Jakarta: Eks warga Kampung Susun Bayam mengeluhkan lokasi hunian sementara di Jalan Tongkol, Ancol, Jakarta Utara, yang dinilai tak layak huni. Sebab, bangunan dalam kondisi rusak.
"Fasilitas di sini enggak bagus ya, kayak rumah saja banyak yang rusak," kata warga eks Kampung Susun Bayam, Yuli, di Hunian Sementara (Huntara) Jalan Tongkol, Ancol, Rabu, 22 Mei 2024.
Sejumlah fasilitas pendukung lain tidak tersedia. Seperti tidak adanya air bersih di dalam rumah.
"Listrik pun mati, air enggak ada, paling kita ambil dari sumur," ungkap dia.
Dia menyampaikan air sumur digunakan untuk mandi. Sedangkan keperluan masak, dirinya menggunakan air isi ulang.
"Kalau untuk masak ya air isi ulang, engga tahu mungkin dapat bantuan air," sebut dia.
Dia juga menyampaikan kalau anak-anak tidak bersekolah. Mereka masih trauma akibat penggerudukan kemarin.
"Anak-anak masih trauma ya, sampai malam kemarin itu kan anak-anak pada demam, hari ini pada engga sekolah karena kecapekan juga," kata Yuli.
Saat ini, warga membutuhkan obat-obatan dan juga fasilitas kesehatan lantaran ada beberapa warga yang sakit. Begitu juga dengan konsumsi untuk warga.
Sebelumnya, warga eks Kampung Susun Bayam terpaksa meninggalkan rusunnya yang berada di sebelah Jakarta International Stadium, usai kesepakatan kedua belah pihak terjadi antara pihak PT JakPro dan warga.
Mereka akhirnya tinggal di hunian sementara, setelah Ketua Kelompok Tani Kampung Bayam Madani, Muhammad Furqon, dibebaskan dari penjara, atas tuduhan penyerobotan lahan.
Furqon sempat ditahan selama 50 hari karena memaksa menempati Kampung Susun Bayam bersama ratusan warga lainnya.
Jakarta: Eks warga
Kampung Susun Bayam mengeluhkan lokasi hunian sementara di Jalan Tongkol, Ancol,
Jakarta Utara, yang dinilai tak layak huni. Sebab, bangunan dalam kondisi rusak.
"Fasilitas di sini enggak bagus ya, kayak rumah saja banyak yang rusak," kata warga eks Kampung Susun Bayam, Yuli, di Hunian Sementara (Huntara) Jalan Tongkol, Ancol, Rabu, 22 Mei 2024.
Sejumlah fasilitas pendukung lain tidak tersedia. Seperti tidak adanya air bersih di dalam rumah.
"Listrik pun mati, air enggak ada, paling kita ambil dari sumur," ungkap dia.
Dia menyampaikan air sumur digunakan untuk mandi. Sedangkan keperluan masak, dirinya menggunakan air isi ulang.
"Kalau untuk masak ya air isi ulang, engga tahu mungkin dapat bantuan air," sebut dia.
Dia juga menyampaikan kalau anak-anak tidak bersekolah. Mereka masih trauma akibat penggerudukan kemarin.
"Anak-anak masih trauma ya, sampai malam kemarin itu kan anak-anak pada demam, hari ini pada engga sekolah karena kecapekan juga," kata Yuli.
Saat ini, warga membutuhkan obat-obatan dan juga fasilitas kesehatan lantaran ada beberapa warga yang sakit. Begitu juga dengan konsumsi untuk warga.
Sebelumnya, warga eks Kampung Susun Bayam terpaksa meninggalkan rusunnya yang berada di sebelah Jakarta International Stadium, usai kesepakatan kedua belah pihak terjadi antara pihak PT JakPro dan warga.
Mereka akhirnya tinggal di hunian sementara, setelah Ketua Kelompok Tani Kampung Bayam Madani, Muhammad Furqon, dibebaskan dari penjara, atas tuduhan penyerobotan lahan.
Furqon sempat ditahan selama 50 hari karena memaksa menempati Kampung Susun Bayam bersama ratusan warga lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABK)