Jakarta: Ratusan kepala keluarga (KK) di RT 08 dan RT 014/RW 12, Pademangan Barat, Jakarta Utara mengalami krisis air bersih sejak Minggu, 19 September 2021. Warga terpaksa membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti masak, mandi, dan mencuci baju.
"Sehari bisa beli lima air galon untuk memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci. Harga satu galon saja Rp5 ribu, dikali lima saja, sudah Rp25 ribu, sudah empat hari begini," kata salah satu warga, Gita, di lokasi, Rabu, 22 September 2021.
Gita menuturkan air PAM keruh dan berbau. Sehingga berbusa saat dikucurkan.
"Berat (biayanya) juga tiap hari gini. Sekarang sudah enggak ada yang tukang air gerobak, sudah lama," kata Gita.
Ketua RT 08, Abdul Safei, mengungkapkan air PAM di wilayahnya sempat mati total selama satu hari. Namun, hari berikutnya air kembali mengalir dengan kondisi keruh dan berbau.
"Awalnya tiba-tiba air mati, pas keluar airnya butek, keruh. Dari AETRA-nya sendiri belum ngasih info, belum ada pemberitahuan sampai saat ini," kata Safei.
Sebanyak 800 KK terdampak krisis air bersih. Safei berharap pihak pengelola penyedia air bersih segera mengatasi persoalan tersebut.
Baca: Awal Musim Hujan, 7 Desa di Klaten Masih Krisis Air Bersih
Jakarta: Ratusan kepala keluarga (KK) di RT 08 dan RT 014/RW 12, Pademangan Barat,
Jakarta Utara mengalami
krisis air bersih sejak Minggu, 19 September 2021. Warga terpaksa membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti masak, mandi, dan mencuci baju.
"Sehari bisa beli lima air galon untuk memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci. Harga satu galon saja Rp5 ribu, dikali lima saja, sudah Rp25 ribu, sudah empat hari begini," kata salah satu warga, Gita, di lokasi, Rabu, 22 September 2021.
Gita menuturkan air PAM
keruh dan berbau. Sehingga berbusa saat dikucurkan.
"Berat (biayanya) juga tiap hari gini. Sekarang sudah enggak ada yang tukang air gerobak, sudah lama," kata Gita.
Ketua RT 08, Abdul Safei, mengungkapkan air PAM di wilayahnya sempat mati total selama satu hari. Namun, hari berikutnya air kembali mengalir dengan kondisi keruh dan berbau.
"Awalnya tiba-tiba air mati, pas keluar airnya butek, keruh. Dari AETRA-nya sendiri belum ngasih info, belum ada pemberitahuan sampai saat ini," kata Safei.
Sebanyak 800 KK terdampak krisis air bersih. Safei berharap pihak pengelola penyedia air bersih segera mengatasi persoalan tersebut.
Baca:
Awal Musim Hujan, 7 Desa di Klaten Masih Krisis Air Bersih
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)