Jakarta: Angka kesakitan atau incidence rate (IR) demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Pasar Rebo menjadi yang paling tinggi se-Jakarta Timur. Hal ini menjadi perhatian serius pihak kecamatan setempat.
"IR memang tinggi, walaupun dari jumlah kasus tidak tertinggi. Kelurahan Baru dan Kelurahan Cijantung karena jumlah penduduknya yang relatif sedikit. Ini faktor pertama," kata Camat Pasar Rebo, Mujiono, di Jakarta, Kamis, 1 September 2022.
Mujiono menambahkan faktor lain yang menyebabkan tingginya angka kesakitan DBD di wilayahnya karena cuaca. "Faktor kedua seringnya hujan bergantian panas serta sebaliknya secara cepat juga menjadikan lebih cepat perkembangan jentik (nyamuk aedes aegypti)," ujar Mujiono.
Namun, kata dia, tingginya angka kesakitan bukan berarti jumlah kasus pada satu wilayah paling banyak. Hal itu dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk dalam satu wilayah dalam kurun waktu tertentu.
Kecamatan yang jumlah kasusnya tinggi namun jumlah penduduknya lebih banyak dapat memiliki kecepatan angka kesakitan lebih rendah daripada wilayah lain.
Faktor ketiga yang menyebabkan tingkat kesakitan tinggi adalah masih banyak lahan kosong. "Hal ini jadi tempat ideal nyamuk aedes aegypti berkembang biak," kata Mujiono.
Faktor keempat, kata dia, karena ada sejumlah warga yang secara catatan kependudukan warga Kecamatan Pasar Rebo tapi sudah pindah domisili ke wilayah lain.
Meski angka kesakitan DBD tinggi, Mujiono menampik bila hal itu akibat program juru pemantau jentik (Jumantik) dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di permukiman tidak berjalan baik.
"PSN minimal pada hari Selasa dan Jumat. Gerakan satu rumah satu kader Jumantik juga berjalan. Saya dkk biasanya Jumat gowes sambil mampir para kader Jumantik PSN," kata Mujiono.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Jakarta Timur mencatat angka kesakitan DBD di Pasar Rebo paling tinggi di antara 10 kecamatan.
Berdasarkan data kasus di minggu ke-33 pada 2022 sampai 26 Agustus kecepatan angka kesakitan DBD di Pasar Rebo tercatat 10,78.
Berdasarkan data yang dirilis Pemerintah Kota Jakarta Timur, jumlah kasus DBD di Pasar Rebo sebanyak 260 kasus.
Untuk perbandingan kecepatan angka kesakitan di wilayah lain seperti Kecamatan Matraman tercatat 7,88 dengan jumlah kasus 120. Sedangkan Kecamatan Jatinegara tercatat 6,13 dengan jumlah kasus 136 dan Kecamatan Cipayung tercatat 5,94 dengan jumlah 119 kasus.
Selanjutnya, Kecamatan Ciracas kecepatan angka kesakitan DBD 5,46 dengan jumlah 153 kasus. Di Kecamatan Cakung 4,27 dengan jumlah kasus 336.
Wilayah Kecamatan Kramat Jati kecepatan angka kesakitan DBD 3,82 dengan jumlah kasus 129. Sedangkan, Kecamatan Duren Sawit 3,40 dengan jumlah kasus 266.
Kemudian, kecepatan angka kesakitan DBD di Kecamatan Makasar 2,70 dengan jumlah kasus 69 dan Kecamatan Pulogadung 1,30 dengan jumlah kasus 103.
Jakarta: Angka kesakitan atau
incidence rate (IR)
demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Pasar Rebo menjadi yang paling tinggi se-
Jakarta Timur. Hal ini menjadi perhatian serius pihak kecamatan setempat.
"IR memang tinggi, walaupun dari jumlah kasus tidak tertinggi. Kelurahan Baru dan Kelurahan Cijantung karena jumlah penduduknya yang relatif sedikit. Ini faktor pertama," kata Camat Pasar Rebo, Mujiono, di Jakarta, Kamis, 1 September 2022.
Mujiono menambahkan faktor lain yang menyebabkan tingginya angka kesakitan
DBD di wilayahnya karena cuaca. "Faktor kedua seringnya hujan bergantian panas serta sebaliknya secara cepat juga menjadikan lebih cepat perkembangan jentik (nyamuk aedes aegypti)," ujar Mujiono.
Namun, kata dia, tingginya angka kesakitan bukan berarti jumlah kasus pada satu wilayah paling banyak. Hal itu dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk dalam satu wilayah dalam kurun waktu tertentu.
Kecamatan yang jumlah kasusnya tinggi namun jumlah penduduknya lebih banyak dapat memiliki kecepatan angka kesakitan lebih rendah daripada wilayah lain.
Faktor ketiga yang menyebabkan tingkat kesakitan tinggi adalah masih banyak lahan kosong. "Hal ini jadi tempat ideal nyamuk aedes aegypti berkembang biak," kata Mujiono.
Faktor keempat, kata dia, karena ada sejumlah warga yang secara catatan kependudukan warga Kecamatan Pasar Rebo tapi sudah pindah domisili ke wilayah lain.
Meski angka kesakitan DBD tinggi, Mujiono menampik bila hal itu akibat program juru pemantau jentik (Jumantik) dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di permukiman tidak berjalan baik.
"PSN minimal pada hari Selasa dan Jumat. Gerakan satu rumah satu kader Jumantik juga berjalan. Saya dkk biasanya Jumat gowes sambil mampir para kader Jumantik PSN," kata Mujiono.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Jakarta Timur mencatat angka kesakitan DBD di Pasar Rebo paling tinggi di antara 10 kecamatan.
Berdasarkan data kasus di minggu ke-33 pada 2022 sampai 26 Agustus kecepatan angka kesakitan DBD di Pasar Rebo tercatat 10,78.
Berdasarkan data yang dirilis Pemerintah Kota Jakarta Timur, jumlah kasus DBD di Pasar Rebo sebanyak 260 kasus.
Untuk perbandingan kecepatan angka kesakitan di wilayah lain seperti Kecamatan Matraman tercatat 7,88 dengan jumlah kasus 120. Sedangkan Kecamatan Jatinegara tercatat 6,13 dengan jumlah kasus 136 dan Kecamatan Cipayung tercatat 5,94 dengan jumlah 119 kasus.
Selanjutnya, Kecamatan Ciracas kecepatan angka kesakitan DBD 5,46 dengan jumlah 153 kasus. Di Kecamatan Cakung 4,27 dengan jumlah kasus 336.
Wilayah Kecamatan Kramat Jati kecepatan angka kesakitan DBD 3,82 dengan jumlah kasus 129. Sedangkan, Kecamatan Duren Sawit 3,40 dengan jumlah kasus 266.
Kemudian, kecepatan angka kesakitan DBD di Kecamatan Makasar 2,70 dengan jumlah kasus 69 dan Kecamatan Pulogadung 1,30 dengan jumlah kasus 103.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)