Jakarta: Peringatan Sumpah Pemuda perlu dijadikan momentum untuk kembali bersatu. Konflik antarkelompok mesti disudahi, setiap anak bangsa harus gotong royong membangun Indonesia.
"Seharusnya tidak ada lagi perseteruan," kata Peneliti sejarah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam kepada Medcom.id, Senin, 26 Oktober 2020.
Berkaca pada momen Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, kelompok pendukung tidak boleh lagi saling bersitegang. Terlebih dua calon presiden pada Pilpres 2019, Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto, berada di kapal yang sama menuju Indonesia maju.
Asvi menilai kelompok yang dulu terbagi dua kubu masih kerap menimbulkan perseteruan. Seharusnya mereka menanggalkan atribut karena persatuan dibutuhkan agar Indonesia kuat menghadapi seluruh tantangan.
"Pak Prabowo menjadi anggota kabinet ya. Jadi tidak logis lagi masih ada permusuhannya atau perseteruan," ucap Asvi.
Pendahulu bangsa telah mengupayakan persatuan bangsa lewat Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 2020. Pemuda yang berbeda etnis, suku, dan agama bersatu untuk membuat Nusantara maju.
"Mereka menyatu melebur jadi Indonesia," ucap Asvi.
Baca: Ikrar Berbahasa Indonesia Sebagai Simbol Persatuan
Khusus para pemuda, lanjut Asvi, semangat Sumpah Pemuda harus diwujudkan dengan peran aktif di berbagai bidang. Mulai dari politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta olahraga.
"Pemuda itu kan ujung tombak perubahan. Anak-anak muda itu pada 1928 berperan (seperti) itu," tegas Asvi.
Setiap tahun peringatan Hari Sumpah Pemuda selalu diselenggarakan. Peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 2020 yang memasuki usia 92 tahun mengusung tema Bersatu dan Bangkit.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda termaktub dalam Keputusan Presiden Indonesia No. 316 tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur.
Berikut ikrar yang dibacakan dalam Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928:
Pertama, Kami Putra-Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua, Kami Putra-Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga, Kami Putra-Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Jakarta: Peringatan
Sumpah Pemuda perlu dijadikan momentum untuk kembali bersatu. Konflik antarkelompok mesti disudahi, setiap anak bangsa harus gotong royong membangun Indonesia.
"Seharusnya tidak ada lagi perseteruan," kata Peneliti sejarah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam kepada
Medcom.id, Senin, 26 Oktober 2020.
Berkaca pada momen Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, kelompok pendukung tidak boleh lagi saling bersitegang. Terlebih dua calon presiden pada Pilpres 2019, Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto, berada di kapal yang sama menuju Indonesia maju.
Asvi menilai kelompok yang dulu terbagi dua kubu masih kerap menimbulkan perseteruan. Seharusnya mereka menanggalkan atribut karena persatuan dibutuhkan agar Indonesia kuat menghadapi seluruh tantangan.
"Pak Prabowo menjadi anggota kabinet ya. Jadi tidak logis lagi masih ada permusuhannya atau perseteruan," ucap Asvi.
Pendahulu bangsa telah mengupayakan persatuan bangsa lewat Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 2020. Pemuda yang berbeda etnis, suku, dan agama bersatu untuk membuat Nusantara maju.
"Mereka menyatu melebur jadi Indonesia," ucap Asvi.
Baca:
Ikrar Berbahasa Indonesia Sebagai Simbol Persatuan
Khusus para pemuda, lanjut Asvi, semangat Sumpah Pemuda harus diwujudkan dengan peran aktif di berbagai bidang. Mulai dari politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta olahraga.
"Pemuda itu kan ujung tombak perubahan. Anak-anak muda itu pada 1928 berperan (seperti) itu," tegas Asvi.
Setiap tahun peringatan Hari Sumpah Pemuda selalu diselenggarakan. Peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 2020 yang memasuki usia 92 tahun mengusung tema Bersatu dan Bangkit.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda termaktub dalam Keputusan Presiden Indonesia No. 316 tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur.
Berikut ikrar yang dibacakan dalam Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928:
Pertama, Kami Putra-Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua, Kami Putra-Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga, Kami Putra-Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)