ILUSTRASI: Petugas memasang foto putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu (kanan) dengan Bobby Nasution (kiri) di Gedung Graha Saba, Solo, Jawa Tengah/Antara/Maulana Surya
ILUSTRASI: Petugas memasang foto putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu (kanan) dengan Bobby Nasution (kiri) di Gedung Graha Saba, Solo, Jawa Tengah/Antara/Maulana Surya

FOKUS

Semarak Pesan Pertalian Bobby-Kahiyang

Sobih AW Adnan • 08 November 2017 21:13
medcom.id, Jakarta: Pernikahan adalah salah satu penanda keagungan Tuhan.
 
Mengutip Q.S Ar-Ruum: 21, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj lantas menjelaskan, sebagai sebabak ibadah, perkawinan tak cuma mempertemukan dua orang secara fisik. Melainkan juga muara akhlak, martabat, dan peradaban.
 
"Akadnya merupakan syariat, selebihnya, adalah budaya," kata kiai asal Cirebon, Jawa Barat itu.

Said, tak sedang dalam perhelatan biasa. Pada Rabu pagi, 8 November 2017 itu, ia dipasrahi membawakan khotbah dalam pernikahan Bobby Afif Nasution dan Kahiyang Ayu, putri orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo.
 
Masyarakat Solo, Jawa Tengah begitu semringahnya. Tak cuma menghadirkan kemeriahan, sebab, lagi-lagi keluarga besar ini menyuguhkan banyak pesan. Mulai soal kesederhanaan, hingga cermin keberagaman.
 
Kesederhanaan
 
Tak digelar di Istana Cipanas, Bogor, atau di hotel-hotel mewah. Jokowi, lebih memilih menggelar pesta hari bahagia anak keduanya itu di Gedung Graha Saba, yang tak lain milik sendiri.
 
Hidangan yang tersaji pun, cuma mengandalkan rumah usaha milik si sulung. Aneka menu dari Chilli Pari Catering kepunyaan Gibran Rakabuming Raka ini, konon, tak kalah tanding dengan jamuan ala-restoran megah. 
 
Malah saking profesionalnya, dalam jumpa pers beberapa bulan lalu Gibran menyebut, resepsi adiknya itu tak dapat tempat di akhir pekan lantaran sudah penuh dengan bookingan.
 
Selidik demi selidik, ongkos sekali pakai gedung plus hidangan per 1.000 pax, tak lebih dari Rp60 juta saja. Jika keluarga Presiden dikabarkan menyebar 8.000 undangan, maka jumlahnya cukup dikalikan delapan. 
 
Jatuhnya, masih kurang dari setengah miliar. Ongkos yang amat jauh dibanding artis dan pesohor lain yang setidaknya merogoh kocek dari Rp5 sampai 10 miliar, untuk sekadar biaya tempat dan jamuan resepsi pernikahan.
 
Tak cukup adil, memang, bila 'sederhana tak sederhana' hanya ditimbang dari sejumlah rupiah. Jauh yang lebih penting, kedudukannya sebagai keluarga pejabat negara, tak begitu diandalkan sebagai modal perhelatan.
 
Ihwal masih ada pro-kontra, itu biasa. Semisal kritik pengingkaran terhadap Surat Edaran (SE) Menpan-RB Nomor 13 Tahun 2014 tentang Gerakan Hidup Sederhana, toh, aturan itu dikeluarkan demi menekan pejabat yang memanfaatkan fasilitas negara atau penyelenggaraan yang terlampau mewah.
 
Apalagi, soal ini, peneken SE Yuddy Chrisnandi bilang, tak masalah, sebab, Jokowi pun menyelenggarakan hajatan itu di kampung halamannya.
 
Mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi itu menbandingkannya dengan sebuah kasus pada 2015 lalu. Yakni, ketika Wakil Gubernur Kepulauan Riau Soeryo Respationo membatalkan resepsi pernikahan anaknya di sebuah hotel mewah, lantas memindahkannya ke gedung pertemuan di kompleks kediaman.
 
Dari aturan yang cuma dibatasi undangan 400 orang, atas izin warga pesta itu pun akhirnya bisa dihadiri 10.000 undangan.
 
"Setahu saya, seluruh warga di sekitarnya (Jokowi) diundang. Bahkan seluruh masyarakat Solo diperkenankan hadir. Jadi menurut saya, tidak ada yang salah. Pernikahan putra-putri Presiden tidak perlu menjadi komoditas politik," ujar Yuddy dalam keterangan tertulisnya.
 
