medcom.id, Jakarta: Kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, terutama bahu jalan dan trotoar kembali dimonopoli pedagang kaki lima (PKL). Padahal, belum lama petugas membersihkan PKL saat Bulan Tertib Trotoar di Jakarta.
Tapi, razia bukan lagi momok buat PKL. Meski merasa waswas, toh pedagang punya cara untuk menghindari petugas: kucing-kucingan. "Di sini kan kelihatan," kata Suci, pedagang minuman ringan, kepada Metrotvnews.com, di Pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu 23 Agustus 2017.
Ibu enam anak ini punya siasat ketika ada razia. Ia menyembunyikan barang dagangan ke dalam salah satu ruko di Pasar Blok A Tanah Abang. "Sudah kenal sama petugas keamanannya," ujarnya.
Baca: PKL Tanah Abang Kembali Kuasai Trotoar
Ia bercerita pernah dua kali barang dagangannya disita petugas. Namun, iitu tak membuatnya jera lantaran tak punya pilihan lain mencari nafkah sepeninggal suaminya. "Biasa mangkal pukul 08.00 WIB. Sekarang razia hampir setiap hari. Jadi berangkat agak siang," jelasnya.
Ia menceritakan sudah dua kali dirinya terkena razia dan barang dagangan disita. Namun, ia enggak mengikuti proses persidangan lantaran harus mengeluarkan sejumlah uang untuk menebusnya. "Disita dibiarin saja. Enggak apa-apa rugi daripada dimintain uang lagi," ujarnya.
medcom.id, Jakarta: Kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, terutama bahu jalan dan trotoar kembali dimonopoli pedagang kaki lima (PKL). Padahal, belum lama petugas membersihkan PKL saat Bulan Tertib Trotoar di Jakarta.
Tapi, razia bukan lagi momok buat PKL. Meski merasa waswas, toh pedagang punya cara untuk menghindari petugas: kucing-kucingan. "Di sini kan kelihatan," kata Suci, pedagang minuman ringan, kepada
Metrotvnews.com, di Pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu 23 Agustus 2017.
Ibu enam anak ini punya siasat ketika ada razia. Ia menyembunyikan barang dagangan ke dalam salah satu ruko di Pasar Blok A Tanah Abang. "Sudah kenal sama petugas keamanannya," ujarnya.
Baca: PKL Tanah Abang Kembali Kuasai Trotoar
Ia bercerita pernah dua kali barang dagangannya disita petugas. Namun, iitu tak membuatnya jera lantaran tak punya pilihan lain mencari nafkah sepeninggal suaminya. "Biasa mangkal pukul 08.00 WIB. Sekarang razia hampir setiap hari. Jadi berangkat agak siang," jelasnya.
Ia menceritakan sudah dua kali dirinya terkena razia dan barang dagangan disita. Namun, ia enggak mengikuti proses persidangan lantaran harus mengeluarkan sejumlah uang untuk menebusnya.
"Disita dibiarin saja. Enggak apa-apa rugi daripada dimintain uang lagi," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)