Jakarta: Temuan 27 merek ikan makarel kalengan positif mengandung parasit cacing menjadi momok bagi warga. Hasil pemeriksaan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) itu membuat warga 'berpuasa' menyantap ikan kalengan.
Syukur, warga Kembangan, Jakarta Barat mengaku melarang keluarganya mengkonsumsi ikan kalengan. Meski, dia telah mendengar sejumlah pihak menyebut cacing pada ikan kalengan tak berbahaya.
"Tetap saja itu namanya cacing tidak wajar untuk dikonsumsi. Saya sudah minta keluarga saya tak mengkonsumsi ikan dulu," tukas Syukur di kawasan car free day (CFD), Sudirman, Jakarta, Minggu, 1 April 2018.
Julia, warga lain, mendukung langkah BPOM yang memerintahkan produsen menarik produknya dari pasaran. Ia menilai meski disebut tak berbahaya, isu temuan cacing dalam produk ikan kalengan telah mengusik kenyamanan konsumen.
"Tentu menganggu ya, apalagi buat kita-kita yang memang suka mengkonsumsi ikan kalengan. Berita ini tentu bikin kaget dan waswas. Memang sudah seharusnya ditarik dulu produknya, dibenahi," pungkas dia.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) Ady Surya mengatakan parasit cacing anisakis pada ikan makarel kalengan tidak berbahaya dikonsumsi. Parasit itu telah mati lantaran terkena proses sterilisasi.
"Kami dapatkan ikan dalam bentuk beku dan mostly frozen on board. Pembekuan di atas kapal dan ketika masuk cold storage minus 20 sampai minus 30 derajat Celsius. Dalam kondisi ini anisakis itu sudah mati karena dia mati di minus 20 derajat Celsius," kata Ady, Sabtu, 31, Maret 2018.
Baca: Pakar: Kemunculan Cacing pada Ikan Makerel Fenomena Alami
Pakar standarisasi mutu produk perikanan Sunarya menjelaskan cacing anisakis tidak berbahaya jika terkonsumsi dalam kondisi sudah mati. Dia menjamin cacing anisakis dalam produk kalengan ikan makarel telah mati.
"Untuk case yang terdapat cacing anisakis di dalam tubuh ikan produksi kemasan kaleng pasti sudah mati seluruhnya. Walaupun ini sangat jarang terjadi. Pun terjadi lantaran by accident dan by season," ucap dia.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/GKdWv1Wk" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Temuan 27 merek ikan makarel kalengan positif mengandung parasit cacing menjadi momok bagi warga. Hasil pemeriksaan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) itu membuat warga 'berpuasa' menyantap ikan kalengan.
Syukur, warga Kembangan, Jakarta Barat mengaku melarang keluarganya mengkonsumsi ikan kalengan. Meski, dia telah mendengar sejumlah pihak menyebut cacing pada ikan kalengan tak berbahaya.
"Tetap saja itu namanya cacing tidak wajar untuk dikonsumsi. Saya sudah minta keluarga saya tak mengkonsumsi ikan dulu," tukas Syukur di kawasan
car free day (CFD), Sudirman, Jakarta, Minggu, 1 April 2018.
Julia, warga lain, mendukung langkah BPOM yang memerintahkan produsen menarik produknya dari pasaran. Ia menilai meski disebut tak berbahaya, isu temuan cacing dalam produk ikan kalengan telah mengusik kenyamanan konsumen.
"Tentu menganggu ya, apalagi buat kita-kita yang memang suka mengkonsumsi ikan kalengan. Berita ini tentu bikin kaget dan waswas. Memang sudah seharusnya ditarik dulu produknya, dibenahi," pungkas dia.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) Ady Surya mengatakan parasit cacing anisakis pada ikan makarel kalengan tidak berbahaya dikonsumsi. Parasit itu telah mati lantaran terkena proses sterilisasi.
"Kami dapatkan ikan dalam bentuk beku dan
mostly frozen on board. Pembekuan di atas kapal dan ketika masuk
cold storage minus 20 sampai minus 30 derajat Celsius. Dalam kondisi ini anisakis itu sudah mati karena dia mati di minus 20 derajat Celsius," kata Ady, Sabtu, 31, Maret 2018.
Baca: Pakar: Kemunculan Cacing pada Ikan Makerel Fenomena Alami
Pakar standarisasi mutu produk perikanan Sunarya menjelaskan cacing anisakis tidak berbahaya jika terkonsumsi dalam kondisi sudah mati. Dia menjamin cacing anisakis dalam produk kalengan ikan makarel telah mati.
"Untuk
case yang terdapat cacing anisakis di dalam tubuh ikan produksi kemasan kaleng pasti sudah mati seluruhnya. Walaupun ini sangat jarang terjadi. Pun terjadi lantaran
by accident dan
by season," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)