medcom.id, Jakarta: Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki cerita tersendiri bagi keluarga Briptu Anumerta Imam Gilang Adinata. Bertugas di Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya membuat sosok almarhum kerap bertugas menjaga 'Gedung Antirasuah'.
Sambil bertugas melepas rindu, begitulah kira-kira kenangan keluarga bersama Imam. Di waktu senggang kala bertugas di KPK, ia selalu mampir ke warung pecel lele Ning Wiarti, ibunya, di yang tak jauh dari Gedung KPK. Ia mampir untuk sekedar melepas lapar dan dahaga.
Selasa 23 April kemarin, Briptu Imam turut bertugas mengamankan Gedung KPK yang kedatangan mahasiswa yang menuntut pengusutan kasus BLBI. Rupanya, itu hari terakhirnya bertugas di kantor Ketua KPK Agus Rahardjo.
Tak ada lagi sosok tegap yang berdiri di garis terdepan yang menjaga setiap aksi dan demonstrasi di KPK. Pengabdiannya selama empat tahun di Korps Bhayangkara harus berakhir lebih cepat setelah gugur dalam medan tugas tadi malam, dalam sebuah insiden bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur.
"Enggak ada firasat apa-apa," kata Ning, ibunda almarhum, di kediamannya Jalan Klingkit, RT 05/RW 01, Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Kamis 25 Mei 2017.
Gedung KPK saat masih dalam tahap pengerjaan, berdiri megah di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A.
Sosok almarhum dikenal penurut, pendiam, dan ramah kepada tetangga-tetangganya. Komunikasi tak terputus dengan sang ibunda setiap kali pergi bertugas. Bahkan, pukul 19.00 WIB, Rabu 24 Mei 2017, almarhum masih memberi kabar kepada ibunda sebelum bertugas mengawal pawai obor.
Baca: ?Wali Kota Jaktim Diminta Mengawal Pendidikan Anak Korban Bom
"Ibunya sangat syok sekali tiba-tiba jam dua dapat kabar almarhum sudah tidak ada," kata Mulyani, salah satu tetangga almarhum yang bekerja di warung pecel lele Ning.
Selang dua jam setelah pamit kepada ibunya, Terminal Kampung Melayu tempat Imam bertugas diguncang dua ledakan. Sebanyak 16 orang menjadi korban. Lima orang tewas di lokasi.
Baca: Bom di Kampung Melayu Lebih Sempurna dari Bom Bandung
Tiga korban meninggal adalah anggota Polri, termasuk Briptu Imam, sedangkan dua lainnya diduga pelaku bom bunuh diri. Sementara itu, 11 korban lainnya masih dirawat di beberapa rumah sakit.
Korps Bhayangkara langsung mengolah tempat kejadian perkara. Polisi memastikan, peledak yang digunakan pelaku ialah bom panci rakitan berisikan paku dan gotri yang membawa menggunakan ransel.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/3NO0X1ob" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki cerita tersendiri bagi keluarga Briptu Anumerta Imam Gilang Adinata. Bertugas di Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya membuat sosok almarhum kerap bertugas menjaga 'Gedung Antirasuah'.
Sambil bertugas melepas rindu, begitulah kira-kira kenangan keluarga bersama Imam. Di waktu senggang kala bertugas di KPK, ia selalu mampir ke warung pecel lele Ning Wiarti, ibunya, di yang tak jauh dari Gedung KPK. Ia mampir untuk sekedar melepas lapar dan dahaga.
Selasa 23 April kemarin, Briptu Imam turut bertugas mengamankan Gedung KPK yang kedatangan mahasiswa yang menuntut pengusutan kasus BLBI. Rupanya, itu hari terakhirnya bertugas di kantor Ketua KPK Agus Rahardjo.
Tak ada lagi sosok tegap yang berdiri di garis terdepan yang menjaga setiap aksi dan demonstrasi di KPK. Pengabdiannya selama empat tahun di Korps Bhayangkara harus berakhir lebih cepat setelah gugur dalam medan tugas tadi malam, dalam sebuah insiden bom bunuh diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur.
"Enggak ada firasat apa-apa," kata Ning, ibunda almarhum, di kediamannya Jalan Klingkit, RT 05/RW 01, Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Kamis 25 Mei 2017.
Gedung KPK saat masih dalam tahap pengerjaan, berdiri megah di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A.
Sosok almarhum dikenal penurut, pendiam, dan ramah kepada tetangga-tetangganya. Komunikasi tak terputus dengan sang ibunda setiap kali pergi bertugas. Bahkan, pukul 19.00 WIB, Rabu 24 Mei 2017, almarhum masih memberi kabar kepada ibunda sebelum bertugas mengawal pawai obor.
Baca: ?Wali Kota Jaktim Diminta Mengawal Pendidikan Anak Korban Bom
"Ibunya sangat syok sekali tiba-tiba jam dua dapat kabar almarhum sudah tidak ada," kata Mulyani, salah satu tetangga almarhum yang bekerja di warung pecel lele Ning.
Selang dua jam setelah pamit kepada ibunya, Terminal Kampung Melayu tempat Imam bertugas diguncang dua ledakan. Sebanyak 16 orang menjadi korban. Lima orang tewas di lokasi.
Baca: Bom di Kampung Melayu Lebih Sempurna dari Bom Bandung
Tiga korban meninggal adalah anggota Polri, termasuk Briptu Imam, sedangkan dua lainnya diduga pelaku bom bunuh diri. Sementara itu, 11 korban lainnya masih dirawat di beberapa rumah sakit.
Korps Bhayangkara langsung mengolah tempat kejadian perkara. Polisi memastikan, peledak yang digunakan pelaku ialah bom panci rakitan berisikan paku dan gotri yang membawa menggunakan ransel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)