Jakarta: Anggota Komisi III DPR Habiburokhman menduga Jerman tengah menunggangi Front Pembela Islam (FPI) untuk kepentingan tertentu. FPI diminta waspada pasca-kedatangan seorang intelijen Jerman.
"Gak mungkin pihak luar itu ada keinginan baik. Gak mungkin sekedar pengin tahu, yang mungkin malah ada tendensi-tendensi memafaatkan situasi untuk kepentingan mereka, bukan keuntungan FPi," ujar Habiburokman dalam program Crosschek Medcom.id, bertajuk Teka Teki Telik Sandi di Markas FPI melalui telekonferensi, Minggu, 27 Desember 2020.
Dia mengatakan FPI tidak boleh menutup mata untuk bersikap terbuka terhadap pihak yang mendukungnya, terutama dari luar negeri. Hal ini dapat mengancam keamanan Indonesia dari campur tangan pihak lain.
"Ini (melibatkan pihak lain) justru bahaya, bukan hanya (bahaya untuk) FPI dan keluarga korban, ini bahaya untuk negara kita," ujarnya.
Politikus Partai Gerindra itu meyakini Pemerintah Indonesia mampu menyelesaikan sengkarut permasalahan yang melibatkan FPI. Tanpa berkoalisi dengan negara-negar lain.
"Jangan libatkan orang lain, akan lebih runyam dan kacau pada akhirnya kita sendiri rugi," katanya.
Baca: WNA Jerman yang Mendatangi Markas FPI Seorang Intelijen
Sebelumnya, Staf Kedutaan Jerman di Jakarta mendatangi kantor FPI di Petamburan. Pada Minggu, 20 Desember 2020, Kementerian Luar Negeri memanggil kepala perwakilan Kedutaan Jerman di Jakarta untuk meminta klarifikasi dan menyampaikan protes.
Dalam pertemuan, pihak Kedutaan Besar Jerman membenarkan keberadaan staf kedutaan di sekretariat organisasi yang dipimpin Rizieq Shihab. Kepala Perwakilan Kedubes Jerman menyebut staf tersebut datang atas inisiatif pribadi tanpa perintah atau sepengetahuan pimpinan Kedutaan Besar Jerman.
"Atas kejadian ini, Kepala Perwakilan Kedubes Jerman menyampaikan permintaan maaf dan penyesalannya atas kejadian tersebut," tulis keterangan Kemenlu RI dikutip dari laman kemlu.go.id, Minggu, 20 Desember 2020.
Jakarta: Anggota Komisi III DPR Habiburokhman menduga Jerman tengah menunggangi Front Pembela Islam (FPI) untuk kepentingan tertentu.
FPI diminta waspada pasca-kedatangan seorang intelijen Jerman.
"
Gak mungkin pihak luar itu ada keinginan baik.
Gak mungkin sekedar pengin tahu, yang mungkin malah ada tendensi-tendensi memafaatkan situasi untuk kepentingan mereka, bukan keuntungan FPi," ujar Habiburokman dalam program Crosschek
Medcom.id, bertajuk Teka Teki Telik Sandi di Markas FPI melalui telekonferensi, Minggu, 27 Desember 2020.
Dia mengatakan FPI tidak boleh menutup mata untuk bersikap terbuka terhadap pihak yang mendukungnya, terutama dari luar negeri. Hal ini dapat mengancam keamanan Indonesia dari campur tangan pihak lain.
"Ini (melibatkan pihak lain) justru bahaya, bukan hanya (bahaya untuk) FPI dan keluarga korban, ini bahaya untuk negara kita," ujarnya.
Politikus Partai Gerindra itu meyakini Pemerintah Indonesia mampu menyelesaikan sengkarut permasalahan yang melibatkan FPI. Tanpa berkoalisi dengan negara-negar lain.
"Jangan libatkan orang lain, akan lebih runyam dan kacau pada akhirnya kita sendiri rugi," katanya.
Baca:
WNA Jerman yang Mendatangi Markas FPI Seorang Intelijen
Sebelumnya, Staf Kedutaan
Jerman di Jakarta mendatangi kantor FPI di Petamburan. Pada Minggu, 20 Desember 2020, Kementerian Luar Negeri memanggil kepala perwakilan Kedutaan Jerman di Jakarta untuk meminta klarifikasi dan menyampaikan protes.
Dalam pertemuan, pihak Kedutaan Besar Jerman membenarkan keberadaan staf kedutaan di sekretariat organisasi yang dipimpin
Rizieq Shihab. Kepala Perwakilan Kedubes Jerman menyebut staf tersebut datang atas inisiatif pribadi tanpa perintah atau sepengetahuan pimpinan Kedutaan Besar Jerman.
"Atas kejadian ini, Kepala Perwakilan Kedubes Jerman menyampaikan permintaan maaf dan penyesalannya atas kejadian tersebut," tulis keterangan Kemenlu RI dikutip dari laman
kemlu.go.id, Minggu, 20 Desember 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)