Jakarta: Bio Saliva diklaim mampu menyimpan spesimen selama 30 hari sehingga cocok untuk pengambilan sampel di daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan. Bio Saliva alat pengambilan sampel atau spesimen dengan metode berkumur untuk pengujian covid-19 berbasis polymerase chain reaction (PCR).
"Spesimennya bisa tahan hingga 30 hari di suhu ruang. Ini sangat memudahkan untuk transportasi nantinya apalagi untuk geografis Indonesia yang sangat beragam," kata Koordinator Riset di Research Matrix Division PT Bio Farma Dicky Mahardika Taryono dilansir dari Antara, Jakarta, Rabu, 10 November 2021.
Dicky mengatakan Bio Saliva tidak menggunakan metode usap. Alat ini menggunakan metode kumur (gargling) sehingga pengguna bisa merasa lebih nyaman.
Pengguna disarankan tidak makan dan minum satu jam sebelum pengambilan sampel. Pengguna juga disarankan tidak merokok, tidak berkumur, dan tidak menggosok gigi.
Baca: Menkes: Butuh 58,7 Juta Dosis untuk Vaksin Anak 6-11 Tahun
Dicky menuturkan Bio Saliva cocok untuk anak-anak dan lanjut usia. Terlebih bagi orang yang khawatir diusap atau 'dicolok' untuk pengambilan sampel.
"Penggunaan Bio Saliva dapat dibimbing oleh siapa pun yang dapat memahami instruksi berkumur dan tidak harus tenaga kesehatan, sehingga mengurangi paparan langsung antara tenaga kesehatan dan penderita covid-19," ungkapnya.
Bio Saliva yang dikembangkan PT Bio Farma dan perusahaan rintisan bioteknologi Nusantics sudah divalidasi oleh Kementerian Kesehatan. Bio Saliva sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 1 April 2021 dengan Nomor KEMENKES RI AKD 10302120673.
Jakarta: Bio Saliva diklaim mampu menyimpan spesimen selama 30 hari sehingga cocok untuk pengambilan sampel di daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan. Bio Saliva alat pengambilan sampel atau spesimen dengan metode berkumur untuk pengujian
covid-19 berbasis
polymerase chain reaction (PCR).
"Spesimennya bisa tahan hingga 30 hari di suhu ruang. Ini sangat memudahkan untuk transportasi nantinya apalagi untuk geografis Indonesia yang sangat beragam," kata Koordinator Riset di Research Matrix Division PT Bio Farma Dicky Mahardika Taryono dilansir dari Antara, Jakarta, Rabu, 10 November 2021.
Dicky mengatakan Bio Saliva tidak menggunakan metode usap. Alat ini menggunakan
metode kumur (gargling) sehingga pengguna bisa merasa lebih nyaman.
Pengguna disarankan tidak makan dan minum satu jam sebelum pengambilan sampel. Pengguna juga disarankan tidak
merokok, tidak berkumur, dan tidak menggosok gigi.
Baca: Menkes: Butuh 58,7 Juta Dosis untuk Vaksin Anak 6-11 Tahun
Dicky menuturkan Bio Saliva cocok untuk anak-anak dan lanjut usia. Terlebih bagi orang yang khawatir diusap atau 'dicolok' untuk pengambilan sampel.
"Penggunaan Bio Saliva dapat dibimbing oleh siapa pun yang dapat memahami instruksi berkumur dan tidak harus tenaga kesehatan, sehingga mengurangi paparan langsung antara tenaga kesehatan dan penderita covid-19," ungkapnya.
Bio Saliva yang dikembangkan PT Bio Farma dan perusahaan rintisan bioteknologi Nusantics sudah divalidasi oleh Kementerian Kesehatan. Bio Saliva sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 1 April 2021 dengan Nomor KEMENKES RI AKD 10302120673. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)