Jakarta: Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta para santri Nahdlatul Ulama (NU) yang ada di berbagai negara berkontribusi pada perdamaian dunia. Peran ini dibutuhkan untuk memperkuat inisiatif-inisiatif yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia dalam upaya perdamaian dunia.
"Kita sering mendengar bagaimana Indonesia selalu bersuara lantang untuk terus membela Palestina. Kerja pemerintah di bidang diplomasi perlu didukung dan dilengkapi dengan apa yang disebut second track diplomacy," kata Ma’ruf saat Webinar Internasional Antar Rois Syuriah Pengurus Cabang Internasional Nahdlatul Ulama (PCINU) di Berbagai Negara, Rabu, 16 September 2020.
Ma'ruf mencontohkan peran Indonesia dalam perdamaian dunia. Salah satunya, mendorong tercapainya perdamaian di Afghanistan, yang perundingannya saat ini sedang berlangsung di Doha, Qatar.
"Saat saya masih aktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI), kita menjadi tuan rumah pertemuan trilateral ulama di Bogor (yang diikuti para ulama Indonesia, Afghanistan, dan Pakistan), yang menghasilkan deklarasi ulama untuk perdamaian di Afghanistan (Bogor Declaration). Hasil pertemuan itu telah turut menyumbang proses rekonsiliasi nasional menuju perdamaian di Afghanistan," kata dia.
Ma'ruf juga berharap ulama dan pesantren, khususnya NU dapat terus berperan membantu menyelesaikan krisis kemanusiaan. Khususnya di Rakhine State dan Filipina Selatan.
"Dalam konteks inilah PCINU Luar Negeri saya yakin dapat melaksanakan diplomasi 'jalur kedua' melalui penyelenggaraan dialog-dialog antaragama, antarbudaya, dan antarperadaban, yang menampilkan islam moderat dan toleran, serta kebijakan negara yang mendukung demokrasi dan perlindungan hak-hak asasi manusia, termasuk bagi kelompok minoritas," ucapnya.
Namun yang tidak kalah pentingnya, kata Ma'ruf, para santri harus mampu menjadi perekat persatuan bangsa. Sebab, persatuan adalah kunci bangsa untuk maju.
"Mentalitas dan semangat untuk bersatu ini harus terus diperkokoh di tengah-tengah adanya perbedaan antarkelompok yang semakin tajam. Persatuan dan kerukunan tidak hanya dalam hubungan antarumat atau organisasi islam, tetapi juga dengan umat agama lain," tegasnya.
Baca: Wapres Ma’ruf Dorong Santri Tingkatkan Diplomasi Jalur Kedua
Wapres mengingatkan NU adalah organisasi perubahan dan perbaikan. Paradigma NU selain menjaga tradisi dan melakukan transformasi tapi juga harus melakukan perubahan dan inovasi secara berkelanjutan.
"Saya berharap agar kita semua selaku warga NU senantiasa melakukan gerakan perubahan dan inovasi untuk kemaslahatan umat dan membangun pusat-pusat perubahan dan inovasi (marakizul ishlah atau innovation hubs) di mana pun kita berada," kata dia.
Jakarta: Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta para santri Nahdlatul Ulama (NU) yang ada di berbagai negara berkontribusi pada perdamaian dunia. Peran ini dibutuhkan untuk memperkuat inisiatif-inisiatif yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia dalam upaya perdamaian dunia.
"Kita sering mendengar bagaimana Indonesia selalu bersuara lantang untuk terus membela Palestina. Kerja pemerintah di bidang diplomasi perlu didukung dan dilengkapi dengan apa yang disebut
second track diplomacy," kata Ma’ruf saat Webinar Internasional Antar Rois Syuriah Pengurus Cabang Internasional Nahdlatul Ulama (PCINU) di Berbagai Negara, Rabu, 16 September 2020.
Ma'ruf mencontohkan peran Indonesia dalam perdamaian dunia. Salah satunya, mendorong tercapainya perdamaian di Afghanistan, yang perundingannya saat ini sedang berlangsung di Doha, Qatar.
"Saat saya masih aktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI), kita menjadi tuan rumah pertemuan trilateral ulama di Bogor (yang diikuti para ulama Indonesia, Afghanistan, dan Pakistan), yang menghasilkan deklarasi ulama untuk perdamaian di Afghanistan (Bogor Declaration). Hasil pertemuan itu telah turut menyumbang proses rekonsiliasi nasional menuju perdamaian di Afghanistan," kata dia.
Ma'ruf juga berharap ulama dan pesantren, khususnya NU dapat terus berperan membantu menyelesaikan krisis kemanusiaan. Khususnya di Rakhine State dan Filipina Selatan.
"Dalam konteks inilah PCINU Luar Negeri saya yakin dapat melaksanakan diplomasi 'jalur kedua' melalui penyelenggaraan dialog-dialog antaragama, antarbudaya, dan antarperadaban, yang menampilkan islam moderat dan toleran, serta kebijakan negara yang mendukung demokrasi dan perlindungan hak-hak asasi manusia, termasuk bagi kelompok minoritas," ucapnya.