Jakarta: Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) menuai berbagai kontroversi. Pasalnya, revitalisasi TIM disertai dengan rencana pembangunan hotel bintang lima di pusat kesenian Jakarta itu.
Menurut salah satu pelaku seni TIM Budi Iriyanto, kawasan TIM bukanlah kawasan komersial melainkan pusat kesenian. Para seniman tak membutuhkan hotel bintang lima itu.
"Ini art center bukan business center. Kami jelas tidak terima mereka buat hotel bintang lima, teman-teman seniman enggak perlu itu," ucap Budi saat ditemui di Kawasan TIM, Jakarta Pusat, Rabu, 27 November 2019.
Para seniman TIM, kata dia, hanya memerlukan bangunan khusus seniman seperti laboratorium kesenian. Tempat itu bakal berguna untuk proses pembentukan kreativitas, aktivitas seniman hingga tempat berdiskusi.
Hal serupa diamini seorang warga, Arifa Trinugrahaini. Hotel bintang lima tak layak dibangun dalam kawasan pusat kesenian.
"Saya kurang setuju karena ini kan wilayah seni jadi kayak terganggu dengan pembangunan hotel itu," kata Arifa.
Kendati demikian, ada juga sejumlah masyarakat yang setuju dengan pembangunan hotel bintang lima. Salah satunya diungkapkan Mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Rezka Ramadhan.
"Ini tempat rekreasi, tempat wisata. Mungkin banyak orang belum tahu (TIM). Kalau ada hotel, jadi lebih ramai tempatnya, pengunjung juga bisa (berdatangan) ke sini," ujar Rezka.
Adapula opini yang dilayangkan seorang Mahasiswa, Safa Faradiba yang mirip dengan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Para seniman yang berkegiatan di TIM dari tak perlu lagi kesulitan mencari tempat menginap.
"Di TIM ini suka ada event-event besar misal dari luar kota mau nonton disini susah cari penginapan. Bisa lumayan terbantu kalau ada hotel di dalam TIM-nya," ungkap Safa.
Jakarta: Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) menuai berbagai kontroversi. Pasalnya, revitalisasi TIM disertai dengan rencana pembangunan hotel bintang lima di pusat kesenian Jakarta itu.
Menurut salah satu pelaku seni TIM Budi Iriyanto, kawasan TIM bukanlah kawasan komersial melainkan pusat kesenian. Para seniman
tak membutuhkan hotel bintang lima itu.
"Ini art center bukan business center. Kami jelas tidak terima mereka buat hotel bintang lima, teman-teman seniman enggak perlu itu," ucap Budi saat ditemui di Kawasan TIM, Jakarta Pusat, Rabu, 27 November 2019.
Para seniman TIM, kata dia, hanya memerlukan bangunan khusus seniman seperti laboratorium kesenian. Tempat itu bakal berguna untuk proses pembentukan kreativitas, aktivitas seniman hingga tempat berdiskusi.
Hal serupa diamini seorang warga, Arifa Trinugrahaini. Hotel bintang lima tak layak dibangun dalam kawasan pusat kesenian.
"Saya kurang setuju karena ini kan wilayah seni jadi kayak terganggu dengan pembangunan hotel itu," kata Arifa.
Kendati demikian, ada juga sejumlah
masyarakat yang setuju dengan pembangunan hotel bintang lima. Salah satunya diungkapkan Mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Rezka Ramadhan.
"Ini tempat rekreasi, tempat wisata. Mungkin banyak orang belum tahu (TIM). Kalau ada hotel, jadi lebih ramai tempatnya, pengunjung juga bisa (berdatangan) ke sini," ujar Rezka.
Adapula opini yang dilayangkan seorang Mahasiswa, Safa Faradiba yang mirip dengan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Para seniman yang berkegiatan di TIM dari tak perlu lagi kesulitan mencari tempat menginap.
"Di TIM ini suka ada event-event besar misal dari luar kota mau nonton disini susah cari penginapan. Bisa lumayan terbantu kalau ada hotel di dalam TIM-nya," ungkap Safa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DMR)