medcom.id, Jakarta: Berdasarkan hasil hitung cepat atau
quick count, paslon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut 2 Ahok-Djarot dinyatakan kalah dengan selisih suara rata-rata kisaran 10-15 persen.
Indo Barometer, salah satu lembaga survei yang ikut menghitung cepat hasil pemungutan suara pilgub DKI Jakarta mengungkap alasan mengapa Ahok-Djarot kalah di putaran kedua.
"Kalau lihat dari data, penyebaran suara ternyata di daerah-daerah yang sebelumnya diungguli oleh pasangan calon Ahok-Djarot, sekarang diimbangi oleh paslon nomor 3," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, dalam
Special Event, Rabu 19 April 2017.
Qodari mengatakan meskipun masih ada suara yang belum masuk ke basis data, tetap saja jumlah suara yang akan didapatkan Ahok-Djarot tidak akan mampu mengejar ketertinggalan. Sebab suara yang akan masuk nanti bukan hanya milik Ahok-Djarot melainkan juga milik lawan.
"Saya kira dengan selisih begitu jauh memang kemenangan Anies-Sandi ini
undisputeable walaupun ada masalah-masalah teknis di lapangan yang tentu tidak bisa diabaikan," kata Qodari.
Hal serupa juga diungkapkan Direktur Eksekutif Charta Politica Yunarto Wijaya. Pria yang akrab disapa Toto ini menyebut salah satu kekalahan Ahok-Djarot adalah suara yang terbagi ke kedua belah pihak di wilayah basis.
"Daerah basis tidak lagi menjadi basis, malah cenderung proporsional dan berimbang. Kata kunci kekalahan, daerah basis kemudian diambilalih oleh lawan sementara lawan berhasil melakukan zona marking bahkan memperbessar keunggulan," jelas Toto.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((MEL))