Jakarta: Libur panjang akhir tahun bisa memicu peningkatan kasus covid-19. Jika tidak diantisipasi, gelombang ketiga kenaikan kasus covid-19 di Indonesia sangat mungkin terjadi.
"Libur panjang yang disertai peningkatan mobilitas penduduk dan minim protokol kesehatan menjadi risiko tinggi terjadinya lonjakan kasus," kata ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Iwan Ariawan, melalui keterangan tertulis, Kamis, 23 September 2021.
Iwan membeberkan beberapa hal yang bisa menimbulkan gelombang ketiga covid-19 pada Desember. Pertama, peningkatan mobilitas penduduk yang tidak disertai peningkatan protokol kesehatan. Kedua, menurunnya tracing. Ketiga, cakupan vaksinasi melambat atau rendah. Keempat, adanya varian baru yang lebih menular.
"Banyak ahli memprediksi Desember hingga Januari (terjadi gelombang ketiga), karena saat itu terjadinya peningkatan mobilitas penduduk dan kerumuman karena liburan akhir tahun," ujar Iwan.
Masalahnya masih banyak masyarakat yang sulit memahami tentang risiko. "Masyarakat baru sadar atau menyesal setelah terjadi kenaikan kasus pada dia atau keluarganya terinfeksi," kata Iwan.
Untuk mengantisipasi ancaman gelombang ketiga Covid-19, dia menilai perlu menggunakan indikator pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang sudah merupakan gabungan indikator transmisi dan kapasitas respons. Iwan pun menyarankan pemerintah agar tidak ragu untuk meningkatkan level PPKM di satu kabupaten/kota.
Menurut dia, potensi terjadinya gelombang ketiga covid-19 tetap ada walaupun vaksinasi sudah lebih dari 50 persen sebelum Desember. "Karena tidak ada vaksin yang efektivitasnya 100 persen dan efektivitas vaksin bisa berkurang jika ada varian baru," ujar Iwan.
Baca: Anies Ungkap Penyebab 2,5 Juta Warga DKI Belum Divaksinasi
Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama punya pendapat senada. "Setiap pengumpulan massa akan jadi ancaman, seperti sudah terbukti selama ini. Jadi, tinggal apakah libur panjang akhir tahun bisa dikendalikan lebih baik atau tidak," kata Tjandra.
Menurut dia, pemerintah dan media massa perlu terus menerus mengingatkan masyarakat tentang potensi kasus Covid-19 meningkat setelah libur panjang. Dirinya juga memberikan contoh tingginya kasus Covid-19 di Singapura walaupun vaksinasinya sudah lebih dari 80 persen.
"Pengetatan perlu dilakukan kalau kasus naik dua atau tiga atau paling banyak lima kali lipat," kata Tjandra.
PSP Bervaksin
Di tempat terpisah, Garda Pemuda NasDem bersama Akademi Bela Negara NasDem menyelenggarakan vaksinasi bertema Pemuda Siaga Pandemi (PSP) Bervaksin. Vaksinasi diberikan kepada masyarakat umum dengan jenis vaksin Sinovac dan Pfizer.
"Vaksinasi yang sudah berlangsung sejak 6 September 2021 ini terpantau ramai dengan masyarakat yang ingin melakukan vaksinasi baik dosis pertama mupun kedua,” kata jurnalis Metro TV Jean Willyam dalam program Newsline, Rabu, 22 September 2021.
Sentra vaksinasi ini menyediakan dua jenis dosis yaitu Sinovac untuk warga yang hendak memerlukan dosis kedua dan Pfizer untuk warga yang belum pernah divaksin atau dosis pertama. Pendaftaran bisa dilakukan secara online melalui laman yang sudah tersedia di website Partai NasDem ataupun datang langsung ke Gedung ABN Pancoran, Jakarta Selatan, dengan membawa KTP DKI Jakarta.
Setiap harinya sentra vaksinasi PSP menyediakan 500 dosis vaksin Sinovac dan 300 dosis vaksin Pfizer. Data terakhir yang tercatat ada 800 lebih masyarakat yang telah mendapatkan suntikan vaksinasi di sentra vaksinasi ABN NasDem secara gratis.
Vaksinasi ini sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah untuk mempercepat vaksinasi hingga bisa mencapai herd immunity. (Nabila Safarina)
Jakarta: Libur panjang akhir tahun bisa memicu peningkatan kasus
covid-19. Jika tidak diantisipasi,
gelombang ketiga kenaikan kasus covid-19 di Indonesia sangat mungkin terjadi.
"Libur panjang yang disertai peningkatan mobilitas penduduk dan minim protokol kesehatan menjadi risiko tinggi terjadinya lonjakan kasus," kata ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Iwan Ariawan, melalui keterangan tertulis, Kamis, 23 September 2021.
Iwan membeberkan beberapa hal yang bisa menimbulkan gelombang ketiga covid-19 pada Desember. Pertama, peningkatan mobilitas penduduk yang tidak disertai peningkatan protokol kesehatan. Kedua, menurunnya tracing. Ketiga, cakupan vaksinasi melambat atau rendah. Keempat, adanya varian baru yang lebih menular.
"Banyak ahli memprediksi Desember hingga Januari (terjadi gelombang ketiga), karena saat itu terjadinya peningkatan mobilitas penduduk dan kerumuman karena liburan akhir tahun," ujar Iwan.
Masalahnya masih banyak masyarakat yang sulit memahami tentang risiko. "Masyarakat baru sadar atau menyesal setelah terjadi kenaikan kasus pada dia atau keluarganya terinfeksi," kata Iwan.
Untuk mengantisipasi ancaman gelombang ketiga Covid-19, dia menilai perlu menggunakan indikator pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang sudah merupakan gabungan indikator transmisi dan kapasitas respons. Iwan pun menyarankan pemerintah agar tidak ragu untuk meningkatkan level PPKM di satu kabupaten/kota.
Menurut dia, potensi terjadinya gelombang ketiga covid-19 tetap ada walaupun vaksinasi sudah lebih dari 50 persen sebelum Desember. "Karena tidak ada vaksin yang efektivitasnya 100 persen dan efektivitas vaksin bisa berkurang jika ada varian baru," ujar Iwan.
Baca:
Anies Ungkap Penyebab 2,5 Juta Warga DKI Belum Divaksinasi
Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama punya pendapat senada. "Setiap pengumpulan massa akan jadi ancaman, seperti sudah terbukti selama ini. Jadi, tinggal apakah libur panjang akhir tahun bisa dikendalikan lebih baik atau tidak," kata Tjandra.
Menurut dia, pemerintah dan media massa perlu terus menerus mengingatkan masyarakat tentang potensi kasus Covid-19 meningkat setelah libur panjang. Dirinya juga memberikan contoh tingginya kasus Covid-19 di Singapura walaupun vaksinasinya sudah lebih dari 80 persen.
"Pengetatan perlu dilakukan kalau kasus naik dua atau tiga atau paling banyak lima kali lipat," kata Tjandra.
PSP Bervaksin
Di tempat terpisah, Garda Pemuda NasDem bersama Akademi Bela Negara NasDem menyelenggarakan vaksinasi bertema Pemuda Siaga Pandemi (PSP) Bervaksin. Vaksinasi diberikan kepada masyarakat umum dengan jenis vaksin Sinovac dan Pfizer.
"Vaksinasi yang sudah berlangsung sejak 6 September 2021 ini terpantau ramai dengan masyarakat yang ingin melakukan vaksinasi baik dosis pertama mupun kedua,” kata jurnalis
Metro TV Jean Willyam dalam program Newsline, Rabu, 22 September 2021.
Sentra vaksinasi ini menyediakan dua jenis dosis yaitu Sinovac untuk warga yang hendak memerlukan dosis kedua dan Pfizer untuk warga yang belum pernah divaksin atau dosis pertama. Pendaftaran bisa dilakukan secara online melalui laman yang sudah tersedia di website Partai NasDem ataupun datang langsung ke Gedung ABN Pancoran, Jakarta Selatan, dengan membawa KTP DKI Jakarta.
Setiap harinya sentra vaksinasi PSP menyediakan 500 dosis vaksin Sinovac dan 300 dosis vaksin Pfizer. Data terakhir yang tercatat ada 800 lebih masyarakat yang telah mendapatkan suntikan vaksinasi di sentra vaksinasi ABN NasDem secara gratis.
Vaksinasi ini sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah untuk mempercepat vaksinasi hingga bisa mencapai herd immunity.
(Nabila Safarina) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)