Jakarta:Country Manager Plastic Bank Indonesia Paola Cortese mengatakan Indonesia memiliki banyak tantangan dalam mengolah sampah plastik. Hingga saat ini, sampah plastik masih menyumbang polusi pada lingkungan sekitar.
“Ada banyak tantangan di level sistematis yang harus kita tanggulangi dulu, supaya bisa bebas polusi plastik dan ini beberapa yang kita sudah identifikasi,” kata Paola dilansir Antara, Jumat, 8 April 2022.
Paola menuturkan Indonesia merupakan negara yang menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Sebanyak 4,9 juta ton sampah plastik setiap tahunnya, juga tidak mendapatkan penanganan yang baik sehingga berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) atau bocor ke laut.
Baca: Penerapan Larangan Plastik Sekali Pakai Belum Maksimal di Daerah
Banyaknya sampah plastik itu kemudian memberikan lima tantangan pada Indonesia. Salah satunya, muncul banyak komunitas daur ulang plastik yang lahir di Indonesia. Namun, komunitas-komunitas itu justru masih bersifat informal padahal sangat berjasa untuk mengumpulkan setidaknya 1 juta ton sampah plastik setiap tahunnya.
Kedua, pengumpulan data dari sektor plastik daur ulang belum dapat tercatat dengan baik. Hal tersebut karena pencatatan belum berbasis pada data digitalisasi, melainkan dilakukan secara manual.
Paola mengatakan kurangnya implementasi kebijakan yang mengatur mengenai responsibilitas produsen (EPR) plastik di Indonesia, membuat permasalahan sampah plastik semakin membutuhkan perhatian serius.
Selain itu, pengolahan sampah plastik masih sulit karena penggunaan social plastic di pangsa-pangsa pasar dalam negeri yang masih terbatas. Selain itu, area jangkauan Plastic Bank yang belum sampai ke seluruh wilayah Indonesia.
Menurut Paola sebenarnya pengolahan sampah plastik memiliki peluang di tengah lima tantangan tersebut. Dia menyarankan peluang itu dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dengan mengakui sektor informal sebagai bagian dari sistem manajemen sampah formal di Indonesia.
Digitalisasi sektor pengumpulan dan daur ulang plastik untuk transportasi dan rekam jejak data juga perlu diperhatikan. Supaya rekam jejak data lebih transparan, lebih tepat, dan bisa digunakan sebagai referensi tingkat nasional.
Jakarta:Country Manager Plastic Bank Indonesia Paola Cortese mengatakan Indonesia memiliki banyak tantangan dalam mengolah sampah plastik. Hingga saat ini,
sampah plastik masih menyumbang polusi pada lingkungan sekitar.
“Ada banyak tantangan di level sistematis yang harus kita tanggulangi dulu, supaya bisa bebas polusi plastik dan ini beberapa yang kita sudah identifikasi,” kata Paola dilansir
Antara, Jumat, 8 April 2022.
Paola menuturkan Indonesia merupakan negara yang menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Sebanyak 4,9 juta ton sampah plastik setiap tahunnya, juga tidak mendapatkan penanganan yang baik sehingga berakhir di
tempat pembuangan akhir (TPA) atau bocor ke laut.
Baca:
Penerapan Larangan Plastik Sekali Pakai Belum Maksimal di Daerah
Banyaknya sampah plastik itu kemudian memberikan lima tantangan pada Indonesia. Salah satunya, muncul banyak komunitas daur ulang plastik yang lahir di Indonesia. Namun, komunitas-komunitas itu justru masih bersifat informal padahal sangat berjasa untuk mengumpulkan setidaknya 1 juta ton
sampah plastik setiap tahunnya.
Kedua, pengumpulan data dari sektor plastik daur ulang belum dapat tercatat dengan baik. Hal tersebut karena pencatatan belum berbasis pada data digitalisasi, melainkan dilakukan secara manual.
Paola mengatakan kurangnya implementasi kebijakan yang mengatur mengenai responsibilitas produsen (EPR) plastik di Indonesia, membuat permasalahan sampah plastik semakin membutuhkan perhatian serius.
Selain itu, pengolahan sampah plastik masih sulit karena penggunaan social plastic di pangsa-pangsa pasar dalam negeri yang masih terbatas. Selain itu, area jangkauan Plastic Bank yang belum sampai ke seluruh wilayah Indonesia.
Menurut Paola sebenarnya pengolahan sampah plastik memiliki peluang di tengah lima tantangan tersebut. Dia menyarankan peluang itu dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dengan mengakui sektor informal sebagai bagian dari sistem manajemen sampah formal di Indonesia.
Digitalisasi sektor pengumpulan dan daur ulang plastik untuk transportasi dan rekam jejak data juga perlu diperhatikan. Supaya rekam jejak data lebih transparan, lebih tepat, dan bisa digunakan sebagai referensi tingkat nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)