medcom.id Jakarta: Puluhan bedeng atau bangunan nonpermanen kembali berdiri di kolong tol Wiyoto Wiyono, Jakarta Utara. Padahal, Pemerintah DKI Jakarta telah membersihkan kawasan itu.
Pantauan Metrotvnews.com, Jumat 5 Mei 2017, bedeng-bedeng berukuran 4x4 meter berdiri dengan material triplek dan kayu. Di sana juga sudah berdiri warung kopi.
Sebagian orang tampak sibuk membangun bedeng. Ada pula warga yang tengah mencuci dan memasak di luar bedeng. Di lokasi juga terdapat kamar mandi umum.
Dandi, 31, salah satu warga, mengaku kembali ke kolong tol karena tak kuat membayar sewa tempat tinggal. Apalagi dia harus hidup bersama istri dan dua anak.
"Semenjak digusur, saya tinggal di Jakarta Barat, dekat Pasar Pagi. Setiap bulan harus membayar Rp700 ribu. Kewalahan saya. Ya, akhirnya kami pindah ke sini lagi. Di sini gratis," kata Dandi.
Baca: Jakarta Kembali ke Titik Nol
Warga tengah memasak di kolong tol
Dandi mengaku hanya mengeluarkan Rp500 ribu untuk membangun bedeng. Bedeng yang dia bangun sekaligus digunakan untuk berjualan agar bisa menyambung hidup. "Jadi, cuma sekali keluar uang. Setelah itu gratis," katanya.
Irma, 42, warga lain, mengaku lebih nyaman tinggal di kolong tol Wiyoto Wiyono. Irma mengaku sudah menempati kolong tol sembilan tahun sebelum akhirnya Pemprov DKI menggusur bedengnya.
Barang-barang banyak disimpan di kolong tol
Belakangan, Irma dan suaminya kembali mendirikan bedeng di sana. Di dalam bedeng itu, sejumlah perlengkapan tidur seperti kasur, bantal, dan perlengkapan dapur tersedia. "Di sini nyaman, Mas. Betah," tuturnya.
April tahun lalu, puluhan bedeng di kolong tol Wiyoto Wiyono digusur Pemprov DKI. Tak terima dengan penggusuran ini, ratusan warga berdemonstrasi di lokasi penggusuran maupun di gedung DPRD DKI Jakarta. Pemprov DKI yang dipimpin Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menggusur bedeng-bedeng itu untuk menata kota.
medcom.id Jakarta: Puluhan bedeng atau bangunan nonpermanen kembali berdiri di kolong tol Wiyoto Wiyono, Jakarta Utara. Padahal, Pemerintah DKI Jakarta telah membersihkan kawasan itu.
Pantauan
Metrotvnews.com, Jumat 5 Mei 2017, bedeng-bedeng berukuran 4x4 meter berdiri dengan material triplek dan kayu. Di sana juga sudah berdiri warung kopi.
Sebagian orang tampak sibuk membangun bedeng. Ada pula warga yang tengah mencuci dan memasak di luar bedeng. Di lokasi juga terdapat kamar mandi umum.
Dandi, 31, salah satu warga, mengaku kembali ke kolong tol karena tak kuat membayar sewa tempat tinggal. Apalagi dia harus hidup bersama istri dan dua anak.
"Semenjak digusur, saya tinggal di Jakarta Barat, dekat Pasar Pagi. Setiap bulan harus membayar Rp700 ribu. Kewalahan saya. Ya, akhirnya kami pindah ke sini lagi. Di sini gratis," kata Dandi.
Baca:
Jakarta Kembali ke Titik Nol
Warga tengah memasak di kolong tol
Dandi mengaku hanya mengeluarkan Rp500 ribu untuk membangun bedeng. Bedeng yang dia bangun sekaligus digunakan untuk berjualan agar bisa menyambung hidup. "Jadi, cuma sekali keluar uang. Setelah itu gratis," katanya.
Irma, 42, warga lain, mengaku lebih nyaman tinggal di kolong tol Wiyoto Wiyono. Irma mengaku sudah menempati kolong tol sembilan tahun sebelum akhirnya Pemprov DKI menggusur bedengnya.
Barang-barang banyak disimpan di kolong tol
Belakangan, Irma dan suaminya kembali mendirikan bedeng di sana. Di dalam bedeng itu, sejumlah perlengkapan tidur seperti kasur, bantal, dan perlengkapan dapur tersedia. "Di sini nyaman, Mas. Betah," tuturnya.
April tahun lalu, puluhan bedeng di kolong tol Wiyoto Wiyono digusur Pemprov DKI. Tak terima dengan penggusuran ini, ratusan warga
berdemonstrasi di lokasi penggusuran maupun di gedung DPRD DKI Jakarta. Pemprov DKI yang dipimpin Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menggusur bedeng-bedeng itu untuk menata kota.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)