Ilustrasi. Foto: MI/Andri Widiyanto
Ilustrasi. Foto: MI/Andri Widiyanto

Studi: Perlu Upaya Lebih Menurunkan Emisi Sektor Transportasi

Arga sumantri • 23 November 2022 22:23
Jakarta: The Real Urban Emissions (TRUE) Initiative melakukan studi terkait emisi sektor transportasi. Secara garis besar, hasil studi menunjukkan kalau standar emisi yang ada saat ini lebih rendah dari standar emisi kendaraan yang dibuat sebelum 2007.
 
"Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa hanya sedikit peningkatan emisi truk diesel yang dicapai dalam dekade terakhir," peneliti International Council on Clean Transportation (ICCT) Aditya Mahalana melalui keterangan tertulis, Rabu, 23 November 2022.
 
Studi ini juga merekomendasikan agar Indonesia mengembangkan rencana dan jadwal untuk penerapan standar emisi Euro 6/VI. Penerapan Euro 6/VI akan memastikan bahwa teknologi pengendalian emisi terbaik yang tersedia. 

"Seperti filter partikulat diesel dan sistem reduksi katalitik selektif, dapat digunakan untuk kendaraan dan mesin baru," jelas dia.
 
Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) Puji Lestari memaparkan analisis data yang dikumpulkan dimaksudkan untuk memberikan bukti dan dukungan untuk tindakan di masa depan. Sehingga, dampak kendaraan bermotor terhadap kualitas udara dan kesehatan dapat diatasi.
 
Ia menekankan polusi udara menjadi ancaman bagi orang-orang yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta. Polisi udara juga mempunyai kaitan erat atas dampak pencemaran udaranya terhadap kesehatan, termasuk ke paru-paru. 
 
"Faktor utama penyebab polisi udara, khususnya di Jakarta, disebabkan dari sektor transportasi," jelas Puji.
 

Baca: Kendaraan Bermotor, Penyumbang Emisi Karbon Tertinggi


Puji menyebut sektor transportasi mempunyai kontribusi sangat besar terhadap polisi udara di Jakarta. Populasi kendaraan di Jakarta didominasi kendaraan penumpang, yakni 80-90 ribu. 
 
"Metode studi yang dilakukan menggunakan remote sensing. Metode tersebut hanya mengukur kendaraan dari sisi jalan. Tidak harus memberhentikan kendaraan. Bahwa remote sensing mempunyai peranan penting di dalam mendukung kebijakan. Saat ini harusnya sudah EURO 4," kata Puji.
 
Studi ini dilakukan dari Januari hingga April 2021. Selama kurun waktu tersebut, para peneliti dari ITB mengumpulkan total sampel mentah sebanyak 187,642 pengukuran. Termasuk ke dalamnya jumlah total percobaan pengukuran emisi kendaraan selama periode tersebut. 
 
"Setelah proses validasi data dan pembersihan data, ada 93,188 data emisi kendaraan yang dianggap valid dan dimasukan kedalam analisis," beber Puji.
 
Analisis yang dilakukan berfokus kepada jenis kendaraan penumpang, taksi, bus, kendaran tugas berat, kendaraan tugas ringan dan sepeda motor. Kendaraan lain seperti truk sampah, ambulan, dan kendaraan roda tiga tidak terwakili dan dikecualikan dalam studi ini.
 
Pada 2019, Jakarta menduduki peringkat pertama sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di Asia Tenggara, dan menurut Laporan Kualitas Udara Dunia 2021 yang dikeluarkan oleh AQ Air, Jakarta menempati peringkat ke-12 di antara ibu kota dunia terkait polusi udara.
 
Pada 2015, Bank Dunia memperkirakan dampak moneter dari tingkat polusi udara yang tinggi di Jakarta mencapai USD 16 miliar, bila dibandingkan dengan anggaran kesehatan nasional pada tahun yang sama, tiga kali lipat jumlahnya. Beban ini terutama bersumber dari dampak polusi udara terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar kota.
 
"Data emisi ini diharapkan bisa memberikan informasi yang sangat penting kepada pemangku kebijakan dalam menangani polusi udara, terutama di sektor transportasi," ujar Puji.
 
Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Yusiono A Supalal menilai remote sensing technology bisa digunakan untuk menginventarisasi terkait data kendaraan yang membuat polusi udara.  Menurutnya, perkembangan teknologi inilah yang harusnya bisa gunakan untuk sesuatu yang positif. 
 
"Teknologi remote sensing nantinya bisa dikolaborasikan dengan kebijakan yang sudah dilakukan atau berjalan di Ibu Kota," jelas Yusiono.
 
Misalnya, saat ini Pemprov DKI Jakarta sedang berlangsung pengujian emisi kendaraan. Terdapat 300 titik tempat pengujian emisi, termasuk di bengkel-bengkel. 
 
Teknologi ini bisa memastikan kendaraan yang telah diuji di bengkel, dapat diuji juga ketika berada di jalan raya. Alhasil, teknologi remote sensing bisa menjadi masukan juga untuk Pemprov DKI Jakarta. 
 
Paling tidak, kata dia, ada dua sisi dari teknologi remote sensing dalam mengukur emisi kendaraan. Pertama dari sisi kebijakan dan kedua dari sisi teknologi. Teknologi akan membantu pengambilan kebijakan.
 
"Contohnya, kendaraan yang berusia di atas 10 tahun akan menghasilkan emisi buruk. Kebijakan apa yang harus diambil? Maka Pemprov DKI membatasi usia angkutan umum maksimal 10 tahun. Ini sudah kami terapkan dan terbukti, kendaraan yang memiliki usia muda maka emisinya juga rendah," jelas Yusiono.
 
Pelaksana pada Direktorat Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin, Patia J Monangdo mengatakan, implementasi green transportation sangat diperlukan. Secara global, menurut dia, sektor transportasi adalah penyumbang terbesar pertama emisi karbondioksida pada lingkungan.
 
Transportasi darat adalah kontributor terbesar terhadap emisi karbondioksida baik secara global maupun domestik pada area urban. Di Jakarta, 78 persen emisi karbondioksida berasal dari transportasi darat.
 
Saat ini, kata dia, pemerintah sedang melakukan percepatan program pengembangan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KLBBB). Peta jalan pengembangan KBLBB berisikan panduan penguasaan komponen utama yang terdiri dari baterai, motor listrik dan konverter.
 
Industri Beterai merupakan komponen utama yang berpotensial dikembangkan di dalam negeri. Pada saat ini sudah terdapat Perusahaan Industri Baterai yang memproduksi dari Penambangan sampai dengan produksi Baterai Cell. Pengembangan komponen utama lyakni motor listrik dan inverter sangat tergantung pada economic of scale/volume.
 
"Kami berpendapat bahwa project ini sangat baik untuk bisa membantu Kemenperin untuk mengumpulkan data dan menjadi dasar pemerintah merumuskan kebijakan ke depan," kata Patia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan