medcom.id, Jakarta: Calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga Sandiaga Uno mencanangkan program Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus jika ia terpilih. KJP Plus diperuntukkan bagi anak kurang mampu dan berprestasi berusia 6-21 tahun.
KJP memang menjadi program unggulan pasangan petahana Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat. Ahok mengaku belum mengetahui keunggulan KJP Plus usulan Sandiaga.
"Saya enggak ngerti KJP Plus, maksudnya beliau plusnya apa ya?" tanya Ahok di Rumah Lembang, Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (25/11/2016).
Ahok menjelaskan, KJP saat ini sudah bisa dipakai sampai jenjang perguruan tinggi. Anak sekolah yang bisa masuk perguruan tinggi negeri dapat Rp18 juta per tahun. Bahkan, lanjut Ahok, anggarannya kian bertambah.
"Malahan nilainya kita tingkatkan, kami masuk baru Rp300 miliar, sekarang sudah Rp2,5 triliun. Kami targetkan bisa Rp3 triliun. Jadi saya enggak ngerti plusnya apa," ungkap Ahok.
Perbedaan KJP Plus milik Sandiaga bisa menarik tunai. Menurut Ahok, sistem itu kurang tepat karena sering disalahgunakan. "Jadi yang terjadi oknum para orang tua yang malas, ambil uang, curi uang anaknya. Anaknya enggak nikmatin. Kita temukan pelanggaran itu. Makanya kita ubah tidak boleh tarik tunai," kata Ahok.
Ahok memaparkan, pengalamannya membiarkan KJP tarik tunai memunculkan banyak penyalahgunaan. Penggunaan dana KJP sulit dipertanggungjawabkan. "Anda tidak bisa memonitor uangnya dipakai buat apa. Kalau tanpa tunai saya bisa memonitor, dia beli apa," ujar Ahok.
Mantan Bupati Belitung Timur itu mengatakan, untuk apa sistem KJP dikembalikan agar bisa menarik tunai. Sedangkan Jakarta tengah melatih warganya menggunakan uang elektronik melalui kartu Jakarta One.
"Kita mau jadikan Jakarta kan pakai kartu Jakarta One. Enggak ada lagi orang yang pakai tunai di Jakarta sebetulnya. Ini untuk membuat murah biaya," ujarnya.
Sekarang pun, lanjut Ahok, penggunaan uang tunai bagi anak sekolah terus dikurangi. Penerima KJP sudah bisa membeli peralatan sekolah dan daging bersubsidi seharga Rp35 ribu tanpa perlu tarik tunai. Di samping itu, anak sekolah dapat menggunakan bus Transjakarta gratis.
"Kamu tarik tunai mau ngapain coba? Bayar sekolah debit, kalau narik tunai namanya merusak mental orang," kata Ahok.
Sebelumnya, saat blusukan di Pademangan Barat, Jakarta Utara, seorang siswa SMA mempertanyakan pertanggungjawaban penggunaan KJP jika bisa tarik tunai. Sandiaga menjawab, terkadang penggunaan uang tunai juga diperlukan. Ia memastikan akan mengawasi penggunaannya.
"Kenapa KJP ini dapat ditarik tunai, karena kami melihat kebutuhan warga untuk tunai itu untuk seperti transportasi, beli buku pelajaran, serta kebutuhan pendidikan lain. Itu juga bisa ditarik untuk misalnya pendaftaran ulang," kata Sandiaga, Selasa 22 November 2016.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((MBM))