Jakarta: Ratusan petugas keamanan dari JakPro, TNI-Polri, hingga Satpol PP menggeruduk masuk ke Kampung Susun Bayam. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB, Selasa, 21 Mei 2024.
Aksi para petugas ini dilakukan agar warga eks Kampung Bayam yang bertempat tinggal di Kampung Susun Bayam, dapat meninggalkan lokasi. Warga diminta tidak lagi menempati rusun tersebut.
Berdasarkan pantauan Medcom.id, sekitar pukul 14.30 WIB, awak media juga tidak diperbolehkan masuk ke lokasi tempat para warga bertahan.
Diah Viataloka, warga Kampung Susun Bayam mengatakan, saat awal kejadian, petugas menyuruh para warga untuk keluar dari rusun dalam waktu 30 menit.
"Lagi santai-santai habis sarapan tiba-tiba ada suara toa, pas di balkon lihat ke bawah itu udah banyak banget kayak aparat Satpol PP sampai PPSU banyak banget pokoknya ada sekitar 300 orang," kata Diah di lokasi, Selasa, 21 Mei 2024.
"Ada orang dari JakPro yang bawa toa dan memberi kami waktu 30 menit untuk mengosongkan unit ini," sambungnya.
Warga mengaku tidak ada pemberitahuan dan kesepakatan terlebih dulu terkait peristiwa pengusiran pagi tadi. Warga pun tidak mengetahui apakah akan dipindah ke Rusun Nagrak atau ke hunian sementara di daerah Kota Tua.
"Surat-surat tertulisnya aja nggak ada. Masa iya sih kami digeruduk secara tiba-tiba kayak begitu ya kan kami juga manusia," kata Diah.
Lantaran emosi, para warga akhirnya memutuskan menyiram petugas dengan air agar lantai rusun licin.
"Kami ide siram mereka pakai air biar pada kepleset, licin kan itu, tadi aja sampai kaki saya kena pecahan kaca karena tadi sempat dorong-dorongan juga kan sama petugas," ujar Diah.
Hingga kini, warga masih bertahan di lantai bawah rusun, mayoritas ibu-ibu dan anak-anak. Sekitar 34 KK dengan 150 jiwa terdampak dari peristiwa ini.
Jakarta: Ratusan petugas keamanan dari JakPro, TNI-Polri, hingga Satpol PP menggeruduk masuk ke
Kampung Susun Bayam. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB, Selasa, 21 Mei 2024.
Aksi para petugas ini dilakukan agar warga eks Kampung Bayam yang bertempat tinggal di Kampung Susun Bayam, dapat meninggalkan lokasi. Warga diminta tidak lagi menempati rusun tersebut.
Berdasarkan pantauan
Medcom.id, sekitar pukul 14.30 WIB, awak media juga tidak diperbolehkan masuk ke lokasi tempat para warga bertahan.
Diah Viataloka, warga
Kampung Susun Bayam mengatakan, saat awal kejadian, petugas menyuruh para warga untuk keluar dari rusun dalam waktu 30 menit.
"Lagi santai-santai habis sarapan tiba-tiba ada suara toa, pas di balkon lihat ke bawah itu udah banyak banget kayak aparat Satpol PP sampai PPSU banyak banget pokoknya ada sekitar 300 orang," kata Diah di lokasi, Selasa, 21 Mei 2024.
"Ada orang dari JakPro yang bawa toa dan memberi kami waktu 30 menit untuk mengosongkan unit ini," sambungnya.
Warga mengaku tidak ada pemberitahuan dan kesepakatan terlebih dulu terkait peristiwa pengusiran pagi tadi. Warga pun tidak mengetahui apakah akan dipindah ke Rusun Nagrak atau ke hunian sementara di daerah Kota Tua.
"Surat-surat tertulisnya aja nggak ada. Masa iya sih kami digeruduk secara tiba-tiba kayak begitu ya kan kami juga manusia," kata Diah.
Lantaran emosi, para warga akhirnya memutuskan menyiram petugas dengan air agar lantai rusun licin.
"Kami ide siram mereka pakai air biar pada kepleset, licin kan itu, tadi aja sampai kaki saya kena pecahan kaca karena tadi sempat dorong-dorongan juga kan sama petugas," ujar Diah.
Hingga kini, warga masih bertahan di lantai bawah rusun, mayoritas ibu-ibu dan anak-anak. Sekitar 34 KK dengan 150 jiwa terdampak dari peristiwa ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)