Kesederhanaan, tak jarang timbul dari kedisiplinan yang matang. Maka, amat wajar, jika dalam pesta pernikahan tadi pagi, nyaris tak ditemukan sama sekali aroma yang dipaksakan. 
 
Terlebih sang mempelai sendiri, Kahiyang Ayu. Ia memiliki karakter yang klop sebab dikenal amat disiplin dan penuh kemandirian.
 
Baru pada 2015 lalu, heboh pemberitaan Kahiyang yang turut dalam antrean tes calon pegawai negeri sipil (CPNS) di gedung Bakorwil II Jawa Tengah. Banyak yang menganggap, hal tak lazim dilakukan anak Presiden, apalagi, dalam hasil yang diumumkan berikutnya, ia dinyatakan tak lulus.
 
Laku hidup disiplin dan sederhana keluarga Jokowi, cukup menginspirasi. Tinggal siapa lagi yang berkenan; meneladani. 
 
Baca: Pernikahan Kahiyang-Bobby Cerminan Indonesia
 
Kebinekaan
 
Kahiyang menjatuhkan pilihan hidupnya pada Bobby, pria yang terlahir dengan darah Mandailing, Sumatra Utara yang kental.
 
Semarak Pesan Pertalian Bobby-Kahiyang
Suasana pengucapan ijab oleh Presiden Jokowi yang disambut kabul oleh Bobby Nasution Prosesi sakral ini berlangsung lancar dan khidmat. (Foto: ANTARA/Maulana Surya)
 
Bisik-bisik didengar, keduanya saling berpaut hati sejak 2015 lalu. Tepatnya, ketika sejoli ini sama-sama menempuh pendidikan pascasarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat.
 
Soal kehadiran Bobby, kawan-kawan sekampusnya bilang bukan kisah sembarang. Sebab, Kahiyang yang cenderung pendiam itu, sudah terlampau masyhur dengan karakter yang tak gampang ditaklukkan. Sederhananya, membuat perempuan bersapa karib Ayang ini jatuh cinta, teramat susah.
 
Mengungkapkan keinginannya meminang pun, tak cukup sekali dilakukan Bobby. Tapi, dasar jodoh. Sekali dua tak bergeming, keteguhan hati yang dimiliki membuat sang pujaan hati, sekaligus keluarga Jokowi yakin.
 
Barangkali, di sinilah yang cukup membuat getar. Dua karakter pekerja keras, akhirnya menyatu dalam pelaminan.
 
Namun, pekerjaan rumah berikutnya muncul. Memadukan Kahiyang yang Jawa dan Bobby keturunan bangsawan Batak, bukanlah perkara gampang.
 
Menurut kacamata antropologi, misalnya, Jawa dan Batak dikenal sebagai dua suku dengan identitas dan tradisi yang cukup berseberangan. 
 
Antropolog Amerika Serikat (AS) Edward M. Bruner, dalam Indonesian Homecoming: A Case Study in the Analysis of Ritual (1974) menggambarkan, orang Jawa cenderung halus dan berbudaya. 
 
"Bila orang Jawa digambarkan lebih halus, orang Batak malah dianggap tegas, melulu terus terang, terbuka. Bagi yang tidak memahaminya, dikesankan kasar," tulis Bruner.
 
Nyatanya, 'pertentangan' dua adat itu relatif batal dan tak muncul dalam pentas keluarga Jokowi. Bobby, terlihat begitu sabar, tenang dan khusyuk mengikuti prosesi demi prosesi yang ditetapkan dalam tradisi Jawa.
 
Di sisi lain, penerimaan Jokowi terhadap Bobby, salah satunya, barangkali demi meneguhkan keindonesiaan yang kafah.
 
Melalui garis takdir ini, mantan Gubernur DKI Jakarta itu seakan tengah menebar pesan, di atas keberagaman identitas itulah Indonesia dibangun. Atau sebaliknya, Indonesia, sejatinya, bisa dilihat dari akar-akar tradisi yang multikultural.
 
Soal keberagaman, Jokowi pun terlihat perhatian hingga hal yang rinci dan detail. Jika khotbah nikah disampaikan dari keterwakilan NU yang berjargon Islam Nusantara, maka, doa khidmat disampaikan KH Haedar Nashir, Ketua Umum Muhammadiyah yang getol mendorong tradisi Islam berkemajuan. Komplit sudah. Islam Indonesia.
 
Akhirul kalam, selamat berlayar Bobby-Kahiyang. Terima kasih atas kesederhanaan dan keberagaman yang sudah sedikit banyak ditampilkan.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SBH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan