Jakarta: Kehadiran Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta beberapa waktu lalu menyita perhatian publik. Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono menilai MRT harus bisa berbaur. Jika tidak, akan ada moda transportasi lain yang mati.
"Integrasi antara MRT dengan moda pengumpan (feeder) merupakan kunci. MRT yang berfungsi sebagai backbone tidak dapat berdiri sendiri," kata Bambang di Jakarta, Kamis, 14 Maret 2019.
Bambang mengatakan agar berjalan optimal layanan MRT harus ditopang oleh angkutan umum massal yang mudah diakses oleh masyarakat. Sebaliknya, akses menuju stasiun MRT pun harus bisa diintegrasikan dengan angkutan lain agar tetap dapat bersinergi.
Selain itu penambahan tempat pemberhentian angkutan pengumpan pun perlu diperhatikan. Ini untuk mengantisipasi agar tak menjadi sumber kemacetan baru.
"Kalau tidak tersedia layanan angkutan umum yang bersifat massal dan terintegrasi, kita khawatir stasiun-stasiun MRT akan menjadi titik kemacetan," ujar Bambang.
Baca juga: Penetapan Tarif MRT Butuh Kajian Matang
Menurut Bambang kajian matang harus benar-benar dilakukan sebelum MRT beroperasi normal usai masa uji coba. Guna menjamin kenyamanan masyarakat.
"BPTJ bersama Dinas Perhubungan DKI Jakarta, MRT, LRT Jakarta serta TransJakarta terus melakukan koordinasi guna mengantisipasi kendala-kendala yang kemungkinan terjadi ketika nanti resmi beroperasi," lanjut dia.
Bambang menambahkan permberlakuan sistem satu kartu adalah solusi yang paling rasional. Nantinya, masyarakat hanya perlu menggunakan satu kartu dan tak lagi kerepotan mengisi saldo untuk setiap moda yang berbeda.
“BPTJ sudah menfasilitasi proses integrasi sistem pembayaran ini, tinggal menunggu audit dari Bank Indonesia,” kata Bambang.
Untuk saat ini sistem pembayaran yang sudah terintegrasi adalah KRL dan Transjakarta. Nantinya diharapkan kartu multitrip juga bisa digunakan untuk MRT dan LRT Jakarta.
Jakarta: Kehadiran Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta beberapa waktu lalu menyita perhatian publik. Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono menilai MRT harus bisa berbaur. Jika tidak, akan ada moda transportasi lain yang mati.
"Integrasi antara MRT dengan moda pengumpan (feeder) merupakan kunci. MRT yang berfungsi sebagai
backbone tidak dapat berdiri sendiri," kata Bambang di Jakarta, Kamis, 14 Maret 2019.
Bambang mengatakan agar berjalan optimal layanan MRT harus ditopang oleh angkutan umum massal yang mudah diakses oleh masyarakat. Sebaliknya, akses menuju stasiun MRT pun harus bisa diintegrasikan dengan angkutan lain agar tetap dapat bersinergi.
Selain itu penambahan tempat pemberhentian angkutan pengumpan pun perlu diperhatikan. Ini untuk mengantisipasi agar tak menjadi sumber kemacetan baru.
"Kalau tidak tersedia layanan angkutan umum yang bersifat massal dan terintegrasi, kita khawatir stasiun-stasiun MRT akan menjadi titik kemacetan," ujar Bambang.
Baca juga:
Penetapan Tarif MRT Butuh Kajian Matang
Menurut Bambang kajian matang harus benar-benar dilakukan sebelum MRT beroperasi normal usai masa uji coba. Guna menjamin kenyamanan masyarakat.
"BPTJ bersama Dinas Perhubungan DKI Jakarta, MRT, LRT Jakarta serta TransJakarta terus melakukan koordinasi guna mengantisipasi kendala-kendala yang kemungkinan terjadi ketika nanti resmi beroperasi," lanjut dia.
Bambang menambahkan permberlakuan sistem satu kartu adalah solusi yang paling rasional. Nantinya, masyarakat hanya perlu menggunakan satu kartu dan tak lagi kerepotan mengisi saldo untuk setiap moda yang berbeda.
“BPTJ sudah menfasilitasi proses integrasi sistem pembayaran ini, tinggal menunggu audit dari Bank Indonesia,” kata Bambang.
Untuk saat ini sistem pembayaran yang sudah terintegrasi adalah KRL dan Transjakarta. Nantinya diharapkan kartu multitrip juga bisa digunakan untuk MRT dan LRT Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)