Jakarta: Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Mepan RB) Tjahjo Kumolo memastikan kondisi alat tes usap atau swab test milik Badan Intelijen Negara (BIN) sesua standar. Ini dipastikan dari kondisi peralatan hingga kondisi pasien.
BIN juga menerapkan ambang batas standar hasil tes PCR yang lebih tinggi dibandingkan institusi atau lembaga lain. Untuk mencegah orang tanpa gejala lolos screening maka BIN menaikkan menjadi 40.
"Fenomena hasil swab test positif menjadi negatif Dewan Analis Strategis Medical Intelligence BIN juga termasuk jaringan intelijen di WHO telah menjelaskan itu bukan hal yang baru," kata Tjahjo dalam keterang tertulis, Senin, 28 September 2020.
Sepengetahuan Tjahjo, dalam melakukan proses uji spesimen, laboratorium BIN menggunakan dua jenis mesin real time PCR, yaitu jenis Qiagen dari Jerman dan jenis Thermo Scientific PCR dari Amerika Serikat. Seluruh laboratorium itu telah memiliki sertifikat Laboratorium Biosafety Level 2 (BSL-2).
"BIN juga melakukan kerjasama dengan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman untuk standar hasil tes, sehingga layak digunakan untuk analisis Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) yang sesuai standar," kata dia.
Sebelumnya, hasil swab test yang dilakukan BIN diduga tidak akurat. Hal ini diketahui dari tes usap yang dilakukan terhadap 16 pegawai Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan sejumlah pegawai swasta.
Baca: Menpan RB: BIN Proaktif Bantu Penanganan Covid-19
LAN menggelar tes swab kepada 53 personel melalui fasilitas mobil polymerase chain reaction (PCR) milik BIN pada Selasa, 21 Juli 2020. Kepala LAN Adi Suryanto dan 15 orang pegawainya dinyatakan positif.
Adi kaget lantaran tidak merasakan gejala apa pun. Ia dan 15 pegawainya lalu menjalani tes usap ulang di RSPAD Gatot Soebroto keesokan harinya.
"Semuanya negatif dan hasil tes darahnya juga bagus," kata Adi, Senin, 28 September 2020.
Ketidakakuratan tes usap BIN itu juga disebut terjadi di tempat lain. Dua di antaranya stasiun televisi MNC dan TvOne.
Jakarta: Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Mepan RB) Tjahjo Kumolo memastikan kondisi alat tes usap atau
swab test milik Badan Intelijen Negara (BIN) sesua standar. Ini dipastikan dari kondisi peralatan hingga kondisi pasien.
BIN juga menerapkan ambang batas standar hasil tes PCR yang lebih tinggi dibandingkan institusi atau lembaga lain. Untuk mencegah orang tanpa gejala lolos
screening maka BIN menaikkan menjadi 40.
"Fenomena hasil
swab test positif menjadi negatif Dewan Analis Strategis Medical Intelligence BIN juga termasuk jaringan intelijen di WHO telah menjelaskan itu bukan hal yang baru," kata Tjahjo dalam keterang tertulis, Senin, 28 September 2020.
Sepengetahuan Tjahjo, dalam melakukan proses uji spesimen, laboratorium BIN menggunakan dua jenis mesin
real time PCR, yaitu jenis Qiagen dari Jerman dan jenis
Thermo Scientific PCR dari Amerika Serikat. Seluruh laboratorium itu telah memiliki sertifikat Laboratorium Biosafety Level 2 (BSL-2).
"BIN juga melakukan kerjasama dengan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman untuk standar hasil tes, sehingga layak digunakan untuk analisis
Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) yang sesuai standar," kata dia.
Sebelumnya, hasil
swab test yang dilakukan BIN diduga tidak akurat. Hal ini diketahui dari tes usap yang dilakukan terhadap 16 pegawai Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan sejumlah pegawai swasta.
Baca:
Menpan RB: BIN Proaktif Bantu Penanganan Covid-19
LAN menggelar tes swab kepada 53 personel melalui fasilitas mobil
polymerase chain reaction (PCR) milik BIN pada Selasa, 21 Juli 2020. Kepala LAN Adi Suryanto dan 15 orang pegawainya dinyatakan positif.
Adi kaget lantaran tidak merasakan gejala apa pun. Ia dan 15 pegawainya lalu menjalani tes usap ulang di RSPAD Gatot Soebroto keesokan harinya.
"Semuanya negatif dan hasil tes darahnya juga bagus," kata Adi, Senin, 28 September 2020.
Ketidakakuratan tes usap BIN itu juga disebut terjadi di tempat lain. Dua di antaranya stasiun televisi MNC dan TvOne.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)