Sejumlah PKL kembali berjualan di trotoar Jalan Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta. Foto: MI/Pius Erlangga.
Sejumlah PKL kembali berjualan di trotoar Jalan Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta. Foto: MI/Pius Erlangga.

Masih Sesak di Trotoar Tanah Abang

Media Indonesia • 10 April 2019 11:30
Jakarta: Taufik, 52, tak peduli dengan kesemrawutan yang terjadi sejak pagi hingga malam hari di trotoar Jalan Jati Baru, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Setiap hari, ia hanya berpikir bagaimana dagangannya bisa laku.
 
Pedagang kaki lima (PKL) di trotoar Tanah Abang itu mengaku tidak ingin pindah dari tempatnya mencari penghidupan saat ini. Jembatan penyeberangan multiguna (JPM) tak menarik perhatiannya.
 
"Dari dulu sudah berjualan di sini, betah di sini, dan tidak akan mau berjualan di jembatan meski dipaksa," ungkap Taufik seperti diberitakan Media Indonesia, Rabu, 10 April 2019.

Taufik tidak sendiri. Ada puluhan PKL yang tetap nekat berjualan di trotoar Jalan Jati Baru. Tidak nyaman memang karena mereka harus kucing-kucingan dengan petugas Satuan Polisi Pamong Praja yang sering merazia.
 
Mereka juga tidak peduli dengan keluhan pejalan kaki. "Dari dulu juga sudah desak-desakan. Namanya pasar pasti desak-desakan," kilah Taufik.
 
Meski JPM Tanah Abang sudah difungsikan untuk menampung PKL, kondisi trotoar Jalan Jati Baru, sampai kemarin, masih tetap disesaki PKL. "Setelah ada JPM dan sebelumnya tetap sama saja. Semrawut, karena banyak yang berdagang di trotoar," keluh Indri, 27, pejalan kaki.
 
Adanya PKL di trotoar, lanjut dia, sangat mengganggu pejalan kaki. "Kasihan warga yang buru-buru karena jalan mereka jadi tersendat."
 
Berbeda dengan Taufik, Ridho, 35, mengaku bersyukur bisa berdagang di JPM Tanah Abang. Selain lebih tenang mengais rezeki, pedagang pakaian wanita itu juga mengaku omzet dagangnya meningkat daripada saat masih berjualan di badan Jalan Jati Baru.
 
"Omzetnya bisa meningkat 15 persen sehingga laba bersih yang bisa kami bawa pulang juga bertambah. Dari hari ke hari, jumlah konsumen yang datang ke JPM ini terus meningkat," tambah dia.
 
Ia menilai dengan berjalan dan berbelanja di JPM Tanah Abang, warga merasa lebih nyaman karena tidak kepanasan dan kehujanan. Kondisi itu membuat Ridho betah berdagang di JPM Tanah Abang.
 
Baca: Tanah Abang Masih Semrawut
 
Pedagang lain, Rini, 29, juga mengaku baju anak jualannya laris manis di JPM Tanah Abang. "Penghasilan saya naik. Banyak pembeli yang merupakan penumpang KRL dan TransJakarta, karena jembatan ini terintegrasi dengan dua moda itu," tutur dia.
 
Nyamannya berbelanja di JPM diungkapkan Faridah, 40, warga. "Tidak perlu berdesak-desakan seperti saat di bawah dulu. Tidak perlu khawatir juga kesenggol mobil atau sepeda motor. Di sini berbelanja lebih nyaman dan tenang," papar dia.
 
JPM Tanah Abang mulai dioperasikan untuk PKL pada 7 Desember 2018. Jembatan sepanjang 386 meter dengan lebar 12,6 meter ini dibangun dengan dana APBD DKI Jakarta. Ada 446 pedagang yang berjualan. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan