Jakarta: Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto menyebut Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan masih bisa dilakukan saat musim kemarau. Sebab, masih ada potensi awan untuk dilaksanakan pembibitan hujan.
"Untuk mengejar waktu penyemaian awal diusulkan dibangun beberapa posko di beberapa titik strategis," kata Handoko, di Jakarta, Senin, 19 Agustus 2019.
Ia menjelaskan, pada musim kemarau awan masih ada meskipun tidak setiap hari dan merata di seluruh Indonesia. Kendati begitu, kondisi tersebut bisa menjadi peluang untuk mengoperasikan TMC agar dapat menurunkan hujan.
"Ini bisa berguna juga untuk mengatasi masalah karhutla maupun kekeringan yang saat ini terjadi," ujar dia.
Baca juga: Rencana Hujan Buatan Pemprov DKI Disebut Mubazir
Menurut Handoko pertumbuhan awan pada musim kemarau cenderung sporadis, baik temporal maupun per lokasi. Untuk itu, lanjut dia, perlu disiagakan beberapa posko di titik-titik strategis untuk percepatan penyemaian awan.
"Dengan memperhatikan sifat pertumbuhan awan di musim kemarau, TMC harus didukung dengan armada pesawat berdaya jangkau luas," ucap dia.
Handoko menjelaskan, awan biasanya tumbuh akibat gangguan atmosfer berupa gelombang atmosfer, seperti fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), Kelvin wave, dan lain-lain. Menurutnya, tidak tepat bila disebut tidak akan ada awan hingga Oktober.
"Karena definisi musim kemarau menurut BMKG bukan berarti tidak ada hujan melainkan curah hujan di bawah 150 milimeter dalam sebulan," tegasnya.
Jakarta: Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto menyebut Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan masih bisa dilakukan saat musim kemarau. Sebab, masih ada potensi awan untuk dilaksanakan pembibitan hujan.
"Untuk mengejar waktu penyemaian awal diusulkan dibangun beberapa posko di beberapa titik strategis," kata Handoko, di Jakarta, Senin, 19 Agustus 2019.
Ia menjelaskan, pada musim kemarau awan masih ada meskipun tidak setiap hari dan merata di seluruh Indonesia. Kendati begitu, kondisi tersebut bisa menjadi peluang untuk mengoperasikan TMC agar dapat menurunkan hujan.
"Ini bisa berguna juga untuk mengatasi masalah karhutla maupun kekeringan yang saat ini terjadi," ujar dia.
Baca juga:
Rencana Hujan Buatan Pemprov DKI Disebut Mubazir
Menurut Handoko pertumbuhan awan pada musim kemarau cenderung sporadis, baik temporal maupun per lokasi. Untuk itu, lanjut dia, perlu disiagakan beberapa posko di titik-titik strategis untuk percepatan penyemaian awan.
"Dengan memperhatikan sifat pertumbuhan awan di musim kemarau, TMC harus didukung dengan armada pesawat berdaya jangkau luas," ucap dia.
Handoko menjelaskan, awan biasanya tumbuh akibat gangguan atmosfer berupa gelombang atmosfer, seperti fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), Kelvin wave, dan lain-lain. Menurutnya, tidak tepat bila disebut tidak akan ada awan hingga Oktober.
"Karena definisi musim kemarau menurut BMKG bukan berarti tidak ada hujan melainkan curah hujan di bawah 150 milimeter dalam sebulan," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)