Relawan Ahok-Djarot. Foto: MI/Rommy P
Relawan Ahok-Djarot. Foto: MI/Rommy P

Ahok-Djarot demi Pluralisme

Arif Hulwan • 20 September 2016 06:11
medcom.id, Jakarta: Penetapan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada DKI 2017 merupakan upaya mewujudkan Ibu Kota yang menghormati dan menghargai keberagaman. Penetapan pasangan itu juga diyakini bakal mengalahkan serangan berbau sektarian.
 
"Dulu pada saat Jokowi-Ahok, aspek pendidikan pluralisme sangat tinggi. Sekarang Ahok-Djarot menyemai pluralisme. Perbedaan pendapat sangat bisa melewati proses pilkada ini. Jadi, pilkada sebagai bagian memupuk aspek toleransi dan pluralisme," kata Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat Masykurudin Hafidz, Senin (19/9/2016).
 
Sebelumnya, Ketua DPP Partai Hanura Miryam S. Haryani menyampaikan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017 sudah final. Ia mengatakan ada empat partai pengusung yang akan mencalonkan petahana Ahok dalam Pilkada DKI 2017.


 
Hal itu pun merupakan hasil rapat tiga parpol pengusung Ahok pada Minggu malam 18 September. "Sudah selesai (keputusannya), partai pengusung adalah Hanura, NasDem, Golkar, dan PDI Perjuangan," ujar Miryam, kemarin.
 
Dia juga mengungkapkan, Ahok akan disandingkan dengan kader PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat.
 
Kepastian adanya dukungan dari PDI Perjuangan kepada Ahok, di lain sisi, oleh Masykurudin dilihat sebagai berpotensi memperbesar serangan bernuansa SARA lebih kencang ketimbang pada Pilkada DKI 2012. Itu disebabkan Ahok kini berposisi sebagai cagub.
 
Pada 2012 posisi Ahok ialah cawagub. Serangan itu mungkin berasal dari kalangan elite seperti yang diinisiasi tokoh senior PAN Amien Rais, belum lama ini.
 
Akan tetapi, lanjut Masykurudin, hal itu hanya bisa jadi memengaruhi sekitar 29 persen pemilih. Sementara itu, 70 persen lainnya pemilih rasional yang justru memandang negatif embusan isu bernuansa SARA.
 
Pasalnya, calon pemilih dinilai murni melihat sisi kebijakan yang dibuat petahana. "Pilkada ini jadi pertaruhan bagi kita apa tahan terhadap pluralisme, toleransi itu, atau kita pada akhirnya menjadi korban permainan elite," papar Masykurudin.
 
Ahok-Djarot demi Pluralisme
 
Ujian Demokrasi
 
Senada, Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Nasbi juga melihat penetapan pasangan Ahok-Djarot sebagai ujian bagi kematangan demokrasi.
 
Menurut dia, adu gagasan dan prestasi sebenarnya bakal terjadi seandainya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau Wali Kota Bandung Ridwan Kamil jadi maju di Pilkada DKI Jakarta.
 
Bersama Basuki, dua pemimpin daerah itu dinilai memiliki prestasi.
 
"Tapi karena keduanya batal nyalon, yang ada bukan adu prestasi, melainkan adu urat leher dan kemarahan. Sulit berharap pilkada menarik. Ini ujian apakah Jakarta sudah bisa lepas dari isu SARA atau tidak," ucap Hasan.

(Klik: Djarot: Insya Allah PDI Perjuangan Usung Ahok-Djarot)

Peneliti senior Pusat Penelitian Politik LIPI Syamsuddin Haris pun meyakini hasil sejumlah survei bakal makin meyakinkan dengan kepastian Djarot di posisi bakal cawagub. "Dengan asumsi dua pasang, Ahok-Djarot lawan siapa pun, satu putaran selesai. Tapi isu SARA tetap mewarnai."
 
Ketua DPP PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno mengatakan secara indikatif, pasangan calon petahana dinilai paling mungkin diusung PDI Perjuangan.
 
"Namun, keputusan final sepenuhnya di tangan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri." Megawati dijadwalkan memimpin rapat khusus pilkada DKI Jakarta, Selasa (20/9/2016).
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan