh Korea Utara yang memuncak pada rezim Kim jong Un adalah instrumen negosiasi dan deteren bagi keberlangsungan pemerintahnya," kata Ratih.
Sementara itu, akademisi Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia menilai Korut masih terbuka untuk diajak berdiskusi bersama dengan dunia internasional. RRT, Korea Selatan, dan Jepang sudah melakukan diskusi bersama untuk mencari kesepakatan dalam menghadapi Korea
Utara.
Hariyadi menjelaskan perundingan trilateral tersebut terlaksana karena RRT, Jepang, dan Korsel tidak mau kehilangan inisiatif dalam menghadapi Korut. Mereka tidak mau inisiatif tersebut dipegang oleh Amerika Serikat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ABK)