medcom.id, Jakarta: Ada berbagai cara menumbuhkan rasa kebhinekaan atau keberagaman sejak dini, salah satunya dengan menuangkan pemikiran mereka dalam bentuk tulisan.
Anak-anak dari SD Mentari Intercultural School Jakarta (MISJ), Shera, Dio, Kayla, Abi, Anya I, Anya W, Axel, Desna, Mazaya, Zifa, Abishai, Aira, Alle, Allegra, Anya R, Aubriel, Lizzie, Kayleen, menuangkan cerita mereka dalam sebuah buku berjudul Menggapai Mentari.
Bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2017, buku diterbitkan. Buku yang terdiri dari 18 cerita terpilih tersebut berisikan tentang keberagaman, persahabatan, toleransi, serta makna Pancasila di mata anak-anak.
Baca: Keterbatasan Ekonomi Tak Menyurutkan Minat Baca Demi Cita-cita
Penulis dan penggiat literasi, Maman Suherman, mengapresiasi penerbitan buku tersebut. "Kalau mau anak-anak punya kedalaman atau imajinasi yang kuat, akrabkan mereka dengan buku, karena buku adalah tempat dialog antara manusia dengan manusia, manusia dengan hati," kata Maman dalam keterangan tertulis yang diterima medcom.id, Sabtu 11 November 2017.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/ybD1njRk" allowfullscreen></iframe>
Menurutnya, negara yang paling senang membaca adalah negara yang paling bahagia. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya mendorong anak untuk memiliki kebiasaan membaca.
Psikolog anak dan keluarga, Mira Amir, mengatakan, kebiasan membaca dapat membantu mengoptimalkan hobi menulis. Namun, ia mengingatkan orang tua untuk mendampingi anak dalam pemilihan bahan bacaan.
"Diskusikan isi buku yang ada untuk melatih mereka mengembangkan ide-ide yang muncul," saran Mira.
Baca: Keterbatasan Bukan Penghalang Anak di Manado untuk Berprestasi
Terbitnya buku Menggapai Mentari diharapkan dapat memupuk persatuan sejak usia dini dan menginspirasi banyak penulis cilik, sekolah, guru, dan orang tua saling membahu untuk menghasilkan semakin banyak buku anak.
"Menulis adalah talenta. Talenta yang dipupuk dari kecil akan berkembang besar suatu saat, seberapa pun kecilnya itu sekarang ini," kata J. Proboantoro selaku penggagas buku.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/ybDMqxAk" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Ada berbagai cara menumbuhkan rasa kebhinekaan atau keberagaman sejak dini, salah satunya dengan menuangkan pemikiran mereka dalam bentuk tulisan.
Anak-anak dari SD Mentari Intercultural School Jakarta (MISJ), Shera, Dio, Kayla, Abi, Anya I, Anya W, Axel, Desna, Mazaya, Zifa, Abishai, Aira, Alle, Allegra, Anya R, Aubriel, Lizzie, Kayleen, menuangkan cerita mereka dalam sebuah buku berjudul
Menggapai Mentari.
Bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2017, buku diterbitkan. Buku yang terdiri dari 18 cerita terpilih tersebut berisikan tentang keberagaman, persahabatan, toleransi, serta makna Pancasila di mata anak-anak.
Baca:
Keterbatasan Ekonomi Tak Menyurutkan Minat Baca Demi Cita-cita
Penulis dan penggiat literasi, Maman Suherman, mengapresiasi penerbitan buku tersebut. "Kalau mau anak-anak punya kedalaman atau imajinasi yang kuat, akrabkan mereka dengan buku, karena buku adalah tempat dialog antara manusia dengan manusia, manusia dengan hati," kata Maman dalam keterangan tertulis yang diterima
medcom.id, Sabtu 11 November 2017.
Menurutnya, negara yang paling senang membaca adalah negara yang paling bahagia. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya mendorong anak untuk memiliki kebiasaan membaca.
Psikolog anak dan keluarga, Mira Amir, mengatakan, kebiasan membaca dapat membantu mengoptimalkan hobi menulis. Namun, ia mengingatkan orang tua untuk mendampingi anak dalam pemilihan bahan bacaan.
"Diskusikan isi buku yang ada untuk melatih mereka mengembangkan ide-ide yang muncul," saran Mira.
Baca:
Keterbatasan Bukan Penghalang Anak di Manado untuk Berprestasi
Terbitnya buku
Menggapai Mentari diharapkan dapat memupuk persatuan sejak usia dini dan menginspirasi banyak penulis cilik, sekolah, guru, dan orang tua saling membahu untuk menghasilkan semakin banyak buku anak.
"Menulis adalah talenta. Talenta yang dipupuk dari kecil akan berkembang besar suatu saat, seberapa pun kecilnya itu sekarang ini," kata J. Proboantoro selaku penggagas buku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)