Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi. Branda Antara
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi. Branda Antara

Kemenkes Temukan 20.783 Kasus Sifilis Sepanjang 2022, Ini Penyebabnya

Antara • 12 Mei 2023 05:47
Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan 20.783 orang terkonfirmasi terinfeksi penyakit sifilis. Jumlah itu tersebar di berbagai daerah selama 2022.
 
“Kita berfokus pada penemuan kasus dengan melakukan skrining dini sifilis pada level populasi, terutama populasi rentan dan risiko tinggi dengan menggunakan rapid test (tes cepat) yang sudah terstandar dan hasilnya cepat, sehingga bila ditemukan hasil positif dapat segera ditangani,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi di Jakarta, Kamis, 11 Mei 2023.
 
Berdasarkan data yang dihimpun Kemenkes pada 2022, dia membeberkan profil pasien berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 46 persen kelompok perempuan terkonfirmasi menderita sifilis dan kelompok laki-laki mencapai 54 persen.

Kelompok yang Banyak Terinfeksi Sifilis

Pada kelompok usia berdasarkan data yang sama, ada tiga persen anak berusia di bawah empat tahun terkena sifilis. Diikuti dengan usia 5-14 tahun 0,24 persen, 15-19 tahun enam persen, 20-24 tahun 23 persen, dan usia di bawah 50 tahun ada lima persen.

Kasus paling tinggi ditemukan pada kelompok usia 25-49 tahun mencapai 63 persen. Imran menjelaskan penderita sifilis paling banyak ditemukan pada laki-laki yang melakukan seks dengan laki-laki (LSL) sebesar 28 persen.
 
Lalu, ibu hamil 27 persen, pasangan berisiko tinggi (risti) sembilan persen, wanita pekerja seks (WPS) sembilan persen, pelanggan pekerja seks (PPS) empat persen, injection drug users (IDUs) 0,15 persen, waria tiga persen, dan lain-lain 20 persen.

Penyebab Penularan Sifilis

Dia menjelaskan beberapa penyebab dari banyak kasus sifilis tersebut berhubungan erat dengan perilaku masyarakat yang gemar berhubungan seks secara berisiko tanpa menggunakan alat pengaman.
 
Selain itu, terdapat kelompok tertentu yang sering berganti pasangan ketika seks, hingga pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis.
 
Baca Juga: Kemenkes Beri Tips Cara Melindungi Anak dari Penyakit Menular Seksual

Imran mengatakan kondisi ini sangat memprihatikankan karena sebanyak 5.590 ibu hamil positif terkena sifilis. Sedangkan yang sudah mendapatkan pengobatan berkisar 2.227 ibu.
 
Menurut dia, setiap pihak harus berhenti berprasangka buruk pada penderita sifilis, sehingga penderita bisa segera diobati dan dicegah keparahannya. Sebab, sifilis berpotensi ditularkan dari ibu hamil ke anak yang dikandung dan membuka potensi bayi lahir cacat atau mengidap sifilis bawaan (sifilis kongenital).

Mengatasi Lonjakan Penyakit Sifilis

Guna mengatasi sifilis, Kemenkes mengaku berfokus pada penemuan kasus pada populasi rentan dan berisiko tinggi.
 
Sembari menggencarkan tes cepat antigen, Kemenkes juga mengambil langkah pencegahan melalui sosialisasi edukasi seksual kepada kelompok risiko tinggi dan juga informasi IMS pada kelompok masyarakat umum, sebagai upaya intervensi perubahan stigma dan diskriminasi (IPSD) yang pada hakikatnya memperkuat pelayanan kesehatan di fasyankes dan penemuan kasus.
 
“Dengan demikian kami pastikan akses layanan IMS jadi berkualitas tinggi untuk semua populasi. Penularan IMS juga akan terus diupayakan berkurang dengan menyasar pada populasi kunci, pasangan dan pelanggannya, sambil memastikan data berkualitas untuk memandu respons menghadapi penyakit (sifilis),” ujar dia.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan