medcom.id, Jakarta: Di beberapa sudut terlihat tambalan dempul dan cat yang telah kusam. Suara yang memekakkan telinga serta asap putih membuat lengkap stigma untuk becak motor (bemo).
Semakin terpinggirkan, mungkin pesan itu yang ditangkap sebagian warga Jakarta. Bemo bukan tidak pernah perkasa di aspal Ibu Kota Jakarta. Kendaraan roda tiga ini mulai digunakan pada awal 1962. Jakarta adalah kota pertama di Indonesia yang didatangi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, Bemo hadir di Jakarta lewat tangan Presiden ke-1 RI Soekarno. Home pertama kali beroperasi di Jakarta tercatat pada 1962.
Baca: Selamat Ulang Tahun Jakarta
Kendaraan beroda tiga itu didatangkan untuk Ganefo, pekan olahraga akbar. Saat itu Bemo hadir untuk menggantikan peran becak.
Adapun bemo tidak hanya hadir di Jakarta, melainkan juga di kota-kota lain seperti di Bogor, Bandung, Surabaya, Malang, Padang, Denpasar, dan lain-lain.
Bemo yang mulanya beroperasi seperti taksi, belakangan dibatasi daerah operasinya di rute-rute tertentu saja. Akhirnya disingkirkan ke rute-rute 'kurus' yang tak disentuh oleh bus kota. Namun, seiring perkembangan jaman, bemo kian terpinggirkan.
Pemerhati budaya Betawi JJ Rizal mengatakan, bemo merupakan ikon kendaran transportasi di DKI Jakarta. "Bemo itu kendaraan ikonik Jakarta," kata JJ rizal, seperti dikutib Antara, 2014 lalu.
Rizal mengatakan bemo seharusnya diperbaiki seperti transportasi bajaj merah yang diganti dengan bajaj berbahan bakar gas. Ia menambahkan banyak wilayah di DKI Jakarta yang masih membutuhkan bemo sebagai transportasi umum. Bahkan, kendaraan beroda tiga itu masih disukai warga.
Larangan bemo beroperasi di wilayah Jakarta sesuai Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 33 Tahun 1996. Kendaraan dengan khas warna biru itu juga dianggap melanggar Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.
Baca: Bemo jangan Dijadikan Kambing Hitam
Namun di sejumlah kawasan Bemo masih beroperasi. Salah satunya di kawasan Bendungan Hilir (Benhil). Sekitar 30 bemo masih setia mengantarkan masyarakat ke tempat tujuan, dengan trayek Benhil-Tanah Abang.
Ijul, salah satu sopir bemo di kawasan Benhil mengklaim bemo masih menjadi primadona. Dengan Rp3.000, penumpang bisa mengakses Bendungan Hilir-Pejompongan. Sehari, setiap bemo bisa bolak balik Bendungan Hilir-Pejompongan lima kali.
Baca: Senjakala Bemo Bendungan Hilir
Menurut Ijul, masyarakat masih berminat menumpang bemo karena tarif terjangkau. Bambang, rekan Ijul sesama sopir bemo, menyebut seharusnya pemerintah mencari solusi lain jika melarang bemo beroperasi di jalan umum. Mungkin, bemo bisa menjadi kendaraan wisata.
Seperti tuk tuk, Pemerintah Bangkok memanfaatkan kendaraan yang juga tua tersebut untuk wisatawan keliling Kota Bangkok. "Jadi, jangan mengusir kami," tegas Bambang.
Lantas apakah bemo akan tergilas perkembangan zaman, kita lihat saja nanti.
medcom.id, Jakarta: Di beberapa sudut terlihat tambalan dempul dan cat yang telah kusam. Suara yang memekakkan telinga serta asap putih membuat lengkap stigma untuk becak motor (bemo).
Semakin terpinggirkan, mungkin pesan itu yang ditangkap sebagian warga Jakarta. Bemo bukan tidak pernah perkasa di aspal Ibu Kota Jakarta. Kendaraan roda tiga ini mulai digunakan pada awal 1962. Jakarta adalah kota pertama di Indonesia yang didatangi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, Bemo hadir di Jakarta lewat tangan Presiden ke-1 RI Soekarno. Home pertama kali beroperasi di Jakarta tercatat pada 1962.
Baca: Selamat Ulang Tahun Jakarta
Kendaraan beroda tiga itu didatangkan untuk Ganefo, pekan olahraga akbar. Saat itu Bemo hadir untuk menggantikan peran becak.
Adapun bemo tidak hanya hadir di Jakarta, melainkan juga di kota-kota lain seperti di Bogor, Bandung, Surabaya, Malang, Padang, Denpasar, dan lain-lain.
Bemo yang mulanya beroperasi seperti taksi, belakangan dibatasi daerah operasinya di rute-rute tertentu saja. Akhirnya disingkirkan ke rute-rute 'kurus' yang tak disentuh oleh bus kota. Namun, seiring perkembangan jaman, bemo kian terpinggirkan.
Pemerhati budaya Betawi JJ Rizal mengatakan, bemo merupakan ikon kendaran transportasi di DKI Jakarta. "Bemo itu kendaraan ikonik Jakarta," kata JJ rizal, seperti dikutib
Antara, 2014 lalu.
Rizal mengatakan bemo seharusnya diperbaiki seperti transportasi bajaj merah yang diganti dengan bajaj berbahan bakar gas. Ia menambahkan banyak wilayah di DKI Jakarta yang masih membutuhkan bemo sebagai transportasi umum. Bahkan, kendaraan beroda tiga itu masih disukai warga.
Larangan bemo beroperasi di wilayah Jakarta sesuai Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 33 Tahun 1996. Kendaraan dengan khas warna biru itu juga dianggap melanggar Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.
Baca: Bemo jangan Dijadikan Kambing Hitam
Namun di sejumlah kawasan Bemo masih beroperasi. Salah satunya di kawasan Bendungan Hilir (Benhil). Sekitar 30 bemo masih setia mengantarkan masyarakat ke tempat tujuan, dengan trayek Benhil-Tanah Abang.
Ijul, salah satu sopir bemo di kawasan Benhil mengklaim bemo masih menjadi primadona. Dengan Rp3.000, penumpang bisa mengakses Bendungan Hilir-Pejompongan. Sehari, setiap bemo bisa bolak balik Bendungan Hilir-Pejompongan lima kali.
Baca: Senjakala Bemo Bendungan Hilir
Menurut Ijul, masyarakat masih berminat menumpang bemo karena tarif terjangkau. Bambang, rekan Ijul sesama sopir bemo, menyebut seharusnya pemerintah mencari solusi lain jika melarang bemo beroperasi di jalan umum. Mungkin, bemo bisa menjadi kendaraan wisata.
Seperti tuk tuk, Pemerintah Bangkok memanfaatkan kendaraan yang juga tua tersebut untuk wisatawan keliling Kota Bangkok. "Jadi, jangan mengusir kami," tegas Bambang.
Lantas apakah bemo akan tergilas perkembangan zaman, kita lihat saja nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)