Jakarta: Direktur Utama PAM Jaya Erlan Hidayat menjelaskan perihal inspeksi penggunaan air tanah yang digalakkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Menurut dia, inspeksi tersebut bagian dari penegakan peraturan penggunaan air tanah.
Namun, saat ini yang tengah difokuskan ialah menertibkan masyarakat untuk mengurangi penggunaan air tanah. "Tindakan selanjutnya adalah, tindakan ada, peraturan ada. Tapi saat ini kita lebih mengarahkan kepada marilah bergerak kurangi air tanah dan pergerakan itu akhirnya diikuti pada perumahan juga," ujar Erlan di Jalan Pulombangkeng 5, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 21 Maret 2018.
Baca: Hari Terakhir Sidak Penggunaan Air Tanah, 8 Gedung Tinggi Dibidik
Ia mengatakan akan mengupayakan perumahan agar tidak menggunakan air tanah. Berdasarkan informasi yang didapatkan Erlan, penggunaan air tanah di perumahan menjamur dan sementara penggunaan air pipa sangat minim.
"Karena perumahan juga konsumsi besar. Nah, kalau kita mulai bergerak dari wilayah yang sudah ada suplai airnya, saya pikir Jakarta akan terbantu," tutur Erlan.
Erlan mengaku heran dan mempertanyakan keputusan masyarakat lebih memilih menggunakan air tanah. Ia mengatakan harga yang dikeluarkan akan lebih mahal dibandingkan menggunakan air dari PAM.
"Air tanah itu harganya mahal. Kalau dihitung benar sudah 13x harga air pipa. Kalau ada seseorang bayar Rp1 juta itu bisa bayar Rp13 juta. Kalau dia masih pakai air tanah, kita perlu pertanyakan, kok mau ya bayar lebih mahal. Makanya mesti kita tertibkan," ucapnya.
Jakarta: Direktur Utama PAM Jaya Erlan Hidayat menjelaskan perihal inspeksi penggunaan air tanah yang digalakkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Menurut dia, inspeksi tersebut bagian dari penegakan peraturan penggunaan air tanah.
Namun, saat ini yang tengah difokuskan ialah menertibkan masyarakat untuk mengurangi penggunaan air tanah. "Tindakan selanjutnya adalah, tindakan ada, peraturan ada. Tapi saat ini kita lebih mengarahkan kepada marilah bergerak kurangi air tanah dan pergerakan itu akhirnya diikuti pada perumahan juga," ujar Erlan di Jalan Pulombangkeng 5, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 21 Maret 2018.
Baca: Hari Terakhir Sidak Penggunaan Air Tanah, 8 Gedung Tinggi Dibidik
Ia mengatakan akan mengupayakan perumahan agar tidak menggunakan air tanah. Berdasarkan informasi yang didapatkan Erlan, penggunaan air tanah di perumahan menjamur dan sementara penggunaan air pipa sangat minim.
"Karena perumahan juga konsumsi besar. Nah, kalau kita mulai bergerak dari wilayah yang sudah ada suplai airnya, saya pikir Jakarta akan terbantu," tutur Erlan.
Erlan mengaku heran dan mempertanyakan keputusan masyarakat lebih memilih menggunakan air tanah. Ia mengatakan harga yang dikeluarkan akan lebih mahal dibandingkan menggunakan air dari PAM.
"Air tanah itu harganya mahal. Kalau dihitung benar sudah 13x harga air pipa. Kalau ada seseorang bayar Rp1 juta itu bisa bayar Rp13 juta. Kalau dia masih pakai air tanah, kita perlu pertanyakan, kok mau ya bayar lebih mahal. Makanya mesti kita tertibkan," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)