Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

Kondisi Air Tanah Jakarta Memprihatinkan, Pemprov Diminta Cari Solusi

Theofilus Ifan Sucipto • 14 Mei 2024 13:16
Jakarta: Kondisi cekungan air tanah (CAT) Jakarta disebut memprihatinkan karena eksploitasi mencapai 40 persen. Angkat tersebut berada di atas ambang aman 20 persen.
 
“Ketika dieksploitasi berlebih, maka penyajian tanah di Jakarta itu sudah kehilangan kemampuannya untuk menopang tanah,” kata Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Suci Fitria Tanjung dalam keterangan yang dikutip Selasa, 14 Mei 2024.
 
Menurut dia, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta mesti mencari solusi mengatasi hal tersebut. Sebab, kerusakan yang semakin parah akan menimbulkan berbagai dampak lingkungan.

Dampak yang paling terlihat, kata Suci, yakni kondisi geologi di Jakarta Utara. Tanah di sana, menurut Suci, berada 4 meter di bawah permukaan air laut.
 
Suci mengatakan salah satu cara mengendalikan penurunan tanah ini yakni dengan mengendalikan pengambilan air tanah dalam. ”Maka kami Walhi Jakarta mendorong pemerintah untuk memaksimalkan ruang permukaan hijau,” kata Suci.
 
Baca juga: Ini Dia Tantangan Indonesia terkait Sumber Daya Air di Masa Depan

Berdasarkan data PAM Jaya pada 2023, kebutuhan air di Jakarta mencapai 24.000 liter per detik. Sementara itu, kapasitas produksi PAM Jaya mencapai 20.225 liter per detik, sehingga defisit kebutuhan air bersih sekitar 4,000 liter per detik.
 
Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Jakarta menerbitkan laporan pada 2022 terkait persentase rumah tangga yang mempunyai akses layanan sumber air minum layak dan berkelanjutan mencapai 97,93 persen. Sementara itu, cakupan layanan air bersih hanya sekitar 65,41 persen.
 
“Jadi sangat jauh dari cukup. Kurang sekali untuk memenuhi kebutuhan per kapita Jakarta,” kata Suci.
 
Ketua Indonesian Water Institute Firdaus Ali mendorong peningkatan penambahan kapasitas produksi. Termasuk, pembangunan jaringan baru pipa distribusi untuk mencukupi kebutuhan air bersih di Jakarta.
 
Pemprov DKI Jakarta melalui BUMD PAM JAYA memberi target tercapainya 100 persen penggunaan pipa akses air bersih pada 2030. Untuk mencapai target ini, dibutuhkan peralihan penggunaan air tanah ke air bersih perpipaan.
 
Bersamaan dengan itu, investasi yang besar dibutuhkan untuk menyambungkan perpipaan. Terutama, ke kawasan-kawasan yang cenderung lebih sulit dijangkau.
 
Persoalan itu, kata Ali, bisa dicarikan solusi jika pemerintah terlebih dahulu membuat jaringan perpipaan secara merata dan membuat aturan jelas. Jangan sampai, hanya memberi larangan tanpa memberikan solusi.
 
“Selama air perpipaan tidak cukup, ya tidak mungkin kita merealisasikan upaya pengendalian permukaan tanah tadi,” kata Ali.
 
Ali meyakini target yang diberikan pada tahun 2030 bakal terlaksana. Selain itu, Pemprov harus mulai mencari sumber alternatif air baku.
 
Saat ini, Ali menilai 82 persen kebutuhan air Jakarta berasal dari Waduk Jatiluhur, sisanya 16 persen beli dari Tangerang. Faktor lain yang tak kalah penting, yakni perawatan terhadap jaringan air bersih tersebut, termasuk masalah kebocoran.
 
”Kebocoran teknis dengan perbaikan penggantian pipa yang sudah tua-tua karena lama pipanya itu, kebocoran administratif tadi, pencurian air dan sebagainya ya itu harus dikendalikan,” kata Ali.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan