Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana dalam Crosscheck Medcom.id, Minggu, 19 Februari 2023.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana dalam Crosscheck Medcom.id, Minggu, 19 Februari 2023.

Gengsi Putin dan Zelensky Diyakini Salah Satu Sebab Perang Rusia-Ukraina Berlarut

Theofilus Ifan Sucipto • 19 Februari 2023 13:57
Jakarta: Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengusulkan strategi untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Perlu mengedepankan upaya diplomatik buat menyudahi perang Rusia-Ukraina.
 
"Alternatifnya (perang) bisa (selesai) karena dua pemimpin ini butuh alasan tidak kalah," kata Hikmahanto dalam diskusi virtual Crosscheck Medcom.id bertajuk ‘Menguak yang Cuan di Balik Setahun Perang Rusia-Ukraina,’ Minggu, 19 Februari 2023.
 
Hikmahanto mengatakan saat ini Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dilanda gengsi. Putin ogah menarik pasukan lantaran akan malu tidak bisa menaklukan Ukraina. Sedangkan Zelensky emoh menyerah dan tunduk pada keinginan Putin.

"Makanya Pak Jokowi kemarin datang ke Rusia dan Ukraina untuk menyelamatkan muka (kedua negara) tidak ada yang kalah," papar dia.
 
Hikmahanto mengutip pernyataan Jokowi bahwa penghentian peperangan adalah untuk masa depan dunia. Kepentingan umat manusia lebih dikedepankan ketimbang konflik dua negara.
 

Baca: Setahun Perang Rusia-Ukraina, Indonesia Didorong Bantu Cari Solusi


Menurut Hikmahanto, saat ini Indonesia tetap memiliki posisi penting untuk menyuarakan hal tersebut. Meskipun, Indonesia bukan lagi menjadi Presiden G20.
 
"Tapi kita Ketua Asean dan temanya adalah Asean Matters. Untuk apa? Untuk perdamaian dunia," ujar dia.
 
Hikmahanto menyebut Jokowi tidak hanya berbicara untuk Indonesia. Melainkan juga seluruh negara di Asia Tenggara.
 
"Ini bicara bagaimana menghindari krisis pangan, energi, bahkan keuangan," jelas dia.
 
Senada, anggota Komisi I DPR M Farhan menyinggung draf resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Draf tersebut disusun negara-negara yang anti peperangan.
 
"Resolusi ini bisa diambil kelompok Rusia yang ingin menghentikan peperangan dan bilang buffer area termasuk Krimea di Ukraina sudah cukup," ucap dia.
 
Farhan menyebut kelompok anti perang di Rusia bisa berargumen dampak peperangan akan menyasar seluruh umat manusia. Sehingga Rusia dan Ukraina akhirnya bisa sepakat menghentikan perang.
 
"Kita tidak rela sebagai warga dunia jadi ikut menderita karena urusan kalian berdua. Itu mesti klir," tegas politikus Partai NasDem itu.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan