Jakarta: Mafia muncul karena impor peralatan penanganan virus korona (covid-19) dipaksakan. Padahal, sumber daya manusia (SDM) dalam negeri sejatinya mampu memproduksi alat kesehatan pencegah covid-19.
"Selama ini kita ada trader (pedagang). Di sini lah Pak Erick Thohir (Menteri BUMN) ini pasti ada yang memaksa supaya trending terus bukan bikin produk," kata Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, dalam diskusi Cross Check by Medcom.id bertajuk 'Astaga! Ada Mafia di Era Korona' yang disiarkan melalui live streaming, Minggu, 19 April 2020.
Menurut Arya, perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral telah mampu memproduksi ventilator atau alat bantu pernapasan. Kementerian BUMN telah mendorong lini perusahaannya untuk memproduksi alat tersebut.
"Nanti Pak Erick sudah minta PT LEN (Persero), PT Pindad (Persero), PTDI (Persero) untuk produksi ventilator. Kalau ini berhasil artinya bisa bikin ventilator, selama ini kita ngapain saja. Kenapa tergantung dengan luar negeri atau asing," ujar Arya.
Arya mengatakan persoalan mafia bisa diselesaikan dengan penurunan kapasitas impor. Utamanya bagi subholding farmasi yang menjadi bagian pemetaan health security yang digagas Erick Thohir.
"Pak Menteri membuat holding farmasi itu adalah bagian dari menjawab solusi itu. Supaya menurunkan target holding ini, misal obat-obatan sekian puluh persen. Ini bertahap kita akan menggalang yang lebih kecil, termasuk alat kesehatan juga demikian," ujar Arya.
Baca: Pemerintah Diminta Memperkuat BUMN Menghadapi Wabah Korona
Saat ini pun bahan baku obat masih impor. Tak tanggung-tanggung, angka impornya di atas 90 persen. Arya mengaku Kementerian BUMN belum mengindetifikasi mafia yang kerap bermain itu.
"Belum sejauh itu. Karena kita tidak melakukan identifikasi. Lebih melihat dari perilaku saja, karena kok ini seperti senang treding daripada membuat apakah ini keuntungannya lebih besar. Kenapa lama enggak berusaha untuk membuat gitu," tegas Arya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyinggung soal mafia alat kesehatan yang berpeluang memanfaatkan kondisi sulit di tengah pandemi covid-19 ini. Kementerian BUMN akan menjadi pihak yang terdepan melawan praktik tersebut dengan menyinergikan BUMN agar bisa memproduksi alkes dan bahan bakunya.
"Saya mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak. Janganlah negara kita yang besar ini selalu terjebak praktik-praktik yang kotor sehingga tadi alat kesehatan mesti impor, bahan baku mesti impor," kata Erick melalui live streaming di akun Instagram miliknya, Kamis, 16 April 2020.
Erick menambahkan saat ini Indonesia membutuhkan alat kesehatan yang ternyata 90 persen impor dari luar negeri, termasuk bahan baku obat. Karena itu, peluang mafia memanfaatkan momen ini amat lah besar.
Jakarta: Mafia muncul karena impor peralatan penanganan virus korona (covid-19) dipaksakan. Padahal, sumber daya manusia (SDM) dalam negeri sejatinya mampu memproduksi alat kesehatan pencegah covid-19.
"Selama ini kita ada trader (pedagang). Di sini lah Pak Erick Thohir (Menteri BUMN) ini pasti ada yang memaksa supaya
trending terus bukan bikin produk," kata Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, dalam diskusi
Cross Check by Medcom.id bertajuk 'Astaga! Ada Mafia di Era Korona' yang disiarkan melalui live streaming, Minggu, 19 April 2020.
Menurut Arya, perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral telah mampu memproduksi ventilator atau alat bantu pernapasan. Kementerian BUMN telah mendorong lini perusahaannya untuk memproduksi alat tersebut.
"Nanti Pak Erick sudah minta PT LEN (Persero), PT Pindad (Persero), PTDI (Persero) untuk produksi ventilator. Kalau ini berhasil artinya bisa bikin ventilator, selama ini kita ngapain saja. Kenapa tergantung dengan luar negeri atau asing," ujar Arya.
Arya mengatakan persoalan mafia bisa diselesaikan dengan penurunan kapasitas impor. Utamanya bagi
subholding farmasi yang menjadi bagian pemetaan
health security yang digagas Erick Thohir.
"Pak Menteri membuat
holding farmasi itu adalah bagian dari menjawab solusi itu. Supaya menurunkan target
holding ini, misal obat-obatan sekian puluh persen. Ini bertahap kita akan menggalang yang lebih kecil, termasuk alat kesehatan juga demikian," ujar Arya.
Baca:
Pemerintah Diminta Memperkuat BUMN Menghadapi Wabah Korona
Saat ini pun bahan baku obat masih impor. Tak tanggung-tanggung, angka impornya di atas 90 persen. Arya mengaku Kementerian BUMN belum mengindetifikasi mafia yang kerap bermain itu.
"Belum sejauh itu. Karena kita tidak melakukan identifikasi. Lebih melihat dari perilaku saja, karena kok ini seperti senang treding daripada membuat apakah ini keuntungannya lebih besar. Kenapa lama enggak berusaha untuk membuat gitu," tegas Arya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyinggung soal mafia alat kesehatan yang berpeluang memanfaatkan kondisi sulit di tengah pandemi covid-19 ini. Kementerian BUMN akan menjadi pihak yang terdepan melawan praktik tersebut dengan menyinergikan BUMN agar bisa memproduksi alkes dan bahan bakunya.
"Saya mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak. Janganlah negara kita yang besar ini selalu terjebak praktik-praktik yang kotor sehingga tadi alat kesehatan mesti impor, bahan baku mesti impor," kata Erick melalui
live streaming di akun Instagram miliknya, Kamis, 16 April 2020.
Erick menambahkan saat ini Indonesia membutuhkan alat kesehatan yang ternyata 90 persen impor dari luar negeri, termasuk bahan baku obat. Karena itu, peluang mafia memanfaatkan momen ini amat lah besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)