Jakarta: Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT) untuk pertama kalinya menerapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di wilayah Batam. TMC diperuntukkan mengisi cadangan air Waduk Duriangkang yang menopang kebutuhan air baku Kota Batam.
"Badan Pengusahaan Batam berkirim surat pada kami beberapa waktu lalu untuk layanan jasa TMC di Pulau Batam. Kami merespons permintaan tersebut dan sudah dilakukan survei pada pertengahan Maret lalu. Hasilnya diputuskan dilaksanakan operasi TMC yang dimulai hari ini. Ini pertama kalinya TMC diterapkan di Batam," ujar Kepala BBTMC-BPPT Tri Handoko dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Jumat, 12 Juni 2020.
Tim TMC BPPT memulai penerbangan penyemaian sejak kemarin pukul 10.15 WIB. Penyemaian menggunakan pesawat Piper Cheyenne PK TMC dari landasan pacu Bandara Hang Nadim Batam dengan membawa 12 batang flare higroskopis.
"Target penyemaian tim TMC-BPPT di sekitar Waduk Duriangkang dan Pulau Galang (Tenggara P. Batam)," ujar Tri.
Selang beberapa waktu, terjadi hujan disertai petir di area Posko TMC-BPPT dan di wilayah Waduk Duriangkang dan wilayah Batu Ampar di Utara Pulau Batam. Penggunaan flare dikarenakan ijin terbang pesawat hanya diperbolehkan di bawah ketinggian 6.000 kaki.
"Area terbang di sekitar wilayah target, sebagian masuk wilayah penerbangan Singapura. Secara traffic cukup padat jadwal penerbangan masuk dan keluar Singapura. Sehingga pesawat BPPT hanya diijinkan terbang di bawah ketinggian 6.000 ribu kaki. Pesawat Piper Cheyenne mampu terbang rendah pada ketinggian sekitar 3000-4000 kaki di area base cloud," ucap dia.
Baca: Pemprov DKI Berencana Memodifikasi Cuaca
Operasi TMC di Batam dijadwalkan selama 30 hari mendatang. Pantauan cuaca selama operasi TMC berlangsung didukung Stasiun Meteorologi (Stamet) Hang Nadim Batam dan AirNav cabang Batam.
Badan Pengusahaan Batam (dulu dikenal Otorita Batam) melalui Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan saat ini mengelola 9 waduk, dan terbesar yaitu Waduk Duriangkang. Waduk Duriangkang merupakan waduk dengan daerah tangkapan air terluas di Pulau Batam, dan mampu menyumbang sekitar 70 persen dari total keseluruhan kebutuhan air di kota Batam.
"Musim kemarau tahun lalu yang cukup panjang membawa dampak terjadinya penurunan intensitas curah hujan. Pada Januari dan Februari lalu jumlah curah hujan di Pulau Batam lebih kecil dibanding rata-rata curah hujan sebelumnya," jelas Tri.
Jakarta: Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT) untuk pertama kalinya menerapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di wilayah Batam. TMC diperuntukkan mengisi cadangan air Waduk Duriangkang yang menopang kebutuhan air baku Kota Batam.
"Badan Pengusahaan Batam berkirim surat pada kami beberapa waktu lalu untuk layanan jasa TMC di Pulau Batam. Kami merespons permintaan tersebut dan sudah dilakukan survei pada pertengahan Maret lalu. Hasilnya diputuskan dilaksanakan operasi TMC yang dimulai hari ini. Ini pertama kalinya TMC diterapkan di Batam," ujar Kepala BBTMC-BPPT Tri Handoko dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Jumat, 12 Juni 2020.
Tim TMC BPPT memulai penerbangan penyemaian sejak kemarin pukul 10.15 WIB. Penyemaian menggunakan pesawat Piper Cheyenne PK TMC dari landasan pacu Bandara Hang Nadim Batam dengan membawa 12 batang
flare higroskopis.
"Target penyemaian tim TMC-BPPT di sekitar Waduk Duriangkang dan Pulau Galang (Tenggara P. Batam)," ujar Tri.
Selang beberapa waktu, terjadi hujan disertai petir di area Posko TMC-BPPT dan di wilayah Waduk Duriangkang dan wilayah Batu Ampar di Utara Pulau Batam. Penggunaan
flare dikarenakan ijin terbang pesawat hanya diperbolehkan di bawah ketinggian 6.000 kaki.
"Area terbang di sekitar wilayah target, sebagian masuk wilayah penerbangan Singapura. Secara
traffic cukup padat jadwal penerbangan masuk dan keluar Singapura. Sehingga pesawat BPPT hanya diijinkan terbang di bawah ketinggian 6.000 ribu kaki. Pesawat Piper Cheyenne mampu terbang rendah pada ketinggian sekitar 3000-4000 kaki di area
base cloud," ucap dia.
Baca:
Pemprov DKI Berencana Memodifikasi Cuaca
Operasi TMC di Batam dijadwalkan selama 30 hari mendatang. Pantauan cuaca selama operasi TMC berlangsung didukung Stasiun Meteorologi (Stamet) Hang Nadim Batam dan AirNav cabang Batam.
Badan Pengusahaan Batam (dulu dikenal Otorita Batam) melalui Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan saat ini mengelola 9 waduk, dan terbesar yaitu Waduk Duriangkang. Waduk Duriangkang merupakan waduk dengan daerah tangkapan air terluas di Pulau Batam, dan mampu menyumbang sekitar 70 persen dari total keseluruhan kebutuhan air di kota Batam.
"Musim kemarau tahun lalu yang cukup panjang membawa dampak terjadinya penurunan intensitas curah hujan. Pada Januari dan Februari lalu jumlah curah hujan di Pulau Batam lebih kecil dibanding rata-rata curah hujan sebelumnya," jelas Tri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